Beranda / Romansa / Misteri Cinta di Lokasi KKN / 1. Anak kecil di tengah sawah

Share

1. Anak kecil di tengah sawah

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 00:52:25

POV Lidia 

Desa Manau, dua puluh lima tahun kemudian 

*

*

*

Pov Lidia

"Bugdetnya kebanyakan,Bang," kata Rasyid.

Pemuda itu memperlihatkan catatan Anggaran acara penyuluhan Pertanian yang akan diadakan besok lusa kepada Joseph.

Sebagai ketua dan wakil kelompok mereka kompak banget tetap bersemangat mengerjakan proker sampai tengah malam. Sebenarnya aku sudah ngantuk berat, namun sebagai sekretaris aku harus menunjukan dedikasi ikut rakor terbatas ini, Rani sebagai bendahara sepertinya senasib denganku, dari tadi kulihat dia sudah menguap beberapa kali sampai mengeluarkan air mata. Gina dan Sarah yang menemani kami bahkan sudah tertidur lelap diatas tikar pandan. Mereka menemani aku dan Rani karena di desa ini posko perempuan dan laki-laki terpisah berjarak 200 meter, melalui pematang sawah dan jembatan di sungai kecil. 

Malam ini hari ke tiga kami di desa ini. Kami masih buta dengan keadaan desa ini. Ketika kami datang, Datuk kepala desa sudah mempersiapkan rumah untuk posko, posko laki-laki di pinggir jalan utama desa dengan suasana yang lumayan ramai, sedangkan posko perempuan masuk ke dalam melewati persawahan, di sana ada 3 rumah, satu rumah kosong di belakang posko kami, dan sebelahnya rumah cukup besar di huni seorang janda bernama nyai Rudiah dengan ketiga putrinya yang masih SMP dan SD.

Posko perempuan diwanti-wanti sama nyai Rudiah (nyai panggilan untuk nenek yang di hormati) di larang keras untuk dimasuki laki-laki.

"Lidia, coba catat biaya konsumsinya." Joseph memberi perintah

"Hah? O ... iya Bang. Nggg apa tadi Bang?"

"Biaya konsumsi."

"Oh ...."

Aku malas sebenarnya, mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.

Tok...tok...tok....

Tiba-Tiba pintu diketuk dengan keras, membuat mataku dan Rani yang sudah mengantuk kembali terjaga. 

"Dek ... Dek! Oi, Dek," panggil suara dari luar

Secepat kilat Rasyid bangkit dan membuka pintu, nampak di luar seorang pria paruh baya memakai sarung dan peci, dia kepala desa yang biasa dipanggil Datuk. Nama aslinya kami belum ada yang tahu

"O, Datuk. Ada apa tuk?" tanya Rasyid

"Oi, Dek. Kan la sayo bilang, budak betino dilarang ke siko sampe jam 9, kini ko la jam 12."

(Kan sudah saya bilang, anak perempuan dilarang ke sini sampai jam 9, sekarang sudah jam 12.)

"O, maaf, Datuk. Kami ada rapat sampai lupa waktu. Mereka sekarang mau pulang ke poskonya kok," kata Joseph menimpali

"Ayo Lidia, Rani, pulang sana," lanjutnya.

"Iyo, baleklah. Antar anak betino ni, hari la tengah malam," kata datuk sambil berlalu.

Rani segera membangunkan Gina dan Sarah, mereka bangun dengan malas- malas.

"Ayo, Syid, antar kami," kataku

Aku meminta Rasyid mengantar, bukan tanpa alasan aku memintanya mengantar kembali ke posko cewek, alasannya ... Ah, ada deh, aku belum berani mengungkapkan.

"Gak usah, Rasyid masih ada yg mau dibahas sama aku. Minta antar Markus sama Andre saja," potong Joseph, meruntuhkan harapanku.

Rasyid segera membangunkan Markus, Andre dan Ilham untuk mengantar kami. Dengan perawakan Markus tinggi besar dan berdarah batak setidaknya kami merasa aman, ditambah Andre yang bertampang badboy kurasa bisa nakut- nakuti pemuda nakal di kampung ini. 

