Share

Nyaman

Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. 

Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. 

Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno.

"Hai, Bro," sapa Moreno ringan.

Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya.

"Tumben ada di Jakarta," sapa Darius.

"Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis.

"Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya.

"Ada yang harus diurus disana," jawab Moreno sambil tersenyum.

Darius menatap sahabatnya yang terlihat berseri-seri itu. "Lo lagi jatuh cinta?"

"Hah? Siapa? Gue?" tanya Moreno. Senyumnya masih mengembang di wajahnya.

"Lo senyam senyum kek gitu. Sebelum kesini lo abis 'main', ya?" cibir Darius.

Moreno terbahak. "Gue nggak segila itu, anjir!" 

Darius terkekeh kemudian menyesap kopinya.

"Apa kabar sekretaris lo?" tanya Moreno iseng.

"Lagi cuti dia," jawab Darius muram. "Hhhhhh... Ck... Gue masih ngerasa nggak enak sama dia."

Moreno terkekeh. "Gue sih enak-enak aja."

Darius melemparkan tatapan tajam. Moreno hanya nyengir lebar.

Darius dan Moreno kemudian terlibat percakapan mengenai bisnis dan rencana mereka untuk membuat bisnis baru diluar perhotelan. 

namun, ditengah percakapan Moreno tiba-tiba teringat dengan seseorang.

"Bro, kayaknya gue mesti cabut sekarang," potong Moreno kerika Darius sedang berbicara. "Gue lupa ada janji."

"Ooh... Oke..." 

Moreno bangkit lalu melambaikan tangan pada Darius dan berbalik menuju lift.

Moreno mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi sebuah nomor.

❤️❤️❤️

Arsyila merasa mulai bosan dengan suasana "liburan"nya. Dia memutuskan untuk bersepeda sambil mencari inspirasi untuk makan malamnya.

Arsyila berhenti di sebuah resort besar yang sedang mengadakan cocktail & BBQ party. Setelah memarkir sepedanya, dia masuk ke area restoran resort yang terbuka dan membayar untuk masuk. Arsyila mulai dengan menyantap makanan hingga kenyang lalu duduk di meja kayu dengan bangku tinggi yang menghadap pantai. 

Perasaan tenang namun sepi mengisi hatinya. Arsyila berpikir apa besok dia pulang saja?

"Hai, sendirian?" Seorang lelaki menghampirinya sembari menaruh segelas wine di depan Arsyila. "Gue juga sendirian, nih. Temenin gue minum?" 

Cowok itu tersenyum ramah yang menampilkan lesung pipi disebelah kiri. Arsyila memang pemuja pria tampan, tetapi dia tidak mudah jatuh untuk sebuh senyuman.

"Thanks, tapi gue nggak minum," jawab Arsyila.

"Oh, it's okay. Biar kupanggil waiter untuk digantin cola." Cowok itu memanggil waiter dan meminta segelas cola meskipun Arsyila menolaknya.

Duh, gimana caranya biar ini cowok pergi, ya?, batin Arsyila. Dia merasa risih namun tetap menanggapi cowok itu dengan ramah.

"Lo dari Jakarta?" Tanya cowok itu. 

Arsyila mengangguk.

"By the way, gue Chandra." Cowok itu mengulurkan tangannya.

Arsyila menerimanya dengan ragu, "Syila." 

Chandra lebih banyak membuka percakapan dengan Arsyila, namun gadis itu hanya menjawab seperlunya sebagai formalitas. Saat ini dia sedang nggak mood untuk beramah tamah dengan orang baru. Dia hanya ingin makan, bengong sendirian, pulang ke hotel, tidur.

"Eum, maaf Chandra, kayaknya gue harus balik ke hotel," Arsyila memotong Chandra yang sedang menceritakan kisah sukses coffee shop-nya di Jakarta.

"Oh, kalau gitu gue antar."

"Ng-nggak usah, gue bisa sendiri."

"Kata siapa sendiri?" Sebuah suara tidak asing membuat jantung Arsyila melonjak dan spontan menoleh. 

Moreno.

Moreno tersenyum miring sembari menghampiri Arsyila. "Sorry, gue telat." Moreno berdiri di sebelah Arsyila dan memeluk pinggang perempuan itu.

"Dan mas adalah...?" Moreno bertanya pada Chandra.

"Oh, gue Chandra. Tadi Syila kelihatan bengong sendiri jadi gue temenin." Chandra nampak salah tingkah. "Okay then, gue pamit. Bye Syila."

Arsyila hanya mengangguk sambil tersenyum.

Moreno memandang Arsyila tajam tanpa melepas tangannya dari pinggang Syila.

"Minum-minum sendirian, terus ditemenin cowok asing? Mau ngulang kejadian tempo hari?" Sindir Moreno.

Arsyila melotot. 

"Kalau mau minum ayo, gue aja yang temenin," kata Moreno lagi.

"Ih, you wish!" Gerutu Arsyila sembari memalingkan wajahnya yang memerah dari Moreno.

Moreno tersenyum. Dia melepaskan tangannya dan duduk di tempat Chandra sebelumnya. Moreno mengambil gelas wine Arsyila dan menyesapnya perlahan.

"Hmm, lumayan," gumam Moreno pada gelas wine-nya. "Lo nggak kepo gue kemana seharian ini?"

"Pengen banget gue kepoin?" Tanya Arsyila sarkas.

"Yaa... Kali aja lo kepo dan nyariin gue."

