Share

Miss Cupid's (INDONESIA)
Miss Cupid's (INDONESIA)
Penulis: HaifaKamila

1. Misha Si Ratu Gombal.

"Mama, Papa! Lihatlah, aku sudah jadi cupid." Seorang gadis yang belum genap berumur empat belas tahun itu nampak terburu-buru mendatangi kamar orang tuanya di lantai bawah. Dia berseru gembira, menggedor-gedor pintu dengan gerakan bersemangat.

Sepasang netra berwarna jelaga yang diwariskan oleh papanya itu berpendar kaget tatkala Abrisam Reynand—sang papa berjalan menghampirinya dengan penampilan yang belum fresh, rambut cokelat yang acak-acakan, serta bekas lipstik terjamah di setiap bagian kemeja kerjanya, tidak bersama Marsha, mamanya.

"Kenapa nyari Papa, Nak?" Gadis kecil itu tercengang sembari mengerjap polos, dirinya perlahan menyusuri penampilan papanya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Rey betul-betul berantakan dari segi fisik.

"Pa! Misha tebak kalo Mama binal sekali di kamar, ya?" Reynand langsung mendelik tajam mendengar ucapan frontal yang terlontar dari mulut putri kecilnya. Sejak kapan anaknya yang bernama Misha kecil ini mengerti hal-hal seperti itu?

"Hah, sudahlah. Katakan, ada perlu apa, Sha?" Siapapun yang mengajari Misha kecil sampai begitu, Rey yang sudah merasa letih total memilih untuk tidak memusingkannya.

"Misha udah jadi cupid, Pa!" Misha kecil langsung berhamburan ke pelukan papanya. Rey mengucapkan selamat sambil mengusap kepala putrinya dengan rasa bangga yang meletup-letup.

"Serius? Kapan?" Misha kecil menatap sang papa dengan mata bulat lucunya, berjinjit untuk membisikkan jawaban di telinganya. Rey menukikkan alis sambil manggut-manggut.

"Kejadian yang begini cukup langka. Gue beruntung." Gumaman Rey yang pelan tetap masih terdengar oleh Misha kecil yang mengerjap bingung. Langka? Apa maksudnya?

Dulu, Misha belum mengerti apa yang dimaksud oleh Rey, tetapi sekarang tentu berbeda. Di silsilah keluarganya secara turun-temurun, anak gadis biasanya diberikan gelar cupid pada saat usianya genap delapan belas tahun.

Namun, tidak berlaku untuk Misha yang belum genap empat belas tahun waktu itu. Misha disuruh untuk menjodohkan anak manusia dengan pasangan yang tertulis mutlak di buku rahasia milik Dewa Asmara yang menjanjikan kelanggengan dan akan awet selama-lamanya. Pekerjaan yang dianggapnya sangat berat harus Misha lakukan selama berada di jenjang Sekolah Menengah Pertama.

Misha sudah duduk di bangku SMA. Dirinya bukan lagi anak kecil polos yang tak memiliki pengalaman percintaan. Gadis manis itu beranjak menjadi pakar cinta yang hebat.

"Coba lo tengok siapa yang datang!"

"Oh, Mishasu si cewek ganjen?" Nama Misha kadang kala dijadikan bahan candaan sebagai hiburan tersendiri bagi para murid, nama belakangnya digabung dengan nama binatang.

"Jangan dekat-dekat dia, deh. Soalnya profesinya suka mainin cowok orang. Cowok gue aja direbut, tuh."

Gadis berumur enam belas tahun yang tengah berjalan lurus membelah koridor sekolah itu kerap dipanggil Misha Khanza Mahreen mempunyai hobi aneh, yakni suka membuat kaum Adam klepek-klepek dengan jurus sejuta gombalan mautnya.

Dengan pembawaan optimis yang cenderung berlebihan, tingkah yang pecicilan, serta sifat tengil dirinyalah sudah terhitung banyak memecahkan rekor dalam menaklukan semua jenis cowok dimulai dari cowok dingin, cowok play boy, cowok cupu, sampai jadi pernah pelakor sekaligus. Para cewek teramat iri dan cemburu karena lakinya lebih memilihnya dibanding mereka, kemudian mencap buruk Misha dengan sebutan cewek murahan.

Begitulah sifat manusia, lebih senang mencari-cari kesalahan terkecil orang lain, tetapi seakan buta terhadap kesalahan diri sendiri. Namun, Misha memilih abai dengan semua cemooh tersebut. Meski sedikit paham bahwa apa yang dilakukan; hobinya yang dianggap merupakan malapetaka di mata kaum Hawa karena sasaran empuk gadis itu adalah kekasih mereka.

