Home / Young Adult / Miss Cupid's (INDONESIA) / 1. Misha Si Ratu Gombal.

Share

Miss Cupid's (INDONESIA)
Miss Cupid's (INDONESIA)
Author: HaifaKamila

1. Misha Si Ratu Gombal.

Author: HaifaKamila
last update Last Updated: 2021-04-14 08:36:58

"Mama, Papa! Lihatlah, aku sudah jadi cupid." Seorang gadis yang belum genap berumur empat belas tahun itu nampak terburu-buru mendatangi kamar orang tuanya di lantai bawah. Dia berseru gembira, menggedor-gedor pintu dengan gerakan bersemangat.

Sepasang netra berwarna jelaga yang diwariskan oleh papanya itu berpendar kaget tatkala Abrisam Reynand—sang papa berjalan menghampirinya dengan penampilan yang belum fresh, rambut cokelat yang acak-acakan, serta bekas lipstik terjamah di setiap bagian kemeja kerjanya, tidak bersama Marsha, mamanya.

"Kenapa nyari Papa, Nak?" Gadis kecil itu tercengang sembari mengerjap polos, dirinya perlahan menyusuri penampilan papanya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Rey betul-betul berantakan dari segi fisik.

"Pa! Misha tebak kalo Mama binal sekali di kamar, ya?" Reynand langsung mendelik tajam mendengar ucapan frontal yang terlontar dari mulut putri kecilnya. Sejak kapan anaknya yang bernama Misha kecil ini mengerti hal-hal seperti itu?

"Hah, sudahlah. Katakan, ada perlu apa, Sha?" Siapapun yang mengajari Misha kecil sampai begitu, Rey yang sudah merasa letih total memilih untuk tidak memusingkannya.

"Misha udah jadi cupid, Pa!" Misha kecil langsung berhamburan ke pelukan papanya. Rey mengucapkan selamat sambil mengusap kepala putrinya dengan rasa bangga yang meletup-letup.

"Serius? Kapan?" Misha kecil menatap sang papa dengan mata bulat lucunya, berjinjit untuk membisikkan jawaban di telinganya. Rey menukikkan alis sambil manggut-manggut.

"Kejadian yang begini cukup langka. Gue beruntung." Gumaman Rey yang pelan tetap masih terdengar oleh Misha kecil yang mengerjap bingung. Langka? Apa maksudnya?

Dulu, Misha belum mengerti apa yang dimaksud oleh Rey, tetapi sekarang tentu berbeda. Di silsilah keluarganya secara turun-temurun, anak gadis biasanya diberikan gelar cupid pada saat usianya genap delapan belas tahun.

Namun, tidak berlaku untuk Misha yang belum genap empat belas tahun waktu itu. Misha disuruh untuk menjodohkan anak manusia dengan pasangan yang tertulis mutlak di buku rahasia milik Dewa Asmara yang menjanjikan kelanggengan dan akan awet selama-lamanya. Pekerjaan yang dianggapnya sangat berat harus Misha lakukan selama berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama.

Misha sudah duduk di bangku SMA. Dirinya bukan lagi anak kecil polos yang tak memiliki pengalaman percintaan. Gadis manis itu beranjak menjadi pakar cinta yang hebat.

"Coba lo tengok siapa yang datang!"

"Oh, Mishasu si cewek ganjen?" Nama Misha kadang kala dijadikan bahan candaan sebagai hiburan tersendiri bagi para murid, nama belakangnya digabung dengan nama binatang.

"Jangan dekat-dekat dia, deh. Soalnya profesinya suka mainin cowok orang. Cowok gue aja direbut, tuh."

Gadis berumur enam belas tahun yang tengah berjalan lurus membelah koridor sekolah itu kerap dipanggil Misha Khanza Mahreen mempunyai hobi aneh, yakni suka membuat kaum Adam klepek-klepek dengan jurus sejuta gombalan mautnya.

