Share

Pertemuan Randi dengan Sekar

   Siang itu, dihari lainnya, Randi tampak berkunjung ke Panti Asuhan tempat dimana Yana menitipkan Bayi Sekar. Ibu Pengasuh panti asuhan menemui Randi.

Melihat Randi yang datang, Ibu pengasuh panti asuhan tersenyum, karena mengenal Randi sebagai suami Yana dan sebagai donatur tetap panti asuhannya.

"Apa kabar pak Randi, lama gak kesini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan pada Randi.

"Iya bu, saya sibuk kerja di Jakarta." Ujar Randi tersenyum.

"Bagaimana keadaan Ibu dan Panti asuhan ini ?" Tanya Randi.

"Alhamdulillah baik pak Randi, Bu Yana masih rutin memberikan sumbangan ke panti asuhan ini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan dengan tersenyum.

"Oh begitu." Ujar Randi.

"Saya dengar dari Yana, kalau anaknya Sekar dititipkan di panti asuhan ini, boleh saya melihatnya bu ?" Ujar Randi.

"Aduh maaf pak, anaknya sudah di adopsi, 6 bulan lalu." Ujar Ibu asuh panti asuhan.

"Oh begitu." Ujar Randi menyembunyikan rasa kecewa dan kagetnya.

"Memang bu Yana gak bilang ke bapak ?" Tanya ibu pengasuh panti asuhan.

"Tidak bu."

"Kami sudah berpisah setahun lebih, jadi wajar kalo Yana gak cerita semua ke saya." Jelas Randi.

"Oh maaf, saya tidak tahu pak." Jawab pengasuh panti asuhan itu merasa tidak enak hati karena mengetahui Randi bercerai dengan Yana.

"Orang mana yang adopsi anak Sekar bu ?" Tanya Randi.

"Maaf Pak, saya gak bisa memberikan datanya ke bapak, udah kode etik panti asuhan kami." Ujar ibu pengasuh panti asuhan itu pada Randi, Randi pun tersenyum mencoba memahaminya.

"Oh, tidak apa bu, saya yang harusnya minta maaf." Ujar Randi tersenyum.

"Mereka orang bandung, tapi kabarnya pindah ke australia pak Randi, cuma itu yang bisa saya kasih tau. Maaf." Jelas Ibu Pengasuh panti merasa tidak enak hati pada Randi yang sudah jauh jauh datang itu.

"Baik bu." Ujar Randi.

Randi mengambil sebuah amplop coklat, amplop itu terlihat tebal didalamnya. Randi menyerahkannya pada Ibu pengasuh panti asuhan.

"Ini ada sedikit bantuan dari saya untuk panti asuhan ini, mohon diterima bu." Ujar Randi menyerahkan amplop tebal berisi uang itu.

Ibu pengasuh panti asuhan menerimanya.

"Alhamdulillah, terima kasih pak Randi." Ujar Ibu pengasuh.

"Sama sama bu." Jawab Randi.

"Saya permisi dulu bu, Mari." Ujar Randi tidak memberikan Salam, Ibu Pengasuh mengangguk. Randi berlalu dari hadapan Ibu pengasuh panti asuhan yang menatap kepergian Randi, lalu Ibu pengasuh tampak senang memeluk amplop berisi uang itu, kemudian berbalik melangkah pergi menuju ruang kerjanya.

   Didalam Mobil Randi terlihat kesal, dia memukul tangannya ke setir mobil.

"Kurang ajar ! Ku kira bayi itu ada di panti asuhan itu. Sirna sudah harapanku memiliki keturunan sebagai penerusku." Ujar Randi menahan emosi marahnya, lalu menyalakan mesin mobil dan pergi dari panti asuhan itu.

   Di hari lainnya, Randi bersama Yana berkunjung ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk Sekar.

Dari luar kaca ruang isolasi, Randi dan Yana melihat Sekar yang diam duduk dipinggir ranjang di dalam kamar ruang isolasi.

Wajah Yana menunjukkan kesedihan melihat Sekar, Yana menangis, Randi meliriknya.

"Boleh saya masuk kedalam sebentar Pak ?" Tanya Randi pada Petugas jaga yang menemani mereka saat itu.

"Silahkan pak, hanya lima menit." Ujar Petugas jaga pada Randi.

"Baik Pak." Jawab Randi.

Petugas jaga membuka pintu kamar isolasi, Randi menoleh pada Yana.

