Share

2. Bukit Manau

Beberapa detik selanjutnya, anak laki-laki yang tengah jongkok membelakangi kami, kepalanya menoleh, selanjutnya berputar 180 derajat namun badannya masih di pososi semula, menyadari hal itu membuat kami semua teriak ketakutan, berbalik dan berlari tunggang langgang

"Haaa ...."

Kami masih terus berlari sekencang-kencangnya.Sampai di posko cowok, pintu kami menggedor bersamaan.

"Bukaaa!"

"Toloong!"

"Buka cepat!"

Setelah pintu dibuka kami anak perempuan langsung menerobos kamar, di sana ada beberapa anak laki-laki yang sedang tidur, kami tidak peduli.

"Oi, bangun! Pindah sana!" Perintah Rani.

Beberapa anak laki-laki tersebut segera pindah keruang tengah, di sana kudengar Markus, Andre dan Ilham sedang menceritakan kejadian tadi dengan heboh. Aku, Rani, Gina dan Sarah beranjak tidur tanpa sepatah kata, kejadian tadi cukup membuat kami shock. Tanganku saja masih gemetar. Kami tidur berpelukan, berharap mengusir rasa takut. Masalah dengan Datuk kepala desa, bodo amat lah ....

****

Baru tiga hari di desa ini, aku dan beberapa teman sudah mengalami kejadian aneh semalam. Teman-teman di posko perempuan banyak yang bertanya kenapa kami tidak pulang, bisa kena hukum adat kalau tidur di posko laki-laki. Tapi bagaimana lagi, siapa coba yang berani berjalan menerobos anak kecil misterius itu ... hiii... aku masih bergidik ngeri.

Kami berempat saja tadi sulit mau beranjak dari tempat tidur kalau tidak di usir paksa dari posko cowok sama Bang Joseph.

Bang Joseph, nama lengkapnya Joseph Mandrawata anak Fakultas Pertanian angkatan 2002, kami panggil "Bang" karena dia lebih tua dua angkatan di atas kami, yang rata-rata angkatan 2004. Entah kenapa dia bisa lambat ikut KKN, kami mengangkatnya jadi ketua posko bukan lantaran dia pintar, kami tidak tahu latar belakangnya di kampus, karena kami yang lain fakultas rata-rata baru mengenal di KKN ini.

Yang jelas Bang Joseph lebih senior sehingga kami menggangkat dia jadi ke-tua. Selain jabatan, ternyata itu mengandung makna yang paling Tua. Sifatnya sejauh ini cenderung sombong gak bisa dibantah khas senior lagi ospek, agak menyebalkan sih.

Masih ingat seminggu yang lalu, ketika di bagi kelompok di gedung aula kampus, kami sudah memasuki sesi perkenalan. Aku, Lidia khairunnisa dari Fakultas ekonomi bersama Gina Sundari dan Muhammad Ilham.

Murniati, Markus Sidabutar, Dedi Kariadi dari Fakultas Pertanian. Amir syarifudin dan Widya Astuti dari Fakutas Peternakan. Zarima, Maryanto, Sri Wahyuni, Nurulia, Sarah dari FKIP

Andre Sumantri, Joseph Mandrawata dan Rani Silviani dari Fakultas Hukum.

Waktu itu kami memakai seragam hitam putih seperti mau ujian. Bang Joseph langsung mengambil alih dan memimpin pertemuan, setelah dicek, di daftar nama ada 17 orang tetapi yang hadir cuma 16 orang.

Tiba-tiba muncul cowok berperawakan tinggi, ya sekitar 178 cm la tingginya, berwajah tampan, dengan alis tebal, hidung mancung dan bibir tipis, dengan balutan kemeja putih yang digulung setengah lengan cukup menyihirku untuk menatapnya tanpa berkedip.

"Assalamualaikum semua ...," sapanya

"Hei, dari mana saja kamu? Baru nongol, gak disiplin banget," seru Bang Joseph.

Perkataan lelaki itu membuatku sebel, baru saja pertemuan pertama sudah sok marah-marah.

"Maaf tadi saya salat zuhur dulu, oya saya Abdul Rasyid dari FKIP bahasa Inggris,"katanya.

Ekspresinya begitu tenang dan sopan, membuatku semakin terpesona.Oalah, rajin salat, alim, ganteng pula.

"Pakek sok-sok an salat segala, emang kamu saja yang mau salat?" seru Bang Joseph lagi.

Gak sopan banget emang ni kutu, makhluk halus, ee maksudku makhluk selembut dan seindah itu di jutekkin

"Bang Joseph, sudah! Kita mau milih pengurus kelompok ini, biar cepat selesai." ujarku agak kesal.

"Ya sudah, Bang Joseph ketuanya, Abdul Rasyid wakilnya sebagai hukuman karena terlambat," kata Andre

"Setuju!" jawabku cepat di ikuti anggukan tanda setuju dari yang lain.

"Sekertarisnya Kau Lidia,"kata Markus diikuti anggukkan yang lain tanda setuju

"Oke." jawabku.

Siapa takut, dengan menjadi sekretaris mungkin bisa sering bareng wakil ... he ... he ... kesempatan ini mah, ngarep!

"Bendaharanya mbak Zarima," usul Ilham

"Maaf, saya jadi anggota biasa saja, soalnya saya nanti lebih sibuk, soalnya saya mau bawa baby ke posko" jawab mbak Zarima.

Kami memanggil mbak karena bukan hanya Bang Joseph yang senior, mbak Zarima angkatan 2003, setahun di atas kami.

"Maksudnya, Zarima sudah menikah?"tanya Bang Joseph.

