Winda segera menyelesaikan menyapu kamarnya untuk menyusul membantu Ayahnya di depan.
Lebih tepatnya, untuk bergabung bersama cowok yang ia sukai."Loh! Aden ... Neng, kenapa malah ikut bantuin... Jangan, biarin kita aja. Aden sama Neng, kan tamu di sini kok ikut bantuin" ujar Ningsih menarik perhatian semua pandangan orang di sana, ia baru saja sampai dari pasar, bersama Nita di sampingnya.
"Nggak pa-pa, Bu" jawab Egy.
"Iya. Kita akan lebih nggak enak kalo nggak ngebantuin" timpal Cindy.
"Udah Mas larang, tapi Aden sama Neng tetep mau bantuin" ujar Saleh menjelaskan kepada istrinya.
"Makasih Den, makasih Neng. Maaf ngrepotin" kata Ningsih sambil berjalan menghampiri mereka.
"Iya, Bu. Tenang aja," jawab Caca.
"Nita panggil Winda buat bikinin minuman ke sini" titah Ningsih pada putrinya yang membawa tas belanja.
"Iya, Bu." pungkasnya.
"Winda, kata Ibu, tolong buatin minuman buat Kak Egy sama temen
Diva yang tidak tahu, apa yang membuat sang empu menjadi seperti sekarang, terlihat ketakutan, tapi takut apa?Diva hanya bisa memeluk dan mengusap punggung Raizel.Mahluk kiriman Daweh, masih setia berdiri di balik pintu.Menatap dengan marah ke dua insan itu.Karena matanya yang bisa melihat tembus pandang, setebal apapun tembok atau benda yang menghalangi. Dengan gampang, dia bisa melihat subyek di balik benda tersebut dengan jelas.Sama halnya Raizel dan Diva, tanpa mereka sadari.Apa yang mereka lakukan bisa dilihat oleh mahluk itu."Rai!Diva! ... kalian di dalem, kan? Kalian nggak pa-pa?" Terdengar suara yang tak asing lagi, itu adalah suara Egy di balik pintu.Tok ...! Tok ...! Tok ...!Egy mengetuk pintunya dengan pelan."Rai ... Diva ... ini gue sama Vano, kalian nggak pa-pa, kan?" seru Egy sekali lagi.Karena tidak ada jawaban dari dalam.Vano dan Egy terbangun k
Di suatu tempat.Di kediaman Saleh, tepatnya di dalam kamar Winda.Nampak Winda yang sedang menggit jempol kanannya, berharap bahwa Diva akan memberikan nomor yang ia minta.Yaitu nomor Raizel.Dddrrrtttt ...! Ddrrrrt ....Bunyi getaran dari ponselnya membuat berdebar.Secepatnya ia membuka pesan dari Diva, dan membacanya.______Kak Diva08************'Ini kontak Raizel, dia bilang boleh dikasihin kekamu🙂🙂'_____Setelah ia membaca pesan tersebut, Winda berlonjak berguling-guling di atas kasur.Sambil berkata girang."Asiikkk ... Winda bisa chatan sama Kak Raizel"Tidak disadari, perkataannya didengar oleh Nita kakaknya.Saat itu Nita baru saja membuka pintu, namun perkataan Winda terdengar jelas olehnya."Jadi ... kamu suka sama Kak Raizel ya?" ujar Nita menutup pintu, dan berjalan menghampiri Adiknya."Iya, Kak" ungkap Wi
Mobil Gunawan berhenti secara mendadak.Membuat ban mobilnya berdecit.Ia keluar mobil dengan cepat, berlari memasuki kantor polisi lalu membuat laporan bahwa ia kehilangan Anaknya.Ia menceritakan sedetail mungkin.Sejelas mungkin.Dan laporannya pun diterima.Polisi segera membuat poster anak hilang dan kronologinya di sana, juga para Polisi serentak mulai melakukan pencarian.Dua hari setelah laporan dibuat, dari pihak kepolisian belum ada kabar Ega ditemukan.Selama dua hari itu juga, Gunawan tidak menghubungi istrinya Fani dan juga tidak mengangkat telfonnya.Egy juga mengirimi pesan WA dan SMS yang berderet.Menanyakan Ega sedang apa, dan kapan pulang?.Gunawan hanya bisa memijat pelipisnya, bagaimana bisa dia menjelaskan bahwa Ega telah hilang karena kelalaiannya?"Ya Tuhan ... kumohon, berikan kabar tentang Ega. Tolong, semoga Polisi cepat menemukan Ega."