"Kamu mau ikut masuk Yan ?" Tanya Randi pada Yana.

"Nggak, kamu aja, biar aku disini, aku gak sanggup liat Sekar begitu." Ujar Yana menghapus air matanya menangis sedih. Randi masuk kedalam kamar isolasi, melangkah pelan mendekati Sekar yang duduk diam, keadaan dan kondisi Sekar semakin memperhatinkan, tubuhnya lusuh dan semakin kurus. Randi menatap tajam wajah Sekar.

"Apa kabar Sekar ? Papah Randi datang." Sapa Randi pelan dan ramah pada Sekar. Sekar hanya diam saja tak bergeming. Randi melangkah kembali semakin dekat pada Sekar.

"Papah Randi sengaja datang nemui Sekar." Ujar Randi tersenyum.

Mata Sekar melirik Randi, lalu terdiam membisu lagi.

"Papah Randi kangen sama Sekar, kangen canda tawa Sekar." Ujar Randi pada Sekar yang masih diam tak bergeming, Randi senyum menatap Sekar.

"Boleh Papah Randi peluk Sekar ?" Ujar Randi menunjukkan wajah sedihnya dan tersenyum manis pada Sekar.

Sekar diam tak menjawab, Randi melangkah dekat pada Sekar, lalu Randi membungkukkan tubuhnya, Randi memeluk Sekar.

Dalam Pelukan Randi itu, tak lama mata Sekar melotot bergerak kesana kemari, lalu meronta ronta, teriak meraung raung.

Randi melepas pelukannya.

Melihat Sekar tiba tiba meronta, Petugas jaga masuk kedalam ruangan itu.

"Maaf pak, sebaiknya bapak segera keluar." Ujar Petugas Jaga. Randi gugup melihat Sekar yang meronta mengamuk .

"Baik pak." Ujar Randi lalu melangkah keluar, Randi sempat menoleh pada Sekar didepan pintu, melihat Sekar meronta ronta hendak melepaskan tangannya yang diborgol pada besi disamping ranjangnya. Yana melihat itu panik.

"Kenapa Sekar bang? Kenapa tiba tiba dia begitu ?" Tanya Yana panik melihat Sekar meronta teriak meraung raung kesetanan.

"Aku gak tau, pas aku peluk dia begitu." Ujar Randi.

"Mungkin trauma bang."

"Mungkin dia gak mau disentuh orang." Ujar Yana.

"Mungkin." Ujar Randi melirik kearah Sekar yang mulai tenang itu. Petugas Jaga lalu menutup dan mengunci pintu kamar ruang isolasi itu kembali.

"Pasien sering mengalami hal ini pak. Tiba tiba seperti kesurupan." Jelas Petugas Jaga.

"Tapi gak apa kan pak ?" Tanya Yana semakin cemas.

"Tidak apa apa bu, dokter yang merawatnya rutin datang untuk check kondisinya." Ujar Petugas jaga pada Yana. Mendengar itu, dia sedikit tenang, menghela nafasnya.

"Baik bu, waktu berkunjung sudah habis." Jelas Petugas jaga.

Yana mengangguk, Yana dan Randi melangkah mengikuti petugas jaga meninggalkan Sekar sendiri yang berada didalam kamar ruang isolasi dengan tangan terikat dibesi samping ranjangnya.

   Di Halaman Parkir Rumah Sakit Jiwa, Randi menatap Yana yang tampak lesu dan tertunduk.

"Kamu ikut aku pulangnya ?" Tanya Randi.

"Terima kasih bang, aku nunggu Mas Badrun jemput pake mobil, kebetulan Mas Badrun lagi di Klaten." Ujar Yana.

"Oke, aku duluan ya." Ujar Randi.

Randi lalu masuk kedalam Mobilnya, menyalakan mesin, lalu menjalankan mobilnya pergi keluar dari rumah sakit jiwa itu, wajah Randi tampak tersenyum senang.

Tak lama kemudian mobil sedan milik Yana yang disimpan dirumah mas Badrun selama ini datang , mendekati Yana yang sudah berdiri menunggu. Yana membuka pintu mobil lalu naik kedalamnya.

"Udah pulang si Randi ?" Tanya mas Badrun pada Yana.

"Udah. Sekar ngamuk tadi Mas." Jelas Yana .

"Loh kenapa ?" Tanya Badrun.

