Author’s POV
“Darius, ini Naomi,”
“Naomi, ini Darius,”
Darius menggantungkan tangannya di udara sebagai bentuk perkenalannya kepada Naomi,
“Salam kenal,” ujar gadis itu sesudah ia menggenggam tangan pria itu dan menguncangkannya,
“Baik pak, saya permisi dulu,” Darius yang diangguki oleh Alex. Mata Naomi mengekori pria itu yang dengan sopan keluar dari ruangan Alex. Begitu Darius keluar, matanya kembali kepada Alex yang masih menatap kepergian Darius,
“Sekretarismu?” ujarnya yang kemudian ia menepuk bibirnya karena berbicara tidak formal kepada Alex.
“Umm… maksud saya, apa itu sekretaris Anda, pak?”
“Ya…” ujar pria itu mengangguk. Alex mengambil tempatnya untuk duduk di sofa, dan memberikan aba-aba kepada gadis itu untuk menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini dan progress seperti apa yang sudah ia kerja
Author’s POVAlex mulai membuka matanya dan menemukan dirinya yang Hltertidur di pangkuan Naomi. Ia mulai bangkit dari tempatnya dan menatap Naomi yang juga sudah ketiduran. Ia menatap arlojinya yang mana waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sudah sekitar 2 jam keduanya tertidur pulas dan sekarang ini baru Alex yang terbangun.Ia menatap Naomi yang masih tertidur, ia ingin membangunkannya namun ia tidak tega karena gadis itu tidur terlalu lelap. Sebagai gantinya, ia mengambil ponselnya untuk memotret gadis itu yang sedang tidur. Namun sialnya, ia lupa mematikan flash sehingga gadis itu terbangun karena flash ponsel miliknya.Alex buru-buru meletakkan ponselnya di sakunya dan bersikap seakan tidak ada yang terjadi. Sementara itu, Naomi baru saja bangun dan melihat Alex yang juga sudah bangun,“Jam berapa sekarang?” ujarnya yang kemudian merenggangkan tubuhnya yang pegal-pegal/“Jam 8 malam,” pungkas p
Author’s POVAlex menahan dirinya untuk terus tetap tenang karena sedari tadi Benny belum membuka suaranya. Saat ini keduanya masih berada di meja makan, yang mana semua orang meninggalkan keduanya untuk berbicara empat mata. Ini merupakan permintaan langsung oleh Benny ketika semuanya hendak meninggalkan meja makan.“Nak Alex,” panggil Benny kepada Alex untuk pertama kalinya setelah beberapa menit kecanggungan menghiasi atmosfer keduanya. Alex mengalihkan pandangannya kepada Benny yang terlebih dahulu menatapnya,“Ya om…” jawabnya dengan sopan.“Apa kamu… maksud saya, bagaimana tanggapanmu mengenai Naomi? Menurut kamu, Naomi itu seorang gadis yang seperti bagaimana?” tanya Benny tanpa melepaskan pandangannya kepada Alex.Mendengar pertanyaan yang seperti itu, pria itu tersenyum simpul. Ia menjawabnya seolah-olah Naomi ada di depannya, “Menurut saya, Naomi adalah gadis y
Author’s POVSaat ini, Naomi dan Alex baru saja selesai mengisi perut mereka. Alex mengajak Naomi untuk dinner bersama setelah tanpa sengaja di tengah perjalanan terdengar suara perut Naomi yang nyaring bunyinya.Jika Naomi memikirkannya kembali, hal itu sangatlah memalukan.Gadis itu memutuskan untuk menunggu pria itu selesai makan untuk membicarakan sesuatu yang menurutnya penting untuk pria itu ketahui,“Kemarin ngomong apa saja sama ayahku?” tanya Naomi setelah seharian penuh ia menahan dirinya untuk bertanya kepada Alex. Memang, ia mendengar semua percakapan Benny dengan Alex kemarin, tapi kali ini ia mau melihat apa yang menjadi respon Alex setelah apa yang telah diberitahu sang ayah kepadanya,“Hmm… hanya obrolan biasa. Ya kalau di bilang sih seputar pekerjaan dan kehidupan pribadi saja,” ucapnya dengan enteng,Gadis itu melipat tangannya sembari menyenderkan tubuhnya dan menyilang
