“Garis dua, positif. A-aku hamil!?” Antara bahagia ataupun sedih, Qiara sendiri tak mengetahui dengan pasti apa yang sedang dirasakan olehnya saat ini.
Vince sang suami yang lagi duduk memikirkan sesuatu di atas sofa kamar utama mereka bergegas membuka gagang pintu kamar mandi karena kaget mendengar suara keras dari Qiara isterinya. “Kamu kenapa?” Tanya Vince dengan wajah yang terlihat begitu khawatir. Tak menjawab soalan yang ditanyakan oleh Vince, Qiara langsung menyodorkan testpack kehamilan yang berada di tangannya ke tangan Vince. Air mata tak hentinya keluar dari kedua belah matanya yang cantik setelah melihat hasil yang begitu ia takutkan selama ini. Ternyata inilah alasan kenapa dirinya merasa seperti ada yang aneh dengan tubuh badannya selama beberapa bulan ini, ditambah lagi dengan perubahan perut nya yang semakin membesar semakin hari. Akhirnya tepat setelah misinya dan Vince sang suami telah usai dengan sempurna, Qiara memberanikan dirinya untuk memastikan kekhawatirannya dengan menggunakan testpack kehamilan terlebih dahulu. “Ini apa ya? Kok ada garis dua yang terpampang di sini?” “Serius deh, pengen sekali rasanya aku memukul kamu sekarang Vince! Masa ini aja kamu ga tau! Ini testpack kehamilan,TESTPACK KEHAMILAN Vince dan hasilnya positif yang berarti aku sedang hamil!” Qiara menatap tajam pria yang sedang memandang dirinya itu.“Jangan bercanda dong Qiara. Kamu lagi ngeprank ya saking happy nya misi kita sudah berjaya dalam kurun waktu yang hanya sebentar dari yang kita rencanakan sebelumnya.” Vince memilih untuk tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Qiara. “Terserah kamu mau percaya atau nggak, aku juga ga butuh kamu kok untuk ada dalam kehidupan kami di kemudian hari nanti! So, kamu tahukan apa yang harus kamu lakukan pada saat ini. Segera ceraikan aku, misi kita juga sudah selesai kan.” Qiara langsung keluar dari kamar mandi usai berkata apa yang ada di dalam hatinya. Vince terdiam untuk sesaat setelah mendengar lontaran kata-kata yang begitu pedas dari mulut isterinya. Walaupun memang kenyataannya pernikahan mereka hanyalah sebatas pernikahan kontrak yang sudah tertulis di surat perjanjian yang sudah ditandatangani oleh mereka berdua dan hanya diketahui oleh orang kepercayaan masing-masing. Setelah beberapa saat berdiam diri, Vince keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ke arah Qiara yang sedang membereskan pakaiannya untuk diletak di dalam bagasi. Vince memegang tangan istrinya dengan lembut. Mencoba membuang egonya untuk seketika. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya untuk sang istri. Vince butuh kepastian soal kehamilan Qiara.“Aku minta maaf Qiara. Jadi kamu beneran hamil ya! Aku nggak tau kalau perbuatan ku, ya walau dalam keadaan kurang sadar sih waktu itu telah menghamilkan kamu. Aku sudah memikirkan apa yang harus aku lakukan tentang kehamilan kamu.” “Vince, kalau kamu berniat menyuruh aku menggugurkan kandungan ini. Maaf aku nggak akan mau!” Qiara melepaskan genggaman tangan Vince dengan kasar. “Aku nggak akan menceraikan kamu Qiara, aku akan bertanggungjawab atas apa yang telah aku lakukan!”Satu kata yang membuatkan Qiara langsung memandang wajah Vince. Dia tidak menyangka Vince akan mengatakan hal yang membuat bulu kuduknya berdiri. Tak disangka sang suami yang senantiasa dingin kepada dirinya selama 4 bulan pernikahan mereka kini hendak meneruskan lagi