"Randi peluk Sekar, mungkin kangen, Sekar kan udah kayak anak kandungnya sendiri selama nikah denganku."

"Tapi mungkin Sekar trauma, gak mau dipeluk orang, makanya langsung teriak histeris meronta ronta."

"Aku liatnya takut Sekar kenapa napa." Ujar Yana sedih.

"Ya kamu gak usah mikir yang negatif tentang Sekar, doain aja Sekar bisa lalui semua ini, sembuh dan kembali kerumah bersamamu dan Dewi." Ujar Badrun.

"Iya mas. Kalo saja Bapaknya Sekar masih hidup, pasti bapaknya nyalahin aku karena kondisi Sekar." Ujar Yana lirih.

Bapak kandung Sekar, mantan suami Yana pertama sudah meninggal dunia tepat setelah 2 tahun perceraian mereka karena sakit jantung.

Jadi wajar kalau selama Randi menikah bersama Yana, Sekar menganggap Randi sebagai orang tuanya sendiri, Bapaknya sendiri.

"Randi itu sayang ke Sekar, Sekar juga selama ini manja ke Randi, kalo sakit, pasti minta tolongnya ke Randi, apa apa ya Randi, dianggapnya bapaknya sendiri." Jelas Yana pada Badrun.

"Iya, bagaimana pun, Randi gak kan bisa melupakan Sekar dan Dewi , karena udah dianggapnya sebagai anaknya sendiri." Ujar Badrun.

"Sekarang kamu mau aku antar kemana ?" Tanya Badrun.

"Pulang ke rumah Jetak aja mas, aku capek mau istirahat." Ujar Yana pada Badrun.

"Oke, habis antar kamu, aku langsung balik Jogja ya, gak mampir." Ujar Badrun sambil menjalankan mobilnya.

"Iya mas." Ujar Yana. Mobil pun kemudian pergi meninggalkan rumah sakit jiwa tersebut.

   Di jalan raya, Randi tengah mengemudikan mobilnya, tiba tiba kepalanya terasa Sakit sekali, Mobil berjalan zigzag karena Randi terlihat menahan sakit di kepalanya.

Randi membanting setir menghindari mobil mobil dan motor yang ada dijalanan itu, lalu Randi kemudian menginjak rem mobilnya, menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

Randi memegang kepalanya, menahan sakit yang sangat sekali, pandangan mata Randi berkunang kunang, semua terlihat berbayang dalam pandangannya, Randi meraung menahan sakitnya.

Tangan Randi meraih dashboard, mengambil sebuah botol obat yang ada dilaci dashboard mobil, membuka tutup botol obat lalu mengambil obatnya dan memasukkannya ke mulutnya, Randi lalu meraih botol mineral yang ada disamping pintu depan mobil, membuka tutupnya kemudian meminum air mineral itu.

Untuk Sesaat Randi terdiam menenangkan dirinya, menahan rasa sakitnya, perlahan rasa sakitnya mereda, Randi tampak menghapus air matanya yang keluar akibat tak kuat menahan sakit di kepalanya tadi.

Randi menarik nafasnya berat. Lalu kemudian menyalakan mesin mobilnya kembali, menjalankan mobilnya perlahan.

   Petugas Polisi tampak sedang mengecek hasil rekaman cctv milik rumah Yana. Saat melihat ada yang janggal, Petugas Polisi minta di Pause bagian yang menurutnya aneh  pada petugas yang ada diruang itu.

"Stooop...Stooop, di menit ke dua puluh lima Pak." Ujar Polisi.

Petugas pun cepat mempause rekaman itu dimenit yang disebutkan Polisi.

"Sekarang coba putar mundur dikit, terus play." Ujar Polisi, Petugas menuruti semua perintah Polisi. Dia melakukan sesuai perintah.

"Stop, pause." Ujar Polisi di gambar yang dilihatnya, petugas cepat menghentikan tayangan gambar itu.

"Ada yang aneh sama cctvnya." Ujar Polisi.

"Coba buat ke slow motion pak." Ujar Polisi.

Petugas menuruti, memutar kembali rekaman cctv itu dengan menu slow motion.

Gambar terlihat jalan melambat.

Dari hasil gambar rekaman  cctv itu tampak kamera cctv bergerak naik keatas dan mengarah ke atap rumah dari yang sebelumnya mengarah keseluruh ruangan lantai atas rumah Yana.

"Akhirnya...dapat juga." Ujar Polisi.