"Eh, lo tau nggak bedanya lo sama kalender?" Misha mendatangi seorang cowok ganteng yang tengah duduk sambil mengisap batang rokok baru, berpakaian urakan dengan celana jeans bolong-bolong. Namanya Ansel.

Ansel ini terkenal suka membolos dan sering membuat masalah di sekolah, tak mau dikekang oleh aturan siapa pun. Namun, dia anak jurusan IPS-2 paling pintar dalam mata pelajaran sejarah dan hafal dengan masa-masa lampau.

Cowok yang akan jadi target korban Misha selanjutnya.

"Nggak tau, Sha," jawab Ansel pura-pura acuh tak acuh, padahal cowok itu berdebar-debar menunggu Misha yang kini mengembangkan senyum semringah—cepat-cepat duduk di samping cowok itu.

"Kalo kalender buat setahun." Jeda, Misha berdeham pelan agar terkesan gugup kalau ada di dekat Ansel, "kalo lo buat selamanya, dong."

"Duh, Sha." Wajah Ansel persis seperti kepiting rebus.

"Sel, lo tau? Sekarang kebutuhan primer gue itu sandang, pangan, papan, sama harapan." Misha tanpa ragu merebahkan kepala di pundak kiri Ansel, menyamankan diri di sana. kali ini, menggunakan gombalan khas anak IPS, padahal gadis itu berasal daro jurusan IPA-1.

"Harapan?"

"Iya, harapan buat bisa jadian sama elo." Terperangah kaget. Ansel mengusap wajah gusar, lalu mematikan rokoknya yang tadi sempat dinyalakan. Seketika rasa pusingnya karena omelan guru tergantikan rasa hangat yang menjalar sampai ke hati.

"Bisa aja lo bikin baper. Gue bersedia, kok, jadi milik lo selamanya. Asal abis jadian, lo setia sama gue, gimana?" Manik Misha berkilat semangat. Saatnya melancarkan aksi untuk berakting sedih. Menolak Ansel dengan estetik.

"Hm. Tapi kalo gue terima, berarti lo siap, kan, ditempatkan di mana aja? Setia dan nggak bakal kabur?" Ansel mengerutkan dua alis saat Misha mendongak, melontarkan balasan yang tak disangka-sangka. Diam-diam gadis imut itu mengeluarkan smirk andalannya.

"Hah? Ini gue balik nembak lo, lho. Bukan daftar jadi ABRI, Sha." Ansel menggaruk tengkuk yang tak gatal sama sekali membuat Misha terkekeh-kekeh. Siapa suruh meladeni gombalannya? Ternyata masih ada cowok-cowok yang termakan jurus gombalan receh milik gadis itu.

"Maaf, tapi kita temenan saja, ya?" Misha mengubah ekspresinya agar terlihat memelas, menampilkan puppy eyes agar hati sang korban luluh.

"Kenapa harus temenan? Gue udah suka sama lo. Teman gue sudah banyak." Perkataan itu sukses membuat Misha tertawa jahat, tetapi di dalam hati saja. Dia tak mungkin sejahat itu mempertontonkan kebusukan yang tersimpan rapat.

Misha mengangkat jari-jarinya yang lentik untuk mengusap sudut mata menunjukkan rasa tidak enak hingga menangis. "Maaf banget, tapi pacar gue juga banyak, Sel."

"Gue nggak percaya, coba lo kasih buktinya ke gue." Dih, memang dia siapa? Sungguh merepotkan. Misha mendecih pelan, merogoh saku rok abu-abunya—segera mengotak-atik gawainya.

Namun, gerakan jempolnya yang baru saja berkutat terhenti tatkala salah satu telinganya berdenging. Misha familier dengan tanda-tanda yang seperti ini setelah kurang lebih tiga tahun menjalankan tugas sebagai seorang cupid pilihan. Tanda-tanda yang berlaku jika ada panggilan penting.

"Misha, ada apa? Kok, lo mendadak jadi diam?" Pertanyaan yang Ansel berikan tak Misha hiraukan. Gadis itu langsung beranjak sambil memegang telinga yang masih berdenging selama beberapa detik.

"Sebentar, gue ada urusan."

Tumben, Dewa Asmara memanggil dirinya di situasi yang tenang begini? Ada masalah apa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status