pernikahan hanya semata karena dirinya lagi hamil. “Maaf, aku tetap dengan keputusanku yang ingin bercerai! Aku hamil juga bukan sepenuhnya kesalahan kamu kok. Kita sama-sama tidak sadar karena lagi mabuk waktu itu. Salah aku juga jadi wanita yang tidak becus menjaga kehormatannya sendiri.” Qiara mengatakannya sambil tersenyum memandang wajah Vince, walau hatinya menjerit perih mengenangkan nasib dirinya setelah ini. Keputusannya sudah bulat ingin bercerai dengan Vince. Qiara tidak ingin merasakan derita seumur hidupnya jika harus tetap bertahan di alam pernikahan hanya semata demi anaknya. Dia bisa menciptakan bahagia bersama anaknya dengan caranya sendiri nanti, begitulah yang ada di dalam pikiran Qiara. Deg! Entah mengapa Vince merasa hatinya begitu perih ketika mendengarkan kata-kata Qiara. Memang waktu itu dia pernah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta lagi kepada wanita manapun. Sakitnya perasaan setelah dikhianati dan dibohongi oleh cinta pertamanya membuatkan dia merasa jera untuk jatuh cinta kembali. Baginya wanita semua sama. Semenjak saat itu dia tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati seperti yang selalu dikatakan oleh Qiara. “Aku nggak mampu dan gak bisa merangkai kata-kata yang romantis. Hanya satu pintaku, izinkan aku untuk menjaga kamu dan anak kita. Aku mungkin belum mampu untuk mencintai kamu dan mungkin untuk selamanya aku nggak akan mampu untuk mencinta–”“Aku udah tau kok! Jangan khawatir tentang anak ini. Kedepannya kalau kamu mau nemuin dia juga aku bakal kasih. Kamu tau kan aku sering bilang bahwa aku gak akan pernah mampu untuk bertahan dalam pernikahan yang tiada seri dan artinya. Jadi aku mohon, ceraikan aku secepatnya.” “Maaf, untuk kali ini aku menolak untuk menceraikanmu. Aku juga rela membagi setengah dari hartaku untuk kamu akibat sudah melanggar perjanjian yang sudah tertulis di pernikahan kontrak kita!” “Susah ya ngomong sama lelaki dingin tak punya perasaan kayak kamu! Vince, aku tau kamu merasa kecewa berat setelah dikhianati oleh kekasihmu. Di sini bukan hanya kamu kok yang merasa kecewa dan terluka. Situasi kita itu sama! Tapi aku nggak pernah memukul rata semua lelaki itu sama kayak yang kamu pikir. Ingat ya Vince, nggak semua wanita itu jahat!” Muka Qiara yang putih hampir kemerahan menahan amarah yang ia rasakan. Nafasnya juga turun naik setelah mengeluarkan kata-kata emas untuk suaminya yang tidak berperasaan itu. Sumpah demi apapun itu, Qiara merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena telah berani membuat keputusan hanya demi kepuasan sesaat. “Tolong keluar dan jangan dekati aku dulu. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini,” Perintah Qiara kepada vince dengan wajah yang menunduk. Dengan terpaksa Vince menuruti kemahuan Qiara. Perlahan-lahan dia melangkahkan kakinya berlalu pergi dari kamar dan berharap Qiara mau mengikuti keinginannya. Vince tak mau suatu hari nanti anaknya merasa kekurangan kasih sayang dari seseorang yang bergelar ayah di dalam hidupnya.Setelah bayangan Vince sudah tak kelihatan lagi, Qiara mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang. Kalau Vince nekat tidak ingin menceraikan dirinya, dia juga bertekad akan melakukan apa yang ia inginkan. Cukup sudah kesalahan yang ia buat beberapa bulan yang lalu, mempermainkan pernikahan yang begitu sakral. Kini sudah saatnya ia ingin menebus kesalahannya.