Ac yang sejuk, dan hanya mendengar suara mesin bus melaju.
Raizel melirik semua temannya yang telah tidur, termasuk Vano, ia memutuskan untuk ikut terlelap juga.
Nyaman, dia tertidur sangat lama.
Mungkin ada beberapa jam, hingga sampai kondektur bus'pun membangunkan Egy.Tanpa disengaja, suara kondektur bus itu juga membuat Raizel terbangun."Mas ... Mas ... udah sampe" ucapnya.
"Udah ya, Pak?" Egy terbangun dengan lesu.
"Iya Mas, udah sampe" jawabnya mengulangi kata.
Mereka bergegas turun dari bus, setelah berada di luar, Egy bertanya kepada kondektur tersebut.
"Pak, kalo mau ke alamat desa 'Bagaharuni' ini, naik bus apa lagi ya?"
Ternyata desa tempat ayah Egy tinggal adalah desa Bagaharuni.
"Oh, kalian mau kesana?" jawab kondektur bus dengan ramah.
"Nanti kalian naik bus Efensi, yang warnanya kuning tapi ini baru jam 1 siang, bus itu ada sekitar jam empat sore?Caca melirik jam pada handphonenya. Jam menunjukan pukul 15.02Tidak terasa ternyata waktu membagikan es dawet sudah memakan waktu cukup lama."Pak, ini udah jam tiga Pak, ayo kita siap- siap" ajak Caca.Sontak Raizel, Egy dan yang lainpun melirik jam yang ada di handphone mereka, ada juga yang melirik pada jam tangan. Dan memang benar sudah jam tiga lebih beberapa menit.Saleh langsung berjalan agak cepat, karena wadah dawet dan yang lainnya sudah habis, paling hanya tersisa gula dan es batu. Itu pun tinggal sedikit lagi, membuatnya lebih ringan. Memudahkan Saleh memikul wadah jualannya, sehingga Saleh bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.Ternyata memang benar, kosan Saleh memang dekat dengan Masjid. Mungkin hanya butuh waktu tiga manit berjalan dari Masjid.Kosan Saleh begitu kecil, itu karena memang Saleh tinggal sendirian.Karena itu, mereka memutuskan untuk menunggu Saleh bersiap di luar ko
Raizel menatap jam yang tertera di atas wallpeper ponselnya, jamnya menunjukan pukul 19.16.Ya. Belum terlalu malam, dan harusnya jalanan masih ramai kendaraan, tapi saat ia mengintip keluar kaca. Tak ada satu pun kendaraan yang lewat.Untuk memastikan dugaanya, Raizel mencoba bertanya pada Vano."Van ... ngomong-ngomong ini busnya kok kotor dan hancur banget ya?" bisiknya.Raizel sengaja mengatakan itu, ia benar-benar ingin mengetes jawaban Vano, sependapat atau tidak dengannya.Namun, jawaban Vano begitu mengejutkan Raizel."Huus! Jangan ngomong gitu Rai .... Nggak sopan, orang bus rapih kaya gini dibilang hancur" balas Vano berbisik."Apa lo bilang?" ujar Raizel tidak percaya akan apa yang didengarnya."Gue bilang, lo jangan ngomong kaya gitu. Nggak sopan, bus rapih kaya gini dibilang kotor dan hancur ... gimana sih Rai, hadeuuh?" balas Vano memperjelas.Raizel benar-benar tercengang me
Di gelapnya malam yang gulita. Raizel dan teman-temannya berjalan keluar dari rerumputan untuk menuju jalanan aspal. Saat mereka sudah sampai. Angin menyapu helaian rambut, mengusap sejuk leher dan kening mereka yang gerah, membuat panas di dalam tubuh menjadi normal kembali. Ternyata, mereka sudah sampai pada Desa Bagaharuni. Yang di mana itu adalah desa tujuan mereka sebenarnya. "Pak, ini kita masih jauh nggak?" tanya Egy sembari mengusap-ngusap celana levisnya karena kotor. "Enggak , Den. Beruntungnya kita udah sampe ... itu lihat." Saleh menujuk ke arah warung dekat lapangan. Lumayan jauh dari jarak mereka berdiri, namun karena mereka yang ada di posisi gelap, menjadi cukup jelas untuk melihat ke arah yang terang.Di sana, nampak sekali banyak pemuda-pemuda dan anak-anak tengah bermain bola di lapangan depan warung tersebut. Tidak kurang juga, ada banyak orang-orang dewasa yang nongkrong di situ untuk