"Simpan hasil ini Pak sebagai barang bukti." Ujar Polisi.

"Siap." Ujar Petugas. Polisi lalu pergi keluar dari ruangan itu meninggalkan petugas yang mengcopy hasil bukti rekaman cctv.

   Yana datang menemui para petugas kepolisian yang berjumlah empat orang itu diteras rumahnya. Dia turun dari motornya, melangkah mendekati Polisi yang bertugas.

"Maaf Pak, lama nunggu saya." Ujar Yana.

"Tidak apa bu. Kami ke sini dengan tujuan ingin memeriksa seluruh ruangan rumah ibu." Ujar Polisi.

"Kenapa Pak ?" Tanya Yana kaget.

"Dari hasil rekaman cctv rumah ibu, kami mendapatkan bukti bahwa pelaku pembunuhan masuk dari dalam rumah ibu, kamera cctv diruangan lantai atas rumah ibu berubah posisinya." Ujar Polisi menjelaskan. Yana semakin kaget mendengar penjelasan polisi itu.

"Astaghfirullah, kenapa bisa begitu? Rumah saya selalu terkunci rapat selama ini." Ujar Yana cemas.

"Selama ini Rumah saya aman Pak, gak ada orang yang berani masuk dengan diam diam, apalagi secara paksa, karena ada cctv." Jelas Yana pada Polisi.

"Maka dari itu bu, kami ingin mencari tahu kenapa pelaku bisa masuk kedalam rumah ibu dan menerobos masuk kedalam rumah korban." Ujar Polisi.

"Baik pak, silahkan diperiksa." Ujar Yana sambil membuka pintu depan rumahnya dengan kunci yang dibawanya.

Pintu terbuka, Para petugas polisi masuk kedalam rumah Yana di ikuti Yana.

   Didalam rumah, Para Petugas Polisi mulai bergerak mencari barang bukti pembunuhan. Ada yang memeriksa bagian ruang dilantai bawah rumah Yana, ada yang memeriksa ke bagian taman rumah Yana dan garasi samping rumah, ada juga petugas polisi yang naik ke lantai atas rumah Yana untuk memulai pemeriksaan.

Salah satu petugas berdiri melihat cctv yang ada diruang lantai atas yang mengarah keseluruh ruangan dilantai atas itu dengan kamar kamar yang ada.

Satu petugas membuka pintu samping ruangan lantai atas itu, lalu keluar ke arah teras luar dilantai atas itu.

Petugas mengamati sekitarnya, mencari cari sesuatu dengan alat yang dibawanya, melihat ketiap sudut atas teras.

Tidak ada kamera cctv yang terpasang disitu.

Petugas Polisi lalu melangkah naik keatas, melompat melewati pagar teras luar lantai atas rumah Yana, melangkah diatap besi diatas taman rumah Yana.

Petugas polisi itu melirik ke bawah, tampak bagian belakang rumah Yana dan pekarangan halaman rumah kosong yang tumbuh dengan bambu bambu liar yang tinggi tinggi disekitarnya.

Petugas mencari cari dan melihat lihat sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai bukti. Tak Lama di satu sudut tampak bekas lumpur berbekas tapak sepatu, Petugas Polisi pun lalu memotret bekas tapak sepatu itu.

Petugas lalu melangkah pergi masuk kedalam rumah. Sementara Petugas Polisi yang ada diruangan lantai atas melangkah ke kamar, membuka satu persatu kamar dan memeriksanya.

Petugas Polisi itu lalu masuk ke kamar kosong, dia melangkah kedalam, melihat di dinding kamar ada papan triplex terpasang di dinding itu dengan posisi satu sisi yang terbuka tidak terpaku.

Petugas Polisi melangkah mendekat, membuka papan triplex yang menempel di dinding itu, Setelah papan triplex terlepas dari dinding, tampak lubang besar sebesar ukuran jendela rumah.

Petugas menyenter ke arah dalam , terlihat Kamar rumah almarhum Riyadi.

Petugas lalu masuk kedalam. Didalam Kamar Irfan, tetangga Yana yang menjadi korban pembunuhan itu, Petugas Polisi melangkah keluar kamar, membuka pintu kamar, melihat ke anak tangga dan ke arah lantai bawah rumah korban keluarga Riyadi.

Petugas akhirnya mengerti dari mana pelaku bisa masuk dan membunuh keluarga Riyadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status