Dengan pembawaan optimis yang cenderung berlebihan, tingkah yang pecicilan, serta sifat tengil dirinyalah sudah terhitung banyak memecahkan rekor dalam menaklukan semua jenis cowok dimulai dari cowok dingin, cowok play boy, cowok cupu, sampai jadi pernah pelakor sekaligus. Para cewek teramat iri dan cemburu karena lakinya lebih memilihnya dibanding mereka, kemudian mencap buruk Misha dengan sebutan cewek murahan.

Begitulah sifat manusia, lebih senang mencari-cari kesalahan terkecil orang lain, tetapi seakan buta terhadap kesalahan diri sendiri. Namun, Misha memilih abai dengan semua cemooh tersebut. Meski sedikit paham bahwa apa yang dilakukan; hobinya yang dianggap merupakan malapetaka di mata kaum Hawa karena sasaran empuk gadis itu adalah kekasih mereka.

"Eh, lo tau nggak bedanya lo sama kalender?" Misha mendatangi seorang cowok ganteng yang tengah duduk sambil mengisap batang rokok baru, berpakaian urakan dengan celana jeans bolong-bolong. Namanya Ansel.

Ansel ini terkenal suka membolos dan sering membuat masalah di sekolah, tak mau dikekang oleh aturan siapa pun. Namun, dia anak jurusan IPS-2 paling pintar dalam mata pelajaran sejarah dan hafal dengan masa-masa lampau.

Cowok yang akan jadi target korban Misha selanjutnya.

"Nggak tau, Sha," jawab Ansel pura-pura acuh tak acuh, padahal cowok itu berdebar-debar menunggu Misha yang kini mengembangkan senyum semringah—cepat-cepat duduk di samping cowok itu.

"Kalo kalender buat setahun." Jeda, Misha berdeham pelan agar terkesan gugup kalau ada di dekat Ansel, "kalo lo buat selamanya, dong."

"Duh, Sha." Wajah Ansel persis seperti kepiting rebus.

"Sel, lo tau? Sekarang kebutuhan primer gue itu sandang, pangan, papan, sama harapan." Misha tanpa ragu merebahkan kepala di pundak kiri Ansel, menyamankan diri di sana. kali ini, menggunakan gombalan khas anak IPS, padahal gadis itu berasal daro jurusan IPA-1.

"Harapan?"

"Iya, harapan buat bisa jadian sama elo." Terperangah kaget. Ansel mengusap wajah gusar, lalu mematikan rokoknya yang tadi sempat dinyalakan. Seketika rasa pusingnya karena omelan guru tergantikan rasa hangat yang menjalar sampai ke hati.

"Bisa aja lo bikin baper. Gue bersedia, kok, jadi milik lo selamanya. Asal abis jadian, lo setia sama gue, gimana?" Manik Misha berkilat semangat. Saatnya melancarkan aksi untuk berakting sedih. Menolak Ansel dengan estetik.

"Hm. Tapi kalo gue terima, berarti lo siap, kan, ditempatkan di mana aja? Setia dan nggak bakal kabur?" Ansel mengerutkan dua alis saat Misha mendongak, melontarkan balasan yang tak disangka-sangka. Diam-diam gadis imut itu mengeluarkan smirk andalannya.

"Hah? Ini gue balik nembak lo, lho. Bukan daftar jadi ABRI, Sha." Ansel menggaruk tengkuk yang tak gatal sama sekali membuat Misha terkekeh-kekeh. Siapa suruh meladeni gombalannya? Ternyata masih ada cowok-cowok yang termakan jurus gombalan receh milik gadis itu.

"Maaf, tapi kita temenan saja, ya?" Misha mengubah ekspresinya agar terlihat memelas, menampilkan puppy eyes agar hati sang korban luluh.

"Kenapa harus temenan? Gue udah suka sama lo. Teman gue sudah banyak." Perkataan itu sukses membuat Misha tertawa jahat, tetapi di dalam hati saja. Dia tak mungkin sejahat itu mempertontonkan kebusukan yang tersimpan rapat.

