Share

Misi; Mengandung Benih Tuan Vince
Misi; Mengandung Benih Tuan Vince
Penulis: Shasha Afin

Bab 1 : Hamil

“Garis dua, positif. A-aku hamil!?” Antara bahagia ataupun sedih, Qiara sendiri tak mengetahui dengan pasti apa yang sedang dirasakan olehnya saat ini. 

Vince sang suami yang lagi duduk memikirkan sesuatu di atas sofa kamar utama mereka bergegas membuka gagang pintu kamar mandi karena kaget mendengar suara keras dari Qiara isterinya. 

“Kamu kenapa?” Tanya Vince dengan wajah yang terlihat begitu khawatir. 

Tak menjawab soalan yang ditanyakan oleh Vince, Qiara langsung menyodorkan testpack kehamilan yang berada di tangannya ke tangan Vince. Air mata tak hentinya keluar dari kedua belah matanya yang cantik setelah melihat hasil yang begitu ia takutkan selama ini. 

Ternyata inilah alasan kenapa dirinya merasa seperti ada yang aneh dengan tubuh badannya selama beberapa bulan ini, ditambah lagi dengan perubahan perut nya yang semakin membesar semakin hari. Akhirnya tepat setelah misinya dan Vince sang suami telah usai dengan sempurna, Qiara memberanikan dirinya untuk memastikan kekhawatirannya dengan menggunakan testpack kehamilan terlebih dahulu. 

“Ini apa ya? Kok ada garis dua yang terpampang di sini?” 

“Serius deh, pengen sekali rasanya aku memukul kamu sekarang Vince! Masa ini aja kamu ga tau! Ini testpack kehamilan,TESTPACK KEHAMILAN Vince dan hasilnya positif yang berarti aku sedang hamil!” Qiara menatap tajam pria yang sedang memandang dirinya itu.

“Jangan bercanda dong Qiara. Kamu lagi ngeprank ya saking happy nya misi kita sudah berjaya dalam kurun waktu yang hanya sebentar dari yang kita rencanakan sebelumnya.” Vince memilih untuk tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Qiara. 

“Terserah kamu mau percaya atau nggak, aku juga ga butuh kamu kok untuk ada dalam kehidupan kami di kemudian hari nanti! So, kamu tahukan apa yang harus kamu lakukan pada saat ini. Segera ceraikan aku, misi kita juga sudah selesai kan.” 

Qiara langsung keluar dari kamar mandi usai berkata apa yang ada di dalam hatinya. Vince terdiam untuk sesaat setelah mendengar lontaran kata-kata yang begitu pedas dari mulut isterinya. Walaupun memang kenyataannya pernikahan mereka hanyalah sebatas pernikahan kontrak yang sudah tertulis di surat perjanjian yang sudah ditandatangani oleh mereka berdua dan hanya diketahui oleh orang kepercayaan masing-masing. 

Setelah beberapa saat berdiam diri, Vince keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ke arah Qiara yang sedang membereskan pakaiannya untuk diletak di dalam bagasi. Vince memegang tangan istrinya dengan lembut. Mencoba membuang egonya untuk seketika. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya untuk sang istri. Vince butuh kepastian soal kehamilan Qiara.

“Aku minta maaf Qiara. Jadi kamu beneran hamil ya! Aku nggak tau kalau perbuatan ku, ya walau dalam keadaan kurang sadar sih waktu itu telah menghamilkan kamu. Aku sudah memikirkan apa yang harus aku lakukan tentang kehamilan kamu.” 

“Vince, kalau kamu berniat menyuruh aku menggugurkan kandungan ini. Maaf aku nggak akan mau!” Qiara melepaskan genggaman tangan Vince dengan kasar. 

“Aku nggak akan menceraikan kamu Qiara, aku akan bertanggungjawab atas apa yang telah aku lakukan!”

Satu kata yang membuatkan Qiara langsung memandang wajah Vince. Dia tidak menyangka Vince akan mengatakan hal yang membuat bulu kuduknya berdiri. Tak disangka sang suami yang senantiasa dingin kepada dirinya selama 4 bulan pernikahan mereka kini hendak meneruskan lagi pernikahan hanya semata karena dirinya lagi hamil. 

“Maaf, aku tetap dengan keputusanku yang ingin bercerai! Aku hamil juga bukan sepenuhnya kesalahan kamu kok. Kita sama-sama tidak sadar karena lagi mabuk waktu itu. Salah aku juga jadi wanita yang tidak becus menjaga kehormatannya sendiri.” 

Qiara mengatakannya sambil tersenyum memandang wajah Vince, walau hatinya menjerit perih mengenangkan nasib dirinya setelah ini. Keputusannya sudah bulat ingin bercerai dengan Vince. Qiara tidak ingin merasakan derita seumur hidupnya jika harus tetap bertahan di alam pernikahan hanya semata demi anaknya. Dia bisa menciptakan bahagia bersama anaknya dengan caranya sendiri nanti, begitulah yang ada di dalam pikiran Qiara. 

Deg! 

Entah mengapa Vince merasa hatinya begitu perih ketika mendengarkan kata-kata Qiara. Memang waktu itu dia pernah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta lagi kepada wanita manapun. Sakitnya perasaan setelah dikhianati dan dibohongi oleh cinta pertamanya membuatkan dia merasa jera untuk jatuh cinta kembali. Baginya wanita semua sama. Semenjak saat itu dia tidak pernah percaya akan adanya cinta sejati seperti yang selalu dikatakan oleh Qiara. 

