Naomi’s POV
Aku membuka mataku dan apa yang kulihat pertama kali adalah wajah tampan Alex yang masih tertidur. Sepertinya ia tertidur ketika menemaniku semalam. Aku hendak mengulurkan tanganku untuk menganggunya, namun aku mengurungkan niatku.
Akan lebih baik jika aku bangkit dari ranjang ini dan berbuat sesuatu yang berguna daripada mengusili Alex.
Aku berjalan menuju toilet yang letaknya di dalam kamar ini juga. Aku melihat diriku sudut bibirku yang sobek dan pelipisku yang membiru. Jika di lihat-lihat lagi, sepertinya lebam ini bisa ditutupi dengan makeup. Aku juga melihat diriku dan leherku yang ada bekas kemerahan, aku mengernyitkan dahiku, berpikir darimana bekas kemerahan ini ku dapatkan.
Dan aku terdiam begitu aku mengingat jika Alex juga mencumbu leherku. Untung sekali tidak banyak yang merah dan aku harap bekas ini bisa ditutupi dengan makeup.
Aku mencuci mukaku untuk menyegarkan penampilanku yang kusam. Setelah mer
Author’s POVNaomi sedang memilah-milih sayuran sementara Alex memegang troli. Kali ini ia menyerahkan segalanya kepada Naomi karena sebenarnya ia juga tidak pandai untuk melihat kualitas bahan. Baginya yang penting tidak berulat dan tidak busuk, itu sudah cukup.Ketika Naomi meletakkan sayur tersebut di dalam troli, dua gadis mendatangi mereka yang mana ini membuat mereka bingung karena mereka tidak mengenali kedua gadis itu,“A-anu, bolehkah kami berfoto dengan kakaknya?” ujar salah satu gadis itu sembari menunjuk Alex. Melihat hal itu, Alex melirik kepada Naomi untuk melihat ekspresinya dan reaksinya jika ada gadis-gadis yang seperti ini datang kepada mereka,Dengan santainya, Naomi mengangguk kepada gadis itu dan berkata,”Boleh, sini ku fotoin,” ujarnya yang membuat Alex terperangah. Ia tidak menyangka jika gadis itu bisa sesantai itu mengatakannya. Padahal seharusnya gadis itu memencak dan memarahi gadis
Author’s POVSeharian ia bersama dengan Alex, akhirnya gadis itu pulang dengan diantar oleh Alex langsung. Langit sudah mulai gelap dan disaat itulah Alex memutuskan untuk mengantar gadis itu pulang karena pada siang hari ayahnya pasti berada di luar rumah. Begitu gadis itu sampai di rumahnya, tentu saja sang ayah, Benny sangat mengkhawatirkan dirinya dan juga ia tidak lupa berterimakasih kepada Alex yang sudah menjaga putri sematangwayangnya tersebut. Dengan sopan, Alex berpamitan dan pulang ke rumahnya.Sementara itu, Naomi masuk ke dalam rumahnya dengan Benny yang selalu bertanya kepadanya apa yang terjadi. Meskipun Benny tidak tahu gadis itu memiliki luka di wajahnya, namun terlihat dari air mukanya jika gadis itu sedang tidak baik keadaannya.“Naomi, kenapa kamu tidak menjawab ayah?” tanyanya yang sembari mengikuti Naomi yang hendak masuk ke dalam kamarnya. Mendengar nada pilu sang ayah, gadis itu berbalik dan menangis. Ia
Author’s POVSetelah beberapa hari Naomi cuti, akhirnya ia balik lagi ke kantornya. Beberapa rekannya khawatir karena ia beralasankan sakit. Gadis itu tidak banyak menjelaskan, ia hanya berkata jika dia demam dan tidak enak badan belakangan ini.Seperti janjinya, ia membuatkan bekal untuk Alex yang tadinya ia titipkan kepada Darius. Gadis itu kembali ke tempatnya dan kembali bekerja. Pekerjaannya menumpuk karena sudah beberapa hari ia tidak masuk. Tidak mengherankan jika ia sangat frustasi dengan pekerjaannya sekarang.Namun meskipun begitu, gadis itu tetap bersyukur, setidaknya ia sudah memiliki pekerjaan tetap daripada ia selama ini freelance yang gajinya tidak tetap. Setidaknya dengan bekerja di perusahaan ini, ia juga bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membayar hutang sang ayah.Tidak terasa, waktu makan siang pun sudah mendatangi mereka. Perlahan dan satu persatu temannya mengajaknya untuk meninggalkan pekerjaann