Misha mengangkat jari-jarinya yang lentik untuk mengusap sudut mata menunjukkan rasa tidak enak hingga menangis. "Maaf banget, tapi pacar gue juga banyak, Sel."

"Gue nggak percaya, coba lo kasih buktinya ke gue." Dih, memang dia siapa? Sungguh merepotkan. Misha mendecih pelan, merogoh saku rok abu-abunya—segera mengotak-atik gawainya.

Namun, gerakan jempolnya yang baru saja berkutat terhenti tatkala salah satu telinganya berdenging. Misha familier dengan tanda-tanda yang seperti ini setelah kurang lebih tiga tahun menjalankan tugas sebagai seorang cupid pilihan. Tanda-tanda yang berlaku jika ada panggilan penting.

"Misha, ada apa? Kok, lo mendadak jadi diam?" Pertanyaan yang Ansel berikan tak Misha hiraukan. Gadis itu langsung beranjak sambil memegang telinga yang masih berdenging selama beberapa detik.

"Sebentar, gue ada urusan."

Tumben, Dewa Asmara memanggil dirinya di situasi yang tenang begini? Ada masalah apa?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   14. Kamuflase Gagal

    Tibalah dirinya di kamar menghadap cermin dengan bantuan sihir Dewa Asmara sembari merapikan rambut yang cukup berantakan akibat tiupan angin."Nah, udah. Lanjutkan bualan lo yang barusan."Misha cekikikan saat Dewa Asmara mengembuskan napas kasar seakan menahan gemas.Yeah,siapa suruh membuat cewek itubad moodparah?"Nggak mau tau, lo harus menyamar biar nggak ketahuan sama dia! Ikutin Nata yang bakal ngedate sama Karin, oke?"Misha langsung mendengkus, menguatkan diri agar tidak bunuh diri karena telanjur depresot. Lagian kan, yang harusnya mati adalah Dewa Asmara, bukan dirinya!"Nyamar gimana, hah? Masa sih, gue harus nutupin kecantikan gue yang udah ada sejak lahir?!"Tanpa sadar Dewa Asmara melengo

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   13. Perkara Eksentrik

    Misha balik mengerjap, masih agak ragu.Namun jauh dari lubuk hati, Misha sudah tidak sabar untuk melempar wajah sok Dewa Asmara memakai bubuk berisi Kapulaga yang sudah dihaluskan, namanya ajang balas dendam sampai mata cowok burik tersebut perih dan memerah! Baru Misha sedikit puas. Ya, baru sedikit saja, hahaha!"Thank you,La. Lo yang terbaik deh, hehe." Misha cengengesan membuat Shilla mengembuskan napas sekilas. Baguslah, cewek berwajah tegas itu berhasil mengembalikan senyum di iras ayunya."Sha, lo pasti udah tau kapan harus berhenti, 'kan?" Sepertinya ada satu hal yang aneh? Kenapa Shilla berkata dengan nada yang menyimpan makna tersirat seakan tahu sesuatu? Ataukah ini hanya perasaan Misha saja?"Maksud lo apa,

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   12. Tanaman Obat?

    "Hah?"Sialan. Mengapa Dewa Asmara tidak langsung bergerak cepat? Misha menghela napas panjang, mengumpul sisa-sisa kesabaran yang lesap ditelan oleh inti bumi."Lo nggak apa-apa, Sha?" Karin yang merasa khawatir mengguncang tubuh Misha berulang kali membuat cewek itu terkesiap, lamunannya membuyar."Oh, iya-iya." Misha asal mengangguk-anggukkan kepala demi tak menatap mata Karin yang mengerling cemas melihat kondisi teman barunya. Akh, andai cewek itu langsung enyah dari pandangan ketiganya pasti langsung menggemparkan satu sekolah.Ctak.Suara jentikan jari yang paling Misha sesali karena setelah itu, gadis itu tiba-tiba terlempar, menghantam lantai yang dingin. Seharusnya Dewa Asmara kalau menggunakan kekuatan sihirnya kira-kira, dong, tempatnya!

