Beranda / Horor / Misteri Desa Purnama / Bab 5. Masa Lalu Bersama Nana

Share

Bab 5. Masa Lalu Bersama Nana

Penulis: TasTag
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-30 08:48:59

"Kakak, minumlah!" pinta Nur yang sedari tadi berada di sampingku.

"Mbah Atmo, Bi Sari, apa yang sebenarnya terjadi?"

Mbah Atmo dan Bi Sari saling menatap, seperti tengah memikirkan sesuatu.

Suasana hening seketika. Semua mata memandang ke arahku.

"Nur, sebaiknya kau tunggu di luar saja," pinta Mbah Atmo.

Nur mengangguk, dia segera keluar dari kamar tanpa bertanya.

"Nak Aldi tenang dulu, ya. Mbah akan menjelaskannya perlahan, agar Nak Aldi tidak kaget."

Penjelasan Mbah Atmo malah membuatku semakin terkejut, ternyata memang benar ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. Mbah Atmo mulai bercerita, saat pertama kali aku memasuki desa misterius ini.

Seminggu yang lalu, saat Mbah Atmo menerima kabar akan kedatanganku ke desa ini, beliau sudah mempunyai firasat buruk. Kata beliau, sehari sebelum beliau menerima telepon dari paman Suwarno, beliau sudah merasakan sesuatu yang janggal.

Desa ini seperti kembali pada zaman dulu, saat semua orang mulai percaya pada adanya makhluk halus dan semacamnya.

Orang-orang di desa ini mulai bergunjing, apalagi setelah penemuan burung elang yang selalu mengawasi desa ini setiap malam. Saat burung elang itu coba diikuti oleh beberapa warga yang sedang berjaga malam, burung itu selalu hilang tanpa jejak.

Yang membuat warga semakin heran, burung itu selalu menghilang tepat di atas salah satu rumah warga.

Tapi, Mbah Atmo tak ingin menyebutkan nama warga itu. Beliau berkata, karena belum ada kepastian maksud dan tujuan orang itu mengawasi desa ini.

Pada malam hari saat kedatanganku, Mbah Atmo merasakan sekujur tubuhnya gemetaran, bulu kuduknya berdiri. Aku rupanya sudah ditunggu oleh makhluk dari dunia lain yang sudah menempati desa ini sejak dahulu. Mereka senantiasa memperlihatkan wujud mereka karena merasa senang atas kedatanganku ke desa ini.

Aku semakin tak mengerti, apa yang dimaksud oleh Mbah Atmo? Mengapa aku sangat ditunggu? Apalagi oleh sebangsa makhluk halus?

"Nak Aldi pasti bingung. Mbah akan menunjukkan sesuatu pada Nak Aldi. Kalau Nak Aldi tidak kuat, bicaralah pada si Mbah," ucap Mbah Atmo sambil menggenggam tanganku.

Aku menutup mata perlahan, menarik nafas dalam-dalam.

Dalam gelap, sebuah bayangan muncul. Aku seperti kembali pada jaman dulu lagi. Aku melihat diriku yang masih berusia sekitar lima tahun.

Sepertinya aku ingat ini di mana. Ini adalah rumah Kakekku di desa. Aku terlihat sedang berlari-lari kecil dengan seorang anak perempuan sebayaku di halaman rumah Kakek. Aku terlihat sangat gembira.

Sesekali aku dan anak perempuan itu tertawa saat sedang bermain bersama. Kejadian itu terjadi saat malam hari, saat bulan sedang menujukkan cahayanya.

Tiba-tiba, Ibuku berlari dari arah rumah Kakek dengan tergesa, seperti telah menangis sesegukan.

"Aldi, kamu sedang apa di sini? Ibu mencarimu ke mana-mana," ucap Ibu khawatir.

Suara Ibu terdengar bergetar, dia terus memeluk dan menciumku.

Ayah, Nenek, dan Kakek kemudian datang menghampiri kami.

"Aldi, kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Ayah yang sedang menggendong adik perempuanku-Ayla.

Mereka semua terlihat sangat khawatir. Aku merasa heran, mengapa mereka seperti telah kehilanganku begitu lama. Padahal aku hanya bermain dengan anak perempuan ini.

Kakek kemudian bertanya padaku yang masih berusia lima tahun itu, "Aldi, kamu sedang bermain dengan siapa?"

"Nana," jawabku dengan nada suara yang masih sedikit belepotan.

"Siapa itu Nana?" tanya Ibu.

Aku menunjuk ke arah anak perempuan tadi. Tapi, anak perempuan itu menunjukkan ekspresi yang tidak biasa. Wajahnya berubah menyeramkan, darah segar mengalir dari kepalanya. Matanya melotot seperti akan keluar dari kelopaknya.

Aku yang berusia lima tahun itu seketika menangis sejadi-jadinya. Tapi, sepertinya kedua orangtuaku, Nenek, dan Kakek tak dapat melihatnya. Aku kemudian dibawa ke dalam rumah, menjauh dari Nana.