Sebenarnya aku pengennya Rasyid yang mengantar, pemuda itu memiliki aura yang bisa membuatku nyaman, pertama bertemu aura ahli ibadah terpancar di wajahnya, membuatku... apa ya? Terpesona, penasaran atau apalah aku belum tahu.

Markus segera mengambil senter, begitu juga Ilham, bahkan Ilham melengkapi diri membawa sebilah belati yang disisipkan di balik jaketnya, perawakan Ilham biasa saja, tampang dan penampilan juga biasa tapi kudengar dia pintar bela diri, suatu prestise yang bisa diandalkan untuk seorang cowok. Hanya Andre yang tangan kosong, memakai celana pendek dan kaos oblong, rambut gondrong selehernya nampak acak-acakan sehabis tidur.

Kami berjalan mengikuti Markus berjejer ke belakang seperti kawanan itik. Ilham menjaga paling belakang. Sesekali Gina yang masih mengantuk hampir terjatuh, untung ada Andre di belakangnya yang sigap menangkap tangan Gina. Kami melewati jembatan setapak di sungai kecil yang kalau siang nampak jernih sekali airnya.

"Jalan hati-hati, ini pematang sawah agak licin lo, kepeleset dikit jatuh ke lumpur sawah," kata Markus ketika kami sudah melewati pematang sawah.

"Kau tu jalannya pelan-pelan Kus, aku susah ni ngejar kamu," kata Rani di belakangnya

"Jam berapa si ini, kok sepi banget." Sarah mulai sadar dan bersuara

"Gak dengar kau kata Datuk tadi sudah jam dua belas," kataku menimpali

"Tepatnya jam 12 lewat 15 menit," kata Ilham dari belakang setelah melihat jam tangannya yang disenteri

"Hii aku takut," ujar Gina

"Tenang saja, Cantik. Ada Bang Markus di sini," seloroh markus yang di ikuti koor dari semua

"Huuù ...."

Kami kompak menyahutnya di ikuti gelak tawa

"Cie ... Markus mulai merayu Gina," sahut Sarah

"Lagak kau Kus, Markus," timpal Andre

Tak terasa kami sudah ada seratusan langkah menyusuri pematang sawah

"Oi, ada orang oi!" kata Markus

Pemuda itu berhenti tiba-tiba. Otomatis kami ikut berhenti sehingga tubuh kami limbung kebelakang, untung kami masih berjarak, kalau tidak di antara kami pasti sudah ada yang jatuh ke sawah.

Nampak sekitar 50 meter di depan kami ada dua obor menyala di tengah sawah.

"Mungkin orang mencari ikan atau belut di sawah. Ayok, lanjut," kata Andre

 Kamipun melanjutkan perjalanan, baru beberapa langkah kami dikejutkan tawa renyah khas anak-anak kecil sedang bermain, nampak di depan kami dua orang anak laki-laki memakai baju khas melayu memakai ikat kepala berjongkok membelakangi kami, tertawa-tawa menusuk-nusuk sesuatu memakai ranting dan seorang anak perempuan memakai baju kurung tertawa sambil berlari menjauh dan mendekat lagi kearah anak laki-laki itu, kalau di taksir umur mereka sekitar 6 sampai 7 tahun. Pemandangan itu membuat sebagian kami takjub dan membatin tak masuk akal. 

"Lagi ngapain anak-anak itu?" tanyaku lirih

 

"Sepertinya lagi mainin kepiting," jawab Andre.

cowok itu tepat di depanku, suara pelan bahkan setengah berbisik.

"Hoii!!! Anak siapa kamu malam- malam berkeliaran di tengah sawah? Emang gak dicariin bapakmu ya?"

Tiba- tiba Markus berteriak ke arah anak- anak itu.

"Markus!!"

Serempak kami menghentikan aksi Markus. 