“Aku nggak mampu dan gak bisa merangkai kata-kata yang romantis. Hanya satu pintaku, izinkan aku untuk menjaga kamu dan anak kita. Aku mungkin belum mampu untuk mencintai kamu dan mungkin untuk selamanya aku nggak akan mampu untuk mencinta–”

“Aku udah tau kok! Jangan khawatir tentang anak ini. Kedepannya kalau kamu mau nemuin dia juga aku bakal kasih. Kamu tau kan aku sering bilang bahwa aku gak akan pernah mampu untuk bertahan dalam pernikahan yang tiada seri dan artinya. Jadi aku mohon, ceraikan aku secepatnya.” 

“Maaf, untuk kali ini aku menolak untuk menceraikanmu. Aku juga rela membagi setengah dari hartaku untuk kamu akibat sudah melanggar perjanjian yang sudah tertulis di pernikahan kontrak kita!” 

“Susah ya ngomong sama lelaki dingin tak punya perasaan kayak kamu! Vince, aku tau kamu merasa kecewa berat setelah dikhianati oleh kekasihmu. Di sini bukan hanya kamu kok yang merasa kecewa dan terluka. Situasi kita itu sama! Tapi aku nggak pernah memukul rata semua lelaki itu sama kayak yang kamu pikir. Ingat ya Vince, nggak semua wanita itu jahat!” 

Muka Qiara yang putih hampir kemerahan menahan amarah yang ia rasakan. Nafasnya juga turun naik setelah mengeluarkan kata-kata emas untuk suaminya yang tidak berperasaan itu. Sumpah demi apapun itu, Qiara merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena telah berani membuat keputusan hanya demi kepuasan sesaat. 

“Tolong keluar dan jangan dekati aku dulu. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini,” Perintah Qiara kepada vince dengan wajah yang menunduk. 

Dengan terpaksa Vince menuruti kemahuan Qiara. Perlahan-lahan dia melangkahkan kakinya berlalu pergi dari kamar dan berharap Qiara mau mengikuti keinginannya. Vince tak mau suatu hari nanti anaknya merasa kekurangan kasih sayang dari seseorang yang bergelar ayah di dalam hidupnya.

Setelah bayangan Vince sudah tak kelihatan lagi, Qiara mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang. Kalau Vince nekat tidak ingin menceraikan dirinya, dia juga bertekad akan melakukan apa yang ia inginkan. Cukup sudah kesalahan yang ia buat beberapa bulan yang lalu, mempermainkan pernikahan yang begitu sakral. Kini sudah saatnya ia ingin menebus kesalahannya.

“Kamu mau kemana dengan membawa bagasi? Apa aku ada mengizinkan kamu untuk pergi dari rumah ini?” Tanya Vince setelah melihat Qiara yang sepertinya sudah bersiap-siap untuk pergi. 

“Emang kalau orang yang bawa bagasi itu selalu dipikir ingin pergi ya?” Dengan wajah yang polos Qiara kembali menanyakan soalan untuk suaminya itu.

“Bisa nggak jangan bercanda mulu Qiara, aku lagi serius! Kamu mau kemana? Pokoknya kamu nggak boleh pergi dari rumah ini!” 

“Haha, kamu demam nih kayak nya. Makan ubat sana kalau sakit! Bukan nya ini saat yang kamu tunggu-tunggu selama ini? Ingin pisah sama aku. Lagian misi kita juga udah selesai toh. Kamu nggak berhak buat nahan aku untuk tetap di sini!” 

“Baiklah, aku dengan rendah hati meminta maaf atas perbuatan dan perkataan yang mungkin telah menyakiti hati kamu selama ini. Please, jangan pergi!” 

Vince berlutut di hadapan Qiara sambil membelai perut Qiara yang sudah berisi seorang nyawa dan itu ialah darah daging nya sendiri. Qiara sampai dibuat kaget akan Vince yang secara mendadak perilakunya berubah tak seperti biasanya. 

Jujur saja perilaku Vince yang seperti ini membuat hati Qiara merasa seperti ada yang aneh. Qiara pernah mencoba untuk membuka pintu hatinya untuk Vince. Tapi mengingat perlakuan suami di atas kertas nya selama ini membuat dirinya tak ingin berharap lebih. 

“Hufft, bangun lah Vince. Jangan seperti ini, aku jadi gak enak. Iya aku nggak akan pergi kok. Ini aku hanya ingin pergi menenangkan pikiran dengan membagi barang-barang ini kepada mereka yang memerlukan. Percaya saja sama aku, aku akan kembali lagi ke sini setelah merasa tenang.” Qiara tersenyum sambil membelai rambut Vince dengan perlahan. Tidak lupa juga ia memeluk suaminya dengan erat setelah Vince kembali berdiri. 

Entah mengapa Vince merasakan seolah ini kali terakhir dirinya akan melihat Qiara. Sambil memaksakan senyum, dia akhirnya mengijinkan jua istri nya untuk pergi seorang diri dengan harapan Qiara akan kembali lagi ke sisi nya setelah urusan Qiara selesai.

Qiara melambaikan tangan kepada suaminya, setelah itu Qiara benar-benar sudah pergi jauh dan menghilang dari pandangan mata Vince. "Maafkan aku Vince! Mungkin ini jalan yang terbaik diantara kita berdua.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status