Ada nada kecewa disuaranya, aku sih sudah feelling, dari tadi Bang Yose bersemangat mengajak mbak Zarima bercengkrama. Mbak Zarima memang cantik, dibalut jilbab lebar wajahnya yang putih bersih dengan hidung mancung, bulu mata lentik dan alis bak semut beriring seperti keturunan arab, cukup menggoncang kaum adam. Sayang, memang yang cantik seperti itu akan cepat laku, kasihan Bang Joseph ck ... ck ...

"Saya sudah menikah punya anak satu, laki-laki umur satu tahun," jawab mbak Zarima sambil mengangguk

"Ooo."

Seperti koor kami kompak bersuara, selanjutnya mbak Zarima bercerita, dia cuti kuliah satu tahun waktu hamil dan melahirkan anaknya, sehingga telat daftar KKN. Suaminya dulu kakak kelasnya di SMP melanjutkan SPMA sempat kuliah satu tahun namun ikut tes PNS ijazah SPMA dan lulus jadi penyuluh pertanian kabupaten yang sama dengan lokasi KKN.

****

Akhirnya Rani dipilih jadi bendahara, dia mulai dengan pengumpulan dana iuran anggota untuk konsumsi selama tiga bulan di Lokasi.

Aku ikut membantu pembukuannya, setelah selesai berbenah barang-barang di posko. Hari pertama lumayan capek, sampai di lokasi jam 2 siang langsung beres-beres.

Kami mengenal tetangga kami nyai Rudiah, wajah Nyai Rudiah yang sudah keriput, rambut sudah penuh uban seperti nenek-nenek kadang membuatku heran, anaknya masih kecil-kecil, paling besar SMP kelas 1. Namun aku tidak berani bertanya, takut tidak sopan.

Sore Hari jam 4, Nyai Rudiah datang memberitahukan pada kami, kalau semua aktivitas MCK di lakukan di sungai kecil seberang rumahnya, karena di desa ini tidak ada kamar mandi. Aktivitas tersebut tidak boleh lewat jam 5 sore, ketika kutanya kenapa, dia hanya mendengus tidak menjawab. Sungguh kesopanan yg tidak kuharapkan.

Kami mahasiswa perempuan semua menuju sungai, bagian hulu rupanya khusus perempuan, bagian hilir sungai untuk laki-laki. Ketika kami ke sana, kaum perempuan di sekitar lingkungan sudah berada di sungai tersebut. Mereka memakai basahan kain sarung batik, ada yang mencuci pakaian ada yang sedang mandi. 

Teman-teman langsung berganti basahan dan nyemplung sungai

"Wah ... seger banget airnya bening, Frends," seru Murni sambil teriak dan berenang

"Ternyata lumayan dalam, seleher aku," seru Sarah kegirangan

"Hii ... Dingin airnya!" pekik Gina

Hanya aku dan mbak Zarima yang belum turun ke sungai, aku risih mandi pakai bahasan. Kurang bersih nampaknya, biasanya bisa di sabun dan di bilas sampai bagian tertentu, ups. Mbak Zarima sepertinya juga ragu.

"Mmm, aku lupa bawa jilbab ganti,"katanya

"Gak ada yang ngintip kan, kalau bukak jilbab?" lanjutnya ragu-ragu.

"Gak ada mbak, sepertinya di sini cewek semua," jawabku

"Tapi ini alam terbuka ...." 

"Makanya kita cepat-cepat mandinya. Ayo, Mbak," kataku bersegera memakai kain bahasan.

Mbak Zarima juga mengikuti langkahku, dan semua yang ada di sungai takjub melihat mbak Zarima membuka jilbab. Ck ... ck ... seperti bidadari dari khayangan. Kulitnya putih berkilau terkena cahaya matahari sore, memantul diatas permukaan air. Rambutnya ikal panjang sepinggang mengurai indah ... bibirnya yang merah tanpa lipstik semakin membuatnya sempurna, beruntung sekali suaminya, aku jadi penasaran seperti apa suaminya. Untung dia sudah bersuami, gak kebayang nanti jadi rebutan kaum lelaki di sini.

Ah, hilang saingan satu. 

"Kawan kau cantik nian," kata seorang ibu kepadaku.

"Masih perawan?" sambungnya

"Sudah bersuami, Bu," jawabku

"O, syukurlah. Tengok di bukit itu dek ...."

Ibu itu, yang belum kutahu namanya menunjuk salah satu bukit di deretan bukit barisan yang mengapit desa ini

"Itu bukit Manau," katanya

"Ooo ...."

Hanya itu kata yang keluar dari mulutku, tidak tahu apa maksud ibu itu menunjuk bukit tertinggi di sana.

"Bukit Manau salah satu bukit tempat manusia harimau tinggal, di sana ada kerajaan makhluk halus yang cukup besar di deretan pegunungan bukit barisan. Konon katanya jika purnama datang di bukit itu sering ada pesta, seperti pesta pernikahan. Jika ada wanita tercantik akan di jadikan pengantin siluman Harimau. Makanya kalau mandi jangan dekat magrib."

"Haaa?"

Aku cukup kaget, gini-gini aku masih perawan dan bisa dibilang lumayan cantik. Ih, ini menakutkan.

"Hoi, cepat mandinya jangan lama-lama, takut,  ih...." 

Aku berteriak, langsung keluar dari sungai untuk mengakhiri mandi, disusul Murni dan Sarah yang mendengar juga perkataan ibu tadi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
bismillah hirrahmanirrahim
maaf perlu sedikit revisi kak, di keterangan awal itu joseph dari fakultas pertanian angkatan 2002 begitu di perkenalkan satu persatu si joseph kok jd anak fakultas hukum?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status