Beberapa detik kemudian anak-anak itu terdiam. Terlihat sorot mata tak biasa dari anak perempuan yang menghadap kami, seperti kilat yang tajam mengerikan membuat bulu kuduk kami berdiri, dan kaki kami sulit di gerakkan. Tanganku bahkan sampai gemetaran.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   79. Samawa selamanya

    POV Bayu Arya"Kenapa ngelihatin aku kekgitu? Awas ... aku mau mandi!" teriaknya galak sambil mendorong tubuhku.Duh ... lucunya, kalau lagi malu kayak gitu toh tingkahnya, aku terus menatapnya dengan senyum menggoda. Dia hempaskan pintu kamar mandi dengan kuat. Tenang saja cantik, akan kutaklukan kegalakkanmu nanti.Selagi dia mandi aku keluar kamar, menyuruh pelayan hotel membawa minuman hangat karena yang dingin sudah ada di kulkas, serta menyuruhnya membawa penganan pempek kesukaan istriku, kuberi mereka beberapa lembar uang, aku menyuruhnya mencari di restoran yang terkenal menyediakan makanan tersebut, juga membeli sate madura kesukaanku, dan beberapa makanan ringan. Sesampainya di kamar, kulihat istriku itu sudah selesai mandi, dia masih memakai piyama mandi warna putih, duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya. "Darimana?" tanyanya"Pesan makanan. Nanti kalau pesanan datang, terima ya? aku mau mandi," kataku melangkah ke kamar mandi"Aku gak mau, pelayannya cowok

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   78. Resepsi pernikahan

    Pov BayuSetelah akad nikah, aku kembali lagi ke hotel, sesuai perjanjian kami, kami tidak akan bermalam pertama jika resepsi belum di gelar.Kenapa aku menyetujui perjanjian konyol yang di ajukan Lidia itu. Ah, sekarang aku yang tersiksa sendiri kan? Wajah cantiknya di akad nikah tadi yang seperti bidadari turun dari kayangan sekarang jadi terbayang-bayang. Apa coba yang akan aku lakukan seharian besok Sabtu? Coba kalau ... jiah, aku benar-benar harus bersabar sekarang.Aku melangkah ke lobby hotel bintang lima di kota ini, menuju resepsionis. Aku pesan kamar presiden suit, sekarang aku tinggal di kamar VVIP. Kupesan agar kamar itu dihiasi dan didekorasi untuk bulan madu. "Untuk minggu Malam, ya!" kataku pada petugas hotel"Baik, pak," jawab petugas hotel ituAku kembali ke kamar dan rebahan, kucek status facebookku di grub relawan yang pernah aku ikuti, ternyata sudah ramai sekali. Ada yang mendoakan pernikahanku, bahkan sebagian mereka akan segera meluncur ke kota ini. Kubalas sa

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   77. Akad nikah

    Pov LidiaPersiapan pesta pernikahan tinggal dua puluh persen, undangan sudah tersebar. Mas Bayu tidak mengundang temannya sama sekali, katanya hanya akan mengabari di grup facebook. Akad nikah akan diadakan hari Jum'at selepas salat Jum'at dan resepsinya hari minggu, sudah menjadi kebiasaan di sini resepsi diadakan hari minggu, mengingat hari libur, bagi yang kerja kantoran bisa menghadiri pesta.Selama persiapan pesta Mas Bayu tinggal di hotel, Mamak bilang pamali bertemu mempelai wanita sebelum hari H. Aku dan dia hanya bisa ngobrol via telpon, rasanya kangen banget tiga hari gak ketemu sama dia. Sebelum tidur, dia pasti selalu menghubungiku dulu. "Sayang, sedang apa?" tanyanya di seberang telpon.Aku masih belum terbiasa dengan panggilannya, rasanya ada yang menggelitik di hati ini, Sayang? Ow, uwu ...."Emm, baru mau tidur Mas," kataku malu-malu meong."Oya, tadi kata Pakdo Marlin Bibi Rudiyah sudah pulang dari Rumah sakit, keadaannya juga sudah membaik, InsyaAllah besok dia ke