“Kamu mau kemana dengan membawa bagasi? Apa aku ada mengizinkan kamu untuk pergi dari rumah ini?” Tanya Vince setelah melihat Qiara yang sepertinya sudah bersiap-siap untuk pergi. “Emang kalau orang yang bawa bagasi itu selalu dipikir ingin pergi ya?” Dengan wajah yang polos Qiara kembali menanyakan soalan untuk suaminya itu.“Bisa nggak jangan bercanda mulu Qiara, aku lagi serius! Kamu mau kemana? Pokoknya kamu nggak boleh pergi dari rumah ini!” “Haha, kamu demam nih kayak nya. Makan ubat sana kalau sakit! Bukan nya ini saat yang kamu tunggu-tunggu selama ini? Ingin pisah sama aku. Lagian misi kita juga udah selesai toh. Kamu nggak berhak buat nahan aku untuk tetap di sini!” “Baiklah, aku dengan rendah hati meminta maaf atas perbuatan dan perkataan yang mungkin telah menyakiti hati kamu selama ini. Please, jangan pergi!” Vince berlutut di hadapan Qiara sambil membelai perut Qiara yang sudah berisi seorang nyawa dan itu ialah darah daging nya sendiri. Qiara sampai dibuat kaget akan Vince yang secara mendadak perilakunya berubah tak seperti biasanya. Jujur saja perilaku Vince yang seperti ini membuat hati Qiara merasa seperti ada yang aneh. Qiara pernah mencoba untuk membuka pintu hatinya untuk Vince. Tapi mengingat perlakuan suami di atas kertas nya selama ini membuat dirinya tak ingin berharap lebih. “Hufft, bangun lah Vince. Jangan seperti ini, aku jadi gak enak. Iya aku nggak akan pergi kok. Ini aku hanya ingin pergi menenangkan pikiran dengan membagi barang-barang ini kepada mereka yang memerlukan. Percaya saja sama aku, aku akan kembali lagi ke sini setelah merasa tenang.” Qiara tersenyum sambil membelai rambut Vince dengan perlahan. Tidak lupa juga ia memeluk suaminya dengan erat setelah Vince kembali berdiri. Entah mengapa Vince merasakan seolah ini kali terakhir dirinya akan melihat Qiara. Sambil memaksakan senyum, dia akhirnya mengijinkan jua istri nya untuk pergi seorang diri dengan harapan Qiara akan kembali lagi ke sisi nya setelah urusan Qiara selesai.Qiara melambaikan tangan kepada suaminya, setelah itu Qiara benar-benar sudah pergi jauh dan menghilang dari pandangan mata Vince. "Maafkan aku Vince! Mungkin ini jalan yang terbaik diantara kita berdua.”“Sungguh kejam sekali dikau wahai cowok keparat! Teganya kau mengkhianati aku yang begitu cantik nan kaya ini, hahahaha!” Terdengar ocehan yang tidak jelas keluar dari mulut Qiara yang sudah mabuk. Qiara gadis cantik yang membawa dirinya masuk ke dalam sebuah klub malam hanya untuk melepaskan rasa sakit yang sedang dirasakan olehnya saat ini. Lelaki yang ia kira akan menjadi pasangan hidupnya hingga ke hujung nyawa ternyata tega mengkhianati cintanya. “Teman, apa benar ada yang namanya sahabat sejati di dunia ini. Hey, aku sarankan kamu hati-hati deh sama yang namanya teman. Entar pacar kamu ditikung loh sama temanmu sendiri.” Bartender yang berada di hadapan Qiara hanya menghelakan nafasnya mendengar apa yang Qiara katakan. Bukan hanya sekali, tapi berulang kali Qiara telah mengatakan hal yang sama sedari tadi. “Kenapa kamu hanya diam! Kamu tau nggak aku ini siapa? Eh, tapi kata asisten yang sudah aku anggap seperti kakak sendiri jangan bocorkan ke orang-orang aku ini siapa. Rumi