Karena itu positif adalah jari telunjuk milik Ega.Mau tak mau, siap tak siap.Gunawan harus tetap memberi tahu kenyataannya.Sembari tangannya gemetaran, Gunawan meraih Ponsel dari saku celananya.Ia mengotak atik kontaknya, dan kemudian berhenti pada nama kontak Fani.Gunawan tidak langsung menekan tombol 'Panggil', ia justru diam sesaat seraya menatap layar ponselnya.Tepatnya ia memandangi foto Fani, Ega dan Egy, yang Fani gunakan untuk Foto Profil 'Whatsapp.'Gunawan bimbang, akankah dia tetap memberi tahu kenyataan pada Istrinya. Atau tetap merahasiakan dan memilih untuk tidak akan pernah kembali pulang menemui Fani dan Egy?Ibunya mengusap bahu Putranya yang lebih tinggi darinya, membuat Gunawan menoleh ke arah wajah sang Ibu.Sambil menangis, Ibunya menganggukan kepala.Memberi isyarat, bahwa Gunawan harus tetap memberi tahu kenyataan tentang Ega.Pada Fani, Istrinya.Gunawan mengikut
Mata Fani mendelik tidak percaya saat melihat baju berwarna putih bertuliskan 'Princces'.Baju itu sudah compang- camping, sobek sana sini seperti terkoyak atau digigiti hewan.Ditambah darah yang basah, tebal telah mengental di rumput, tepatnya di bawah baju itu. Membuat Fani tidak bisa berkata apa-apa lagi.Kedua tangannya menutupi mulutnya yang menganga, hati Fani pegal dan sakit seperti ditusuk oleh ribuan jarum."Mm-Mas, iitt-ttuu baju Ega?" Setelah Fani mengucapkan itu, tubuhnya lemas, kepalanya pusing dan akhirnya dia pingsan."FANI!!" pekik Gunawan menangkap tubuh Fani dengan sigap."Fani ... Fani ... bangun!" Gunawan menepuk-nepuk pipi Istrinya pelan, tapi dia sama sekali tidak membuka mata sedikit pun.Wajah Fani pucat, bibirnya kering. Gunawan mengangkat dan membawanya ke dalam mobil, berniat membawa Fani ke rumah sakit.Gunawan mengendari mobil sangat cepat, panik.Karena ini p
Setelah momen haru karena kejujuran Gunawan pada Egy, tentang kenyataan lima tahun lalu. Yang jadinya, kejujuran itu diketahui oleh Raizel dan teman-temannya juga.Mereka kembali ke kamar masing-masing.Untuk menenangkan Egy."Gy ...," panggil Raizel.Tampak Egy terduduk diam di atas kasur, tepatnya di sampingnya.Egy sama sekali tidak menolehkan kepalanya pada Raizel.Raizel dan Vano saling bertatapan, mereka mengerti betul bagaimana kondisi Egy saat ini."Gy ... tujuan kita sampe ke sini buat nemuin penyebab Ega bisa meninggal, kan?"tanya Raizel dengan tenang, berhasil membuat Egy menoleh dan menatap Raizel."Tapi ... tujuan kita udah tercapai, kita tau, kan. Tadi Papah gue bilang, kalo Ega kemungkinan meninggal diserang binatang buas di hutan" jelas Egy, menahan tangis."Tapi, itu, kan. baru kemungkinan, emang lo nggak penasaran kenapa kemaren gue bisa lihat Ega yang umurnya 12 tahun ...?" balas
"DIVAA ...!!" Remaja bemakai baju berwarna hitam dan di bagian lengan berwarna biru berlari cepat menuju seorang gadis, berambut panjang berwarna hitam.Sekuat dan secepat yang dia bisa, dia berlari ke arah pacarnya.Diva yang tengah berjalan tanpa melihat dan mendengar suara rusuh yang ditimbulkannya, melihat Raizel yang berlari ke arahnya dengan tergopoh-gopoh."Hah ...? Raizel kamu kenap-"Setelah sampai dia memeluk dan mendorong tubuhnya bersama tubuh Diva yang dia peluk ke tepi jalan.Bruuukkk!"Aaaah ... itu ada yang kesrempet mobil!" teriak histeris Ibu-ibu yang melihat kejadian itu.Suara bising keributan memenuhi jalan itu.Cindy, Vano dan Egy, juga Caca berlari ke arah Raizel dan Diva yang sudah dikerumuni banyak orang."Raizel! ... Diva!" pekik Egy dan yang lainnya."Egy ... tolong, tolongin Raizel Gy ... huhuhu ... Hikks!" Diva menangis memeluk Raizel yang tak sadarkan diri, k
Malam yang dingin sudah berubah menjadi pagi yang sejuk.Suara kendaraan yang mulanya sepi pada malam hari, kini kembali terdengar mulai ramai.Isah dan Dijah tengah menjalankan tugasnya, Dijah mencuci piring dan Isah memasak menyiapkan sarapan seperti biasanya."Semoga aja Egy sekarang nggak terlalu sedih" harap Gunawan, sembari duduk di atas kasur dia berbicara sendiri.Sedangkan di sebuah kamar yang lebar dan luas di lantai bawah, tampak keenam remaja cewek dan cowok masih terlelap tidur.Egy tidur dengan kepalanya yang berbantal paha Caca.Cindy tidur di pelukan Vano, mereka tidur dengan posisi duduk.Gadis berambut panjang perlahan membuka matanya yang terpejam, ia terbangun karena mendengar aktifitas Isah dan Dijah di dapur.Lebih tepatnya, karena mendengar sesuatu yang dimasukan kedalam minyak mendidih.Diva mengusap matanya pelan, saat akan bangun ia tersentak karena merasa tubuhnya berat.