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   76. Lamaran

    Aku tak kuasa menahan tangis melihat kondisi Nyai Rudiyah yang tinggal kulit berbalut tulang. Napasnya tinggal satu, dua tersengal-sengal. Rofita, Afikah dan Aida begitu senang aku datang. Aku sempatkan membeli oleh-oleh jajanan di sebuah warung sebelum ke sini."Nyai, apa kabar? Ini Lidia ... Nyai sakit kenapa tidak ngabari?" kataku tulus sambil menggenggam tangannya."Lidia ... kenapa datang jauh-jauh? terima kasih sudah datang menemuiku." "Nyai, kami akan membawa nyai ke Rumah sakit. Mau ya, nyai dirawat di rumah sakit?" "Ah, tidak usah repot-repot Lidia. Sepertinya kau membawa teman, siapa dia?" kata Nyai Rudiah sambil menoleh ke arah Mas Bayu yang dari tadi berdiri di depan pintu kamar.Aku melambai ke arahnya, Mas Bayu mendekat ke arah kami."Bibi ... Bibi harus segera sembuh," kata lelaki itu mendekat ke arah Nyai Rudiyah.Wanita tua itu tercekat, dia sangat terkejut melihat siapa yang datang. Matanya melotot, bibirnya bergetar, bahkan seluruh tubuhnya gemetaran. Mas Bayu mer

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   75. Menemui Pakdo Marlin

    Walau aku sudah mendengar tadi subuh obrolan mereka, namun mendengar langsung dari mulutnya membuatku sedikit berdebar. "Maukah kau menikah denganku?" tanyanya Aku hanya tersenyum simpul, jadi dia sedang melamar nih ceritanya? "Kau melamarku di mobil yang tengah melaju?" "Kenapa? Kurang romantis, ya?" "Lamarlah pada Bapakku, minta baik-baik sama dia." "Oo, itu pasti, sampai rumahmu langsung kuminta anak gadisnya," katanya tersenyum lebar. "Kalau gitu aku sekalian ngundang Pakdo Marlin sama Nyai Rudiyah," kataku "Kenapa? Mereka bisa tahu dong kalau aku masih hidup," katanya. "Sebaiknya mereka tahu, kau tidak perlu memusnahkan rumahmu, biar mereka yang melakukan. Sekalian Mas minta maaf pada nyai Rudiyah, walau bukan diri Mas yang menghabisi anak-anaknya, namun peliharaan Mas yang melakukannya, itu sama saja jadinya. Kalau Pakdo Marlin, diakan sudah tahu juga aku pernah bertemu denganmu," kataku "Ya, baiklah jika menurutmu begitu." ****Kami memasuki lorong kediaman Pakdo M

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   74. Melamar di mobil

    Pagi ini aku bangun tidur lebih cepat, kulihat di handphone menunjukkan pukul 4 pagi. Aku segera melaksanakan salat Tahajud, kuminta Allah agar segera membebaskan lelakiku itu dari pasungan jin yang menguasainya selama ini.Aku masih terbayang bagaimana Kiyai Amran sangat kesulitan menaklukkannya, hingga Kiyai Amran kuwalahan menangkis serangan dari Mas Bayu. Ah, pria itu benar-benar sakti, dikeroyok beberapa orang saja menang. Semua orang sampai takut-takut menyerangnya. Sehingga dia dilumpuhkan pakai senapan obat bius. Ah, sudah seperti memburu harimau sungguhan.Selepas mengaji aku bergegas ke musola ingin ikut salat subuh berjamaah. Ternyata masih lima belas menit lagi Azan Subuh. Aku segera memasuki masjid yang masih lenggang belum ada jamaah putri yang datang. Aku duduk mengambil tempat paling depan. Rencana mau kusambung tilawahku sambil menanti Azan Subuh. Tiba-tiba beberapa jamaah pria datang, suara sandal dan obrolan jelas terdengar, karena tempat wanita dan pria dibatasi se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status