“Dasar lelaki aneh!” Bukannya kaget setelah melihat Vince marah, malah Qiara justru pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. “Temperamen amat deh jadi manusia! Kan bisa diambil secara baik-baik bingkai fotonya tanpa ngebanting kayak orang ga jelas gitu, berserakan toh jadinya iya kan!” Vince memutarkan bola matanya mendengar Qiara yang tiada hentinya mengoceh setelah masuk ke dalam apartemennya. Matanya kembali memandang sebuah foto di antara kaca-kaca yang berserakan di jubin seramik. Dengan tatapan matanya yang dingin, Vince mengambil dan merobek foto itu sehingga hancur tak tersisa lagi.Seketika Vince terduduk. “Sakit! Sakit sekali! Hatiku saat ini rasanya seolah sedang ditusuk seribu mata pisau yang menancap,” Sambil memukul-mukul dadanya. Qiara memutar kembali arahnya setelah melihat Vince seperti itu. Hatinya merasa terusik kala melihat reaksi kecewa yang terpampang dengan jelas dari raut wajah Vince.“Sakit ya? Sakit lah ya pasti, iya kan? Berarti kita sama dong, sama-sam
“Tetaplah disini! Kalau ada yang pergi, seharusnya orang itu ialah Aku,” Qiara menghapus perlahan air matanya dan tersenyum memandang Vince. “No, Qiara! Ok, aku gak akan pergi. Kita sama-sama di sini ya. Bahaya jika kamu pergi saat kamu masih mabuk seperti ini!” “Ihh, kamu baik banget, aku jadi grogi!”Bisa-bisanya Qiara merubah reaksi nya secepat itu. Mukanya yang putih sampai kemerahan karena lagi blushing. Keadaan yang tadi nya penuh haru kini bertukar dengan adegan Vince menjitak dahi Qiara. Qiara mendengus kesal sambil mengusap dahinya. Setelah itu dia tersenyum dengan penuh jahil memandang vince yang kembali memasang wajah dinginnya. Cup!Qiara mengecup bibir Vince. Walaupun kaget Vince tak kunjung melepaskan malah ia turut membalas ciuman dari gadis yang baru saja ia kenali itu. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama Qiara. Tak lama kemudian Vince yang sudah tak bisa membendung nafsunya yang sedang membuak-buak, mengangkat Qiara ala bridal style menuju ke kamarnya. “Idih, k
Usai menghantar Qiara, Vince pamit pergi untuk menemui keluarganya. Kini Qiara sudah berada di Mansion milik keluarganya. Setelah Vince mengutarakan alasan kenapa lelaki itu tetap bersikeras ingin mereka menikah, Qiara langsung mengiyakan tanpa berpikir akan konsekuensi yang akan didapatkan di kemudian hari. Dengan sepenuh tenaga dan jantung yang berdegup dengan sangat kencang ketika ini, Qiara mencoba mencari keberanian untuk menyampaikan hajatnya kepada kedua orang tuanya yang sedang berada di ruang keluarga. Jika itu bukan mama dan papanya, Qiara tidak akan setegang ini. Rasa Hormat dan sayang kepada orang tuanya membuat Qiara tampak seperti gadis yang manja. Sifat Qiara bakal terbalik jika tak sedang berada bersama ahli keluarganya. “Ma, Pa, Qiara mau ngomong sesuatu!”“Ayo sini, duduk sama mama dan papa. Dari reaksi kamu Papa yakin kamu mau bicara hal yang serius kan,” dengan tenang papa Qiara memanggil anaknya. “Kamu kemana aja sih Sayang? Mama khawatir sekali tau gak kamu ga
“Vince, ayo kita taruhan!” Secara berbisik disertai dengan senyuman yang sukar diartikan Qiara menyenggol lengan Vince yang masih terpaku melihat pemandangan yang sedang berlangsung di depan matanya ketika ini. “Ok, 5 Juta! Deal?” “Deal!” “Go Mama, go Papa!” Dengan antusias Qiara menyemangati kedua orang tuanya. Bukannya meleraikan aksi saling jambak yang sedang terjadi, bisa-bisanya Qiara dan Vince memasang taruhan. Sungguh pasangan yang begitu serasi. Tersadar akan tujuan mereka yang sebenarnya, akhirnya aksi saling beradu tenaga di antara kedua pasutri tersebut berhenti secara mendadak. Dengan nafas yang terengah-engah, disertai rambut yang telah berantakan tau-taunya mereka malah saling berpelukan setelahnya. “Lah, kok sudah ending gitu aja sih tanpa ada pemenangnya? Eh,” Qiara langsung menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya. Thea, mamanya Qiara beserta Nelly mama kepada Vince tertawa dengan keras melihat ulah Qiara. “Perlakuan kamu sama persis kayak mama kamu ke