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   11. Jadi Mak Comblang Sejati?

    "Shilla, kok, punya teman cakep kayak gini? Kenapa nggak bilang?" Sorotan mata sejuta makna itu menjurus tepat membuat tubuh Misha dilanda syok berkesinambungan.Sekarang apa yang harus dilakukan? Mata Misha berpendar gelisah, binar yang semula muncul ketika bercakap dengan Shilla seketika meredup. Dia menatap gadis itu dengan senyuman ramah, tetapi semua tindakannya itu adalah sesuatu yang semu. Bukankah sudah waktunya kabur?Namun, kedua kaki Misha seolah-olah membeku—tak bisa digerakkan sama sekali. Pikiran pun seketika menjadi kosong. Dirinya tak tahu bagaimana cara menjaga ekspresi terkejut sebab melupa sejenak, teralihkan dengan kehadiran Karin yang berkeliaran di sekitar Misha dan Shilla kini."Iya, gue belum sempat ngenalin dia sama lo karena akhir-akhir ini jadwal lo pasti padat banget." Shilla berucap sambil menggaruk pipi dengan bibir mengeluarkan kekehan pelan. Karin manggut-manggut dengan mata yang tak lepas menatap wajah Misha yang sudah para

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   10. Bersemuka dengan Karin.

    "Papa, Mama. Acha udah dapet kabar burung dari mantan teman sekolah lamaku, kalo 'dia' udah kembali. Apa ini adalah kabar bagus?" tanyanya. Marsha dan Rey tersentak, mematung kaget saat mendengarnya membuat kepala Misha dipenuhi tanda tanya besar. Sebenarnya siapa 'dia' yang sang kakak maksud?"Kamu serius? Dari kapan?" Mengapa Marsha menunjukkan air muka yang penuh kelegaan seperti itu? Argh, lagi-lagi ada saja yang membuat cewek itu merasa penasaran, tetapi karena ini sepertinya pembicaraan sensitif jadi dirinya akan berusaha bungkam."Berdasarkan informasi temenku, dia sedang tinggal di daerah ibu kota. Dan memilih mengontrak di sebuah kost-kostan murah sejak tiga tahun lalu." Misha semakin tidak mengerti pada alur pembahasan yang entah akan dibawa ke arah mana, intinya yang pasti sekarang dirinya merasa lapar. Tangannya sudah gatal mengambil beberapa kudapan yang terletak di atas meja, semua itu terlihat amat menggugah selera."Kenapa baru tau sekarang?" Ach

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   9. Pembuat Onar. Tian?

    Mengapa semuanya pada lari? Misha bertanya-tanya dalam batin saat ikut memutuskan berlari bersama yang lain menyamakan langkah manusia-manusia macam orang kesurupan saja. "Grace, sebenarnya ada apa?""Gue nggak tau juga. Jangan tanyain ke gue!" Grace balas berteriak seraya membelah kerumunan orang-orang dengan menarik tangan Misha yang sepertinya kelelahan karena terus-menerus berlari tanpa henti. Cewek manis itu menengok ke arah belakang yang rupanya menampakkan sebilah pisau yang siap memotong lehernya menjadi dua bagian. Astaga, harusnya Dewa Kematian tetap di zona nyaman yaitu kuburan atau pemakaman!"G-gue kenal orang ini! Lepasin elah!" Cewek yang berdandan seperti tante-tante girang itu melotot seolah tidak percaya ketika Misha menepis tangan yang saling bertautan dari tadi. Huft, beruntung dirinya bisa segera lepas.Misha mengalihkan atensi yang kini sepenuhnya menatap Dewa Kematian yang tengah menyeringai kepadanya. Kenapa, sih, dewa yang satu ini hobi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status