"Ckckck... Lo bisa-bisanya sih kepedean kayak gitu?" Desis Arsyila. 

Moreno terkekeh.

"Gue tadi ketemu Darius," ujar  Moreno. "Tapi tenang... Gue nggak ngasih tahu dia kalo lo di sini."

"Oh, lo mau gue ngucapin terima kasih?" Cibir Arsyila.

Moreno terkekeh. "Gue laper, nih."

"Ya... Makan sana."

"Temenin gue makan di hotel gue aja." Moreno menarik tangan Arsyila keluar dari restoran yang hiruk pikuk. "Disini terlalu berisik."

"Eh... Sepeda..." Arsyila berhenti seraya menunjuk sepedanya.

Moreno berbelok untuk mengambil sepeda. Dia menaiki sepeda dan mengisyaratkan agar Arsyila duduk di boncengan belakang. Dengan terpaksa Arsyila duduk di boncengan dengan memegang baju belakang Moreno.

Moreno melajukan sepedanya dan selang setengah jalan, sepedanya menginjang batu kerikil besar yang mengakibatkan oleng, namun Moreno dapat menahan agar sepedanya tidak jatuh.

Arsyila memukul punggung Moreno. 

"Bisa naik sepeda nggak, sih?" Omelnya. Jantungnya seperti mau terlempar saking kagetnya.

"Sorry, sorry... Gelap banget jalanannya jadi nggak kelihatan ada batu," kata Moreno. "Pegangan lagi." Dia menggowes pedal dan membawanya dengan perlahan menuju hotel miliknya yang malam ini terlihat tenang.

Arsyila melompat turun dari boncengan masih dengan jantung yang berdebar kencang.

"Kenapa melototin gue?" Tanya Moreno saat menghadapi Arsyila setelah memarikir sepeda.

"Masih jantungan, nih!" Dumel Arsyila. 

Moreno terkekeh. Dia merangkul Arsyila masuk ke hotel dan menuju restoran.

"Vin, minta bir, lime cocktail, sama pizza dua," Moreno memesan pada waiter yang mengekorinya.

"By the way, gue langsung ke kamar, ya. Capek." Pamit Arsyila.

Moreno menahan tangannya. "Temenin gue makan sebentar, ya. Hm?"

Arsyila mendengus lalu duduk di kursi samping cowok pemaksa itu. Entah kenapa Arsyila tidak terlalu keberatan menemani Moreno. Justru dia merasa senang karena tidak harus menghabiskan sisa malam ini sendirian dengan bengong.

"Bir dan cocktail. Gue air mineral aja," kata Arsyila begitu minuman dihidangkan.

"Jangan khawatir. Ada gue disini," sahut Moreno kalem.

"Justru karena ada lo," gerutu Arsyila. Moreno yang mendengarnya hanya tersenyum tipis.

Moreno menggeser gelas cocktail ke depan Arsyila. "Cuma cocktail... Nggak berasalah..."

Arsyila menghela napas tapi tetap menyesap minuman itu. Beberapa kali dia mendapati Moreno sedang memandanginya, jadi dia pura-pura sibuk dengan ponselnya. 

"Lo udah lama kerja sama Darius?" Moreno membuka percakapan.

"Lumayan."

"Nggak kepengen coba pengalaman di tempat lain?" Tanya Moreno. "Jadi sekretaris gue gitu misalnya."

"No, thanks." Arsyila menjawab cepat. 

Moreno tersenyum geli. "Lo tahu? Gue nggak pernah sepenasaran ini sama cewek."

Arsyila mengangkat pandangan memandang Moreno yang begitu tampan meskipun dengan cahaya temaram. 

"Tapi lo, selalu bikin gue penasaran."

"Why?" Tanya Arsyila bingung. Perasaan dia biasa-biasa aja. Moreno pun pernah "mencicipinya" dua kali. Jadi apa yang bikin penasaran?

"Nggak tahu. Mungkin lo unik." Moreno bersandar dan menyilangkan tangan di depan dada sembari matanya menilai Arsyila.

"Unik... Unik... Memangnya gue barang langka?" Semprot Arsyila.

Moreno terkekeh. "Hmm... Ini... Belum ada cewek yang galak sama gue kayak lo."

Arsyila mencibir.

"Gini aja, deh..." Moreno menautkan kedua tangannya di atas meja. "Gimana kalau kita coba saling terbuka? Mungkin setelah saling mengenal gue akan ilfil dan menjauh dari lo. Atau, lo yang akan semakin tertarik sama gue."

"Dih... Kepedean banget lo..." Arsyila hampir tak percaya dengan kepedean Moreno. "Ilfil sekarang aja... Gue nggak keberatan. Hush... Hush..."

Moreno menatap tajam Arsyila sembari tersenyum usil. "Kenapa? Lo takut?"

"Takut apa?"

"Takut kalo nantinya lo jatuh cinta sama gue?" 

Arsyila melotot. "Astaga lo kepedean banget. Asli!"

"So?"

Arsyila menyesap cocktailnya banyak-banyak untuk meredam emosinya. "Terserah lo aja, deh. Gue ngomong apa juga lo tetep bakal maksa."

Moreno tersenyum lebar. "Oke. Untuk mensahkan kerjasama kita, we need a seal for it."

"Seal?"

Moreno menarik belakang kepala Arsyila hingga bibirnya bersentuhan dengannya.

Sehunata

Haloooo... Bab baru setelah signed contract. Yeaaayyyy~ Hopefully you like this story guys! Please support me... Thank you so much

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status