Aku sangat kaget, kapan ini terjadi? Mengapa aku tak ingat?

Nana menghampiriku yang tengah memperhatikan mereka dari jauh.

"Hiiihiihiii ...." Tawa Nana terdengar menggelegar di telingaku.

Kupikir Nana tak dapat melihatku seperti yang lain.

Aku terkejut melihat Nana sudah berada di sampingku dan berkata, "Aldi ... kenapa kamu tumbuh jadi besar? Hiihiihii .... "

"Aggrrr ...." Telingaku rasanya sakit sekali setelah mendengar bisikan Nana.

Saat aku membuka mataku kembali, aku sudah berada di dalam rumah. Di sana, sudah ada seorang kakek tua yang disebut orang pintar. Dia terlihat mengobatiku saat itu. Tapi, aku benar-benar tak ingat ada kejadian ini di masa laluku. Orangtuaku pun tak pernah menceritakannya padaku. Keanehan ini membuatku sangat bingung.

Nana berbisik di sampingku lagi, "Aldi ...."

Aku terkejut, mataku seketika melotot padanya. Nana berusia sekitar lima tahun. Wajahnya cantik, kulit putih dengan rambut pirang yang sedikit ikal.

Nana adalah anak keturunan Belanda. Dia sepertinya meninggal saat masih kecil. Seperti halnya anak kecil, dia terus bergelayutan manja padaku. Aku seperti sudah mengenalnya lama, kami seperti sudah sangat akrab.

Nana bilang, saat itu terakhir kalinya kami bermain bersama. Sejak aku diobati orang pintar itu, aku seperti lupa dan tak dapat melihat Nana. Nana juga seperti tak bisa mendekatiku. Nana bilang, dia sangat sedih tak bisa bermain denganku saat itu.

"Nana senang, sekarang Aldi sudah kembali." Nana tersenyum sangat manis saat itu, dia sepertinya benar-benar telah menungguku sangat lama.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Desa Purnama   Bab 67. Kisah Jaka : Energi Jahat Itu Terus Kembali

    Suara isak tangis dari Ibu pun terdengar. Aroma minyak angin terasa menyengat. Cahaya lampu yang menyinari wajahku pun terlihat semakin terang. Aku telah sadar sepenuhnya. "Ibu?" Kata pertama yang keluar dari mulutku.Rasa takut itu kini kembali. Apakah aku mungkin akan menyakiti Ibu dan Ayah saat aku kembali tak sadar?"Ibu, Ayah, Aku takut." Tangisku pun pecah.Selama ini aku berpikir aku adalah gadis yang kuat. Tapi, aku salah. Aku sangat lemah. Aku takut, aku takut pada diriku sendiri."Ibu dan Ayah ada di sini bersama Janis. Janis tidak perlu takut," ucap Ibu sembari terus memeluk dan menciumku.Setelah kejadian itu, aku tak masuk sekolah selama satu minggu. Aku hanya beristirahat di rumah ditemani Ibu dan kakak laki-laki keduaku bernama Bagas.Dan benar saja aku sendirian kali ini, Jaka menghilang seperti yang lain. Apa ucapanku tempo hari sangat keterlaluan? Apa Jaka benar-benar tidak akan menemuiku lagi?"Ah ... kenapa aku terus mengingatnya. Padahal dia sama saja dengan hantu

  • Misteri Desa Purnama   Bab 66. Kisah Jaka : Akar Masalah

    "Kau sungguh bodoh? Atau pura-pura bodoh?" Aku terus berteriak pada Jaka yang terlihat menyesali perbuatannya. Sesekali dia mencoba bicara tapi aku tak membiarkannya. Amarahku terasa mencuat saat melihat wajahnya. "Lihat, gadis itu terus mengikutiku!" bentakku pada Jaka."Maafkan aku, Janis. Saat itu, aku tak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan temanmu," jawab Jaka."Kau tahu? Akibat dari perbuatan pahlawanmu itu, aku tak bisa lagi hidup sesuai keinginanku. Gadis itu akan terus mengikutiku," bentakku lagi.Jaka terdiam sesaat, lalu bersujud dan kembali berucap lirih."Apa yang harus aku lakukan untuk menebus dosaku padamu?" Matanya mulai berkaca-kaca."Jangan pernah lagi muncul dihadapanku. Aku sudah tak membutuhkanmu!" Jaka terdiam, kini air mata itu benar-benar menetes. "Janis. Apa kau bersungguh-sungguh?" Ucapannya sedikit membuatku merasa iba. Tapi, apa yang Jaka lakukan sudah sangat keterlaluan bagiku."Ha ... ha ... hantuuuuu!!" teriak Mbok Karsih dari dapur.Aku sege