"Pak, boleh saya tegur nggak anak-anak itu?" ijin Raizel terus fokus memperhatikan anak-anak yang terus membaca mantra terlarang di sana."Boleh, Den. Silahkan" jawab Talam.Raizel sudah mengumpulkan niat untuk menemui anak-anak itu, yang berarti dia juga akan bersiap bercampur bersama banyaknya mahluk astral yang ada di lapangan.Saat Raizel akan mengambil langkah pertamanya untuk menghampiri mereka. Bersama dengan itu, sebuah bola melayang dan tepat mengenai mainan Jalangkung mereka. Karena hal itu juga, mereka berhenti membaca mantra."Kak! Hati-hati dong! Kita kan lagi mainan" protes salah satu anak laki-laki berumur 15 tahun yang bernama Bondan, tidak senang karena mainannya terhantam oleh bola."Maaf Kakak nggak sengaja .... Kalian pindah aja mainnya, di deket warung tuh biar nggak kena lagi" jawab remaja laki-laki yang berumur 19 tahun bernama Andri.Anak-anak itu menuruti saran dari Andri untuk berpindah tempat be
Dalam jatuhnya, Raizel masih terdiam membiarkan Haikal meremehkannya."Mana coba? Mana? Suruh dia mukul aku lagi ... dan kamu harus inget, kalo dia nggak mukul aku, kamu yang bakal aku pukul!" gertak Haikal pada Raizel.Tak butuh waktu lama, Raizel pun bangun dari posisi terjatuhnya, lalu matanya menatap tajam pada Haikal yang terus saja tersenyum sinis meremehkan.Raizel juga ingin meninju dan memukul wajahnya yang menyebalkan itu, tapi ia masih berusaha menahan rasa kesal karena dirinya masih menghormati Saleh.Bagaimanapun juga, dia memang pendatang.Juga mengingat niat awal mereka datang ke sana adalah karena Ega."Aku hitung sampe tiga, kalo dalam hitungan ketiga nggak ada pukulan apapun hahaha ... kamu siap-siap aja deh!" oceh Haikal lagi.Bersamaan dengan itu, memang Kuntilanak berseragam SMA itu masih ada di sana, di dekat Haikal. Namun, entah dia akan memukul Haikal lagi atau
Namun, di balik rasa sakit yang menyiksa Raizel ternyata Dawehlah orang yang memberikannya.Daweh melirik Raizel yang sudah mulai berkeringat, diam-diam Daweh tersenyum tipis karena senang melihatnya tersakiti.Sambil menunggu para warga membawa sesembahan yang diminta Daweh, untuk melepas haus. Vano membeli beberapa minuman di warung Sri untuk dirinya dan teman-temannya.Ternyata Caca dari tadi, diam memperhatikan Raizel dan Raizel sendiri merasa, Caca tahu jika dirinya tengah menahan sakit.Caca kemudian mengerutkan dahinya, karena Caca mengira Raizel sedang dalam kondisi tidak baik, akhirnya ia berbisik kepada Egy yang berdiri di sampingnya."Gy, lo lihat ... Raizel kok gemeteran kaya nahan sakit ya?"Lantas karena bisikin Caca, tanpa harus menjawab Egy dengan cepat memutar bola matanya melihat ke arah Raizel.Egy merasa, bahwa dugaan kekasihnya itu benar. Jadi dia berjalan menghampiri Raizel.
Seperti rencana sebelumnya, kini Saleh membawa Egy, Raizel, Vano, Diva, Caca, dan Cindy ke rumahnya.Tok! Tok! Tok!"Asalammualaikum, Dek!" seru Saleh memberi salam, seraya mengetuk pintu rumah, memanggil istrinya untuk membukakan pintu untuknya."Waalaikumsallam ...," Jawab Ningsih dari dalam, kemudian terdengar suara kunci juga terlihat knop pintu yang bergerak menandakan pintu akan segera dibukakan."Mas Saleh!" Ningsih yang gembira melihat sosok lelaki yang sangat ia tunggu-tunggu kehadirannya, kini ia begitu kaget, Suami tercintanya sudah pulang secara tiba-tiba tidak mengabarinya terlebih dahulu.Karena biasanya, Saleh dua atau satu hari sebelum pulang, akan menyempatkan diri mengabari sang istri terlebih dahulu, mengunakan ponsel milik tetangga kos yang juga temannya.Dengan cepat, Ningsih mencium punggung tangan Saleh."Kok, Mas pulang nggak ngabarin dulu?" tanya Ningsih tersenyum bahagia.
Jam menunjukukan pukul 21.56 malam.Di rumah Saleh yang biasanya hening, kini sangat ramai karena kedatangan Saleh, Raizel, Egy, Vano, Caca, Cindy, dan Diva.Mereka kini mengadakan makan malam bersama.Saat makan malam, Winda melirik Raizel yang duduk dekat dengan Diva. Entah mengapa saat melihat Diva dan Raizel tersenyum bersama. Hati Winda merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya."Winda udahan ah! Makannya" pungkas gadis itu berlalu pergi masuk ke dalam kamar.Padahal ia baru saja makan beberapa sendok, sisa makannya pun masih banyak."Kok Winda makannya sedikit sekali" ucap Saleh heran, menatap kepada istrinya."Enggak tau, Mas. Biasanya juga nggak gitu" jawab Ningsih memandangi pintu kamar putrinya. Yang sudah ditutup oleh Winda.Mereka tidak tahu, bahwa Winda seperti itu sebenarnya karena cemburu.Di dalam kamar, Winda berdiri bersender pada pintu kamarnya.Ia memalingkan wajah