“Mama, kok mama tampar aku sih? Kan aku juga mau tau calon ipar ku itu siapa! Hai adikku yang tercinta. Kok mau nikah gak bilang-bilang sih sama kakak dan kakak Quantrell,”Ternyata tetamu yang tidak diundang tersebut adalah kakaknya kedua Qiara yang bernama Qiang. Karena sang mama lagi kesal akan satu hal dia meminta semua pembantu menyebut Qiang dari ‘Tuan Muda Kedua’ menjadi ‘Dia’. “Kakak kemana aja sih selama ini? Puas kami mencari kakak ke mana-mana gak ketemu. Mama sampai sakit loh waktu itu mendengar berita soal kakak yang konon katanya-”“Qiara! Nanti kita bahas soal itu. Sekarang kita lagi ada tetamu yang bertamu. Gak enak dilihat sama mereka! Kamu juga Qiang, jangan cari gara-gara di sini! Mereka datang secara baik-baik untuk melamar Qiara. Sudah, sekarang kamu duduk sama papa di sini!” “Aduh, aku jadi gak enak. Maaf ya Nelly, Verill!” Vince tercengang setelah mengetahui fakta bahwa lelaki itu kakak keduanya Qiara. Awalnya dia mati-matian berpikir itu adalah mantan kekasi
Vince terlihat berpuas hati melihat Qiara akhirnya menandatangani kontrak pernikahan mereka yang bakal berlangsung tidak lama lagi. Setelah Qiara, kini dirinya yang menandatangani surat perjanjian tersebut. Selama mereka masih terikat dengan kontrak pernikahan, keduanya gak bisa berhubungan seks, gak bisa tidur sekamar kecuali ada orang tua yang menginap di tempat tinggal mereka. Harus tinggal di apartemen milik Vince. Gak bisa mengotori apartemennya. Yang paling penting selama masih di dalam kontrak gak bisa saling jatuh cinta. Ya pokoknya banyak lagi senarai gak bisa ini gak bisa itu. “Heh si cowok yang suka mengambil kesempatan! Aku kasih peringatan! Jangan pernah kau sakiti fisik dan perasaan adikku. Kalau gak kau akan tau sendiri apa akibatnya nanti. Mungkin aku bisa bertoleransi kali ini. Tapi tidak untuk lain kali! Camkan itu!” “Ck! Dasar belagu. Baiklah Pangeran Qiang yang songong, akan hamba turuti semua keinginan Pangeran!” “Dan ingat sesuai perjanjian kalian, jangan per
“Iya!” Thea mengatakannya dengan wajah yang datar. Nelly terdiam seketika usai mendengar jawaban yang cukup singkat tapi mengandungi arti yang begitu dalam. Qiara merasa canggung dengan diamnya sang mama dan calon mertuanya. “Masih ada waktu buat kamu untuk membatalkan pernikahan mereka, Nelly! Sekarang apa kamu masih mau menerima anak aku setelah tahu dia seperti apa?”“Ya jelas mau lah! Kalau aku menolak berarti aku bodoh sekali. Qiara sayang, jangan khawatir ya. Seperti apapun diri kamu Mama Nelly akan tetap menerima dan akan menganggap kamu seperti anak sendiri!” Nelly tersenyum ke arah Qiara. “Cuman sekarang aku udah minta dia untuk berhenti semenjak kejadian nyawanya hampir saja diujung tanduk. Untung kedua kakaknya tiba dengan tepat waktu-”“Ehem,”Qiara berdehem agar kedua wanita yang berusia separuh abad itu menghentikan percakapan mereka. Karena sedari tadi pelayan dari butik pengantin itu turut mendengar perbualan mereka. Begitulah seorang perempuan, tanpa mengenal usia