Arsyila dan Moreno kini berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan camilan. Mereka berencana untuk seharian marathon menonton serial Netflix.
"Syila, lo suka daging bagian mana?" Moreno bertanya saat mereka melewati bagian daging.
Arsyila menatap deretan daging yang berada di dalam pendingin itu lalu menjawab, "gue suka semua jenis daging. Kenapa?"
"Lo belum ngerasain steak buatan gue, kan?"
"Lo bisa masak steak?" Arsyila bertanya sanksi.
Moreno menyeringai dan melangkah menuju bagian daging yang hendak dibelinya. Arsyila hanya memandangi punggung Moreno dengan desiran aneh di dadanya.
Kenapa sekarang gue sama dia jadi kelihatan seperti pengantin baru? Belanja groceries bareng di supermarket dengan seorang Moreno Nugraha?, Arsyila membatin. Apa gue biarkan aja semua ini mengalir tanpa memikirkan apapun? Logika dan hati nggak akan pernah bertemu. Seringkali saat logika lo berkata 'tidak', hati lo ju
Arsyila mencabut diska lepas dari laptop dan bergegas masuk ke ruangan Direktur Utama sekaligus anak dari pemilik Irdham Hotel & Resort, sebuah grup perusahaan hotel mewah yang tersebar di kota besar di Indonesia, yang telah menjadi atasannya sejak tujuh tahun lalu.Arsyila mengetuk pintu kaca ruangan Darius Irdham tiga kali untuk memberi tanda bahwa dia datang kemudian membuka pintu tersebut."Pak Darius, ini file yang Bapak minta," ujar Arsyila seraya menyerahkan diska lepas miliknya pada atasannya yang masih muda itu. Usia Darius dan Arsyila hanya terpaut lima tahun."Makasih, Syil."Arsyila hendak pamit ketika Darius menoleh padanya, "sebentar.""Ya, Pak?""Untuk acara dinner party nanti malam aman? Tamu-tamu VIP sudah dikonfirmasi hadir?" Tanya Darius."Sudah, Pak," jawab Arsyila. "List tamunya sudah saya taruh di meja Bapak tadi pagi." Arsyila menghampiri meja Darius dan mencari kertas yang dimaksud dalam tumpukan berkas di
Jam enam kurang lima belas para tamu telah berdatangan, termasuk tamu VIP yang berasal dari kolega keluarga Irdham, para pengusaha hotel, dan para pejabat pemerintahan.Arsyila muncul lima menit kemudian bersama Darius. Perempuan itu mengenakan lace navy dress dengan lengan sepanjang siku dan leher sabrina dipadukan dengan sepatu high heels 9 cm berwarna senada. Sementara Darius mengenakan setelan jas mahal berwarna navy dengan kemeja biru muda tanpa dasi.Siapapun yang melihat keduanya pasti setuju kalau pasangan Bos dan sekretaris itu sangat serasi. Namun sayang Arsyila selalu menekankan bahwa hubungannya dengan Darius hanya sebatas profesionalisme kerja.Sementara Darius sebenarnya tidak keberatan jika dapat memiliki hubungan lebih dengan Arsyila walaupun dia sudah memiliki tunangan."Siapa saja yang sudah hadir, Syil?" Tanya Darius begitu keluar lift.Arsyila menyebutkan nama-nama yang dilaporkan Angga padanya."Hmmm... Nanti i
Suara bel yang berulang kali ditekan dari luar tidak juga membangunkan dipemilik kamar. Keributan pun beralih pada ponsel yang selalu diatur dalam volume cukup tinggi agar dapat segera cepat tanggap bila ada keadaan darurat.Arsyila mendapatkan kesadarannya dan seketika rasa sakit menghantam kepalanya. Arsyila mengerang sambil tangannya berusaha menggapai ponselnya di nakas.Tanpa melihat nama penelepon, dia sudah tahu siapa yang menghubunginya pagi-pagi begini dari suara ringtone yang dia atur khusus untuk Pak Bos Darius Irdham."Halo, Pak," Arsyila menjawab dengan suara parau."Saya tahu kamu di dalam. Buka pintunya." Suara Darius terdengar tenang namun tajam."Hm? Ada apa ya, Pak?" Tanya Arsyila sambil menjambaki rambutnya untuk mengurangi rasa sakit yng menghantam kepalanya.Darius berdeham. "Syila, dengar. Kamu coba buka mata perlahan dan jangan berteriak.""Hah?" Arsyila yang tidak paham ucapan Darius mencoba membuka matanya per
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.