Author’s POV Waktu bekerja pun usai dan gadis itu berniat untuk lembur. Satu persatu temannya sudah berpulangan, menyisakan dirinya sendiri yang ada di ruangan tersebut. Naomi terus mengerjakan pekerjaannya karena deadlinenya sudah dekat. Ia sudah memberitahu ayahnya jika dirinya akan lembur dan pulang malam. Benny mengerti akan hal tersebut dan memberikan izin untuk gadis itu lembur asalkan ia pulang dengan taxi karena dinilai aman daripada ia harus naik angkot. Waktu sudah menunjukkan setengah delapan malam. Sedikit lagi pekerjaannya untuk deadline yang mendekat akan selesai. Ia terus memaksa dirinya untuk bekerja walaupun matanya sudah lelah. Dan benar saja, akhirnya ia menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Gadis itu memejamkan matanya dan merenggangkan tubuhnya. Ia begitu lelah namun kelelahannya itu terbayar dengan pekerjaan yang sudah usai. Baru saja ia hendak berdiri untuk bersiap-siap, matanya menangkap seseorang yang tengah be
Author’s POVSesuai dengan kesepakatan mereka berdua, kali ini keduanya berkencan di rumah Alex. Alex menjemput Naomi dan saat ini keduanya sedang asik menonton netflix. Sebenarnya Alex ingin membawa gadis itu menggunakan helikopternya dan berjalan-jalan di udara, namun tampaknya gaya hidup seperti itu tidak terlalu disukai Naomi.Dari yang ia tahu, Naomi adalah pribadi yang begitu supel dan juga sederhana. Meskipun dulu ia berasal dari keluarga yang kaya namun ia tidak memamerkan apapun yang ia kenakan dan juga ia tidak hidup dengan hedon, berbeda dengan gadis lain yang pernah pria itu pernah temui. Dan hal itu juga yang membuat Alex terpengaruh dengan gaya hidup sederhana Naomi.Sebenarnya ia bisa saja tinggal di mansion megahnya daripada tinggal di rumah biasa yang jauh dari kata glamour. Namun entah mengapa ia sendiri merasa tidak guna untuk tinggal di tempat-tempat yang mewah tersebut karena itu bukanlah gaya hidupnya.Ia juga
Author’s POV“Kau tampak senang sekali,” ujar Darius yang bisa merasakan energy positif dari sosok Alex. Alex meresponnya dengan bahagia juga,”Benarkah?” ujarnya sembari melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja ia sangat senang, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keberadaan Naomi yang sedari dulu ia inginkan. Ditambah lagi ia merasa ia sangat dicintai oleh gadis itu,“Apa ini karena gadis itu?” tanya Darius lagi kepada Alex. Alex kembali menatap Darius sejenak sebelum dia kembali membaca berkasnya,”Mungkin?” ujarnya sembari tersenyum.“Saya turut senang kalian bisa bersama lagi,” kata Darius lagi kepada Alex. Tanpa memudarkan senyumannya, Alex mengangguk,”Ya… aku juga senang dia bisa bersama denganku lagi… aku harap kami selalu bisa bersama,” ujarnya yang kemudian memberikan setumpuk berkas yang sudah ia kerjakan kepada Darius.Darius melangkah dan
Author’s POVAlex memijat pelipisnya... saat ini ia tengah menunggu kehadiran Giselle. Mereka bersepakat untuk bertemu guna membahas perjodohan mereka berdua. Giselle adalah teman kecil Alex, keduanya memang dekat namun Alex hanya menganggapnya sebagai adiknya saja, tidak lebih.Tidak lama ia menunggu, sosok ayu nan cantik datang menemuinya dan duduk di hadapannya. Gadis itu sudah sangat menunggu masa-masa dimana ia bertemu kembali dengan Alex. Ia sangat senang jika pria itu meneleponnya tadi malam dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini,“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya gadis berambut panjang itu,Alex menggelengkan kepalanya,”Aku baru saja sampai,” ujar pria itu dengan jujur.“Bagaimana keadaanmu?” tanya gadis itu yang ingin membangun percakapan yang menarik diantaranya dan Alex...“Kita langsung saja ke intinya... Giselle, aku ingin bertanya... apa kau setuju den
Author’s POV“Tidak bisakah kau tinggalkan berkasmu itu dan pergi saja bersama denganku?” tanya Giselle yang lagi-lagi diabaikan oleh Alex. Sudah sekitar setengah jam pria itu mengabaikan gadis itu yang masih duduk di sofa kebesaran ruangan kerja Alex. Giselle menghela napasnya, ia tidak menyangka Alex akan tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras seperti ini.Setahunya dulu, Alex adalah orang yang lebih suka cara yang instan dan praktis. Sebenarnya, mendengar pria itu menjadi CEO di perusahaan ayahnya membuat gadis itu terkejut, pasalnya ia sangat mengenal sifat pria itu yang tidak suka diatur-atur.Namun itu bukanlah masalah besar untuknya. Malah hal tersebut adalah hal yang bagus karena pria itu tumbuh menjadi pria yang lebih baik daripada masa lalunya. Giselle menatap arlojinya yang sudah menunjukkan waktu untuk makan siang. Dengan senang, ia berdiri dan menghampiri pria itu untuk mengajaknya makan siang bersama,&l