  • Misteri Desa Purnama   Bab 65. Kisah Jaka : Jaka yang Ceroboh

    Matahari pagi mulai menunjukkan eksistensinya. Sorot cahaya dari lampu tidurku mulai meredup.Aku bangun dari tidurku yang nyenyak, disuguhi dengan Jason yang sudah menungguku di balik tirai kamar.Ketenangan itu berubah menjadi suara bising yang Jason timbulkan saat melihatku mulai membuka mata."Kakak. Ayo main ... " ajaknya seperti biasa.Aku meregangkan otot-ototku yang telah dipaksa untuk beraktivitas kembali. Mengumpulkan nyawa sembari menguap, begitu pula dengan Jason yang mulai terbawa suasana."Aku harus ke sekolah hari ini. pulang sekolah, Kakak berjanji akan bermain denganmu." Jason hanya mengangguk pasrah. Mengalah untuk kesekian kalinya."Oh ya, di mana, Jaka?" tanyaku pada Lastri saat hendak sarapan.Seperti biasa, sekolah adalah tempat yang paling menyebalkan bagiku saat ini. Bukan hanya gangguan dari Maria dan Intan, tetapi gangguan dari mereka yang merasakan aku memiliki kemampuan melihat mereka pun terus mengikutiku dari gerbang menuju gedung sekolah. Kebanyakan da

  • Misteri Desa Purnama   Bab 64. Kisah Jaka : Dunia Luar

    Beberapa hari setelahnya. Seperti biasa aku pamit pada Jason yang selalu menungguku setiap pulang sekolah untuk bermain. Di sana juga ada Lastri yang sudah bergelantungan di pohon manggis depan rumah. Ya, pohon besar itu sudah menjadi rumah untuk Lastri berpuluh-puluh tahun yang lalu. "Mba, Janis. Ini makan siangnya ketinggalan!" panggil Mbok Karsih. "Oh, iya. Terima kasih, ya, Mbok." Aku segera mengambil bekal itu dan berlari menuju mobil yang dikendarai ibuku. Beberapa hari ini aku mulai membawa bekal makan siang ke sekolah. Kejadian tempo hari membuatku jadi lebih waspada akan kehadiran mereka. Sesampainya di sekolah, aku keluar dari mobil setelah berpamitan dengan ibuku yang juga akan berangkat mengajar. "Hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa, segera telepon Ibu," perintahnya. Aku hanya mengangguk. Itu adalah kata-kata yang selalu terucap dari mulut ibuku selama tujuh belas tahun. Ibu selalu terlihat khawatir sejak mengetahui bahwa aku memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh

  • Misteri Desa Purnama   Bab 63. Kisah Jaka : Hal yang Paling Menakutkan

    Pukul dua siang, pelajaran pun telah usai. Aku segera keluar dari kelas untuk menemui Jaka. Pasti dia telah menungguku di gerbang sekolah. Berbahaya jika dia melihat makhluk lain yang mengganggu di sekolah ini. Pasti dia selalu ingin ikut campur pada masalah orang lain. Tiba-tiba saja, aku dikejutkan dengan seseorang yang menarik tanganku dan menyeretku pergi dari ruang kelas. Dia adalah Maria dan Intan. "Apa yang kalian lakukan?" Aku mencoba melepaskan genggaman Maria yang terasa sangat kasar. Namun, tenagaku rupanya tak cukup kuat untuk melawan mereka."Ikuti saja kami. Jangan banyak tanya!" bentak Maria. Rupanya mereka berencana membawaku ke gedung olahraga yang sudah kosong. Gedung itu berada di barisan gedung sekolah paling belakang, jadi sangat jarang dilewati oleh murid kecuali ada pertandingan olahraga yang mengharuskan memakai gedung tersebut. Maria dan Intan sepertinya sengaja membawaku kemari.

  • Misteri Desa Purnama   Bab 62. Kisah Jaka : Sekolah yang Menyenangkan

    "Baru saja, Mbok," jawabku.Sejak Jaka meninggal, Mbok Sum hanya tinggal seorang diri. Ayah Jaka telah lebih dulu meninggal karena penyakit yang sama dengan yang diderita Mbok Sum."Ini, Janis belikan obat untuk Mbok Sum. Tolong diterima, ya." Aku memberikan sebuah kantong plastik berwarna putih. Isinya obat-obatan yang biasa Mbok Sum konsumsi. Semua itu resep yang diberitahukan Jaka padaku.Jaka terlihat begitu sangat khawatir pada Mbok Sum yang sering sakit-sakitan. Sesekali dia terlihat menyeka air matanya, memandang ibunya dengan perasaan sedih karena tak bisa berada di sisinya.Jaka merasa tak bisa tenang untuk meninggalkan Mbok Sum sendiri dan aku pun telah berjanji akan membantu mengurus keperluannya.***Malam hari adalah waktu yang sangat menyebalkan bagiku. Betapa tidak, mereka yang sedari tadi sudah mengawasiku kini mulai berani mendekat. Mulai dari memainkan rambut, melempar buku, hingga menunjukkan wujud me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status