Naomi’s POVAku melangkah dan meletakkan asal tasku lalu aku duduk di ranjangku. Aku memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini. Entah mengapa aku merasa aku mengacaukan segalanya hari ini. Aku membuka blazerku dan melemparnya dengan asal, lalu aku berbaring di ranjangku.Aku memeluk gulingku seakan-akan aku sedang memeluk seorang yang kucintai. Semuanya baik-baik saja sebelum mulutku berkata sesuatu yang menyakitkan. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri dan terus menerus aku bergumul karenanya.Aku kembali bangkit lalu mengambil handukku untukku mandi. Aku rasa aku butuh menyegarkan diri untuk sementara waktu. Aku berjalan ke kamar mandi dan mulai membuka bajuku. Aku menyikat gigiku sebentar. Setelahnya, aku membuka shower untukku membasahi tubuh polosku.Pikiranku selalu kembali ke masa tadi, saat aku berkata sesuatu yang sangat bodoh. Aku merasa terganggu dengan diriku sendiri. Haruskah aku meminta maaf kepada Alex setel
Naomi’s POVDengan sedikit polesan lipstick, maka dandananku hari ini sudah selesai. Aku menatap diriku di cermin yang tingginya setubuhku dan perfect! Aku menyukai riasan tipisku dan aku tersenyum dengan sumringah. Aku kemudian berdiri dan melihat diriku dengan dress selutut berwarna navy.Kali ini aku memakai flat shoes karena aku tidak ingin lelah berjalan karena menggunakan high heelsku itu. Aku tersenyum puas melihat penampilanku yang menawan ini.Setelah aku puas melihat diriku di cermin, aku melangkah ke ranjangku dan kembali duduk. Sebentar lagi Adrian akan menjemputku. Dan untuk meredakan kegugupanku, aku memutuskan untuk bermain game sejenak sembari menunggu pria itu meneleponku.Aku sangat suka bermain detective text games karena menurutku itu sangat menarik dan benar-benar menantang untuk memecahkan misteri-misteri yang ada. Kali ini aku bermain duskwood, sebuah game yang menceritakan hilangnya
Naomi’s POVAdrian tersenyum simpul sebelum dia menyadari jika lampu sudah berwarna hijau. Dengan cepat, ia melajukan mobilnya kembali. Setelah kami tadi berbincang-bincang, suasana kembali sepi dan hening. Aku tidak tahu harus mengatakan dan bagaimana untuk memulai percakapan kami yang sudah terputus,“Bunga… apa dia adikmu satu-satunya?” tanyaku, membuka keheningan yang sempat terjadi diantara kami berdua,Pria itu mengangguk,”Iya… dia satu-satunya adikku,”“Jadi kamu anak paling besar?”“Iya bener,” pungkasnya dengan cepat, “Bunga… dia selalu ingin memiliki kakak perempuan. Makanya dia juga ikut-ikutan dengan kedua orang tuaku yang selalu mendorongku untuk memiliki pacar,” ujarnya seakan dia sedang mendumel,“Benarkah?”“Iya. Setiap hari, aku selalu ditodong dengan pertanyaan yang sama. ‘Dimana pacar
Naomi’s POV“Ehem…” dehem Bunga, membuatku dan Adrian menatap kepadanya. Dia menggelengkan kepalanya, menggoda kami yang tadinya terlalu sibuk dengan dunia kami berdua saja. Godaan itu juga bukan datang dari Bunga saja, melainkan ayah dan ibunya Adrian yang tampak tersenyum melihat perilaku anak lelaki mereka yang begitu soft dan gentle kepadaku.Aku menatap makanan yang sudah tersaji di depanku dan sebenarnya tinggal diambil saja. Hanya saja, aku terlalu malu untuk mengambilnya terdahulu. Bukan malu juga sih, tapi lebih tepatnya aku hanya ingin menghormati yang tua dahulu untuk menyentuh makanan yang masih rapi tersaji di depanku. Kebiasaan ini biasanya dipakai di Korea, yang mana yang lebih muda harus menunggu yang paling tua untuk menyantap makanan terlebih dahulu,Kalau kalian menanyakan mengapa aku bisa mengetahui ini, aku mengetahui semua ini dari drama korea yang selalu ku tonton.
Naomi’s POV“Uhuk, manisnya,” ujar Bunga yang tidak berhenti tersenyum untuk menggoda keduanya. Adrian melihat itu, lalu dia mulai melepaskan tangannya dari punggung ku dan mulai kembali ke posisi duduknya. Sementara aku, aku masih belum berani menjawab apapun, apalagi terhadap perkataan ibunya Adrian yang membuatku tersedak,Menikah? Punya cucu?Astaga, itu pembahasan yang benar-benar jauh sekali,“Jadi, kamu sedang bekerja sebagai apa, Naomi?” tanya ayah Adrian dengan ramah kepadaku. Aku tersenyum manis sebelum aku menjawab pertanyaan tersebut, itu adalah pertanyaan yang aku sukai karena aku merasa bangga untuk bisa masuk di perusahaan besar seperti Lewis Studio,“Saya 3D artist di Lewis Studio, om…” jawabku yang membuat semua orang kaget,“Loh, satu pekerjaan sama Adrian dong…” ujar ibu Adrian yang kuangguki dengan semangat,“Kami bahkan seka