Home / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Di Balik Pintu Terkunci

Share

Di Balik Pintu Terkunci

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2024-08-29 21:25:52

"Suci, kamu nggak apa-apa?" tanya Farhan, nadanya penuh kekhawatiran. Mereka baru saja tiba di rumah setelah perjalanan yang melelahkan dari hutan. Meskipun rasa lega sempat muncul ketika mereka akhirnya meninggalkan tempat itu, ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Suci.

Suci memaksa tersenyum, "Aku baik-baik saja, Han. Cuma capek."

Farhan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Matanya masih memancarkan bayangan gelap yang membuat Suci tak nyaman. Namun, dia memilih untuk tidak membahasnya, setidaknya untuk saat ini.

Malam itu, setelah mandi dan mencoba untuk tidur, Suci merasa resah. Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan-bayangan dari hutan itu kembali menghantui pikirannya. Bisikan yang samar dan tak henti-henti seolah-olah mengintai dari sudut-sudut gelap kamarnya. Namun, yang paling mengganggu adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang aneh dengan Farhan.

Selama ini, Suci tahu Farhan sebagai orang yang rasional dan tak pernah percaya pada hal-hal gaib. Tetapi sejak kejadian di hutan, dia berubah. Bukan hanya lebih diam, Farhan juga tampak seperti menyembunyikan sesuatu.

***

Keesokan harinya, Suci bangun lebih awal dari biasanya. Farhan masih tertidur di sebelahnya, wajahnya tampak damai dalam tidur, namun tetap saja ada sesuatu yang ganjil. Seolah-olah, sosok yang tidur di sebelahnya bukanlah Farhan yang dia kenal.

Suci beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi, tetapi langkahnya terhenti di depan sebuah pintu yang jarang dia perhatikan sebelumnya—pintu yang selalu terkunci di ujung koridor. Pintu itu mengarah ke sebuah ruangan kecil yang dulu pernah digunakan sebagai gudang. Namun, Suci tak pernah melihat apa yang ada di dalamnya sejak mereka tinggal di sini.

Rasa penasaran tiba-tiba menyergapnya. Mengapa pintu ini selalu terkunci? Dan mengapa sekarang, di saat seperti ini, pintu itu menarik perhatiannya?

Tanpa sadar, Suci mendekati pintu tersebut. Tangannya terulur, menyentuh kenop pintu yang dingin. Dia mencoba memutarnya, tapi tentu saja terkunci.

"Aneh…" gumam Suci, sambil memeriksa kenop pintu itu sekali lagi. Rasanya seolah-olah sesuatu berada di balik pintu itu, menunggu untuk ditemukan.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Suci tersentak. Dia segera melepaskan kenop pintu dan berpaling, mendapati Farhan berdiri di ujung koridor, menatapnya dengan mata yang tampak kosong.

"Apa yang kamu lakukan di sana?" tanyanya, suaranya terdengar datar, tanpa emosi.

"Oh, aku cuma… aku cuma mau ke dapur," jawab Suci gugup, mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya.

Farhan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya berdiri di sana, memandang Suci dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian, tanpa sepatah kata, dia berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Suci dengan perasaan yang semakin tidak nyaman.

Suci merasa ada sesuatu yang disembunyikan Farhan. Sesuatu yang berhubungan dengan pintu terkunci itu. Dia harus tahu apa itu.

Hari-hari berikutnya, Suci tak bisa melepaskan pikirannya dari pintu itu. Setiap kali dia berada di rumah sendirian, dia mendapati dirinya kembali berdiri di depan pintu terkunci itu, mendengarkan dengan saksama, berharap mendengar sesuatu—apa saja—yang bisa memberinya petunjuk. Namun, yang dia rasakan hanyalah keheningan yang mencekam.

Suatu hari, saat Farhan pergi bekerja, Suci memutuskan untuk mencari tahu apa yang ada di balik pintu tersebut. Dia ingat pernah melihat kunci cadangan di salah satu laci di ruang tamu. Dengan hati-hati, dia mencarinya, dan setelah beberapa saat, dia menemukan kunci yang dia cari.

Dengan napas tertahan, Suci kembali ke pintu terkunci itu. Tangannya sedikit gemetar saat dia memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Kenop pintu itu berputar dengan lembut, dan pintu terbuka dengan suara derit yang mengerikan.

Ruangan di balik pintu itu gelap dan berdebu. Udara di dalamnya terasa dingin dan lembap, seolah-olah ruangan itu telah lama ditinggalkan. Suci menyalakan lampu senter dari ponselnya, cahaya kuning redup menyinari ruangan tersebut.

Di dalam, Suci melihat sesuatu yang membuat jantungnya berhenti berdetak sejenak. Ada sebuah cermin besar berdiri di sudut ruangan. Cermin itu tampak tua, dengan bingkai kayu yang sudah usang. Namun, yang paling aneh adalah pantulan di cermin itu.

Bukannya memantulkan bayangan ruangan atau dirinya sendiri, cermin itu menampilkan sesuatu yang lain. Pemandangan hutan yang menyeramkan, sama persis seperti yang mereka kunjungi beberapa waktu lalu. Hanya saja, ada sesuatu yang lain di sana—sesosok bayangan gelap yang berdiri di tengah hutan, menatap ke arahnya.

Suci melangkah mundur dengan panik, jantungnya berdegup kencang. Bagaimana bisa cermin itu menunjukkan pemandangan hutan? Dan siapa sosok itu?

Ketika Suci hendak menutup pintu dan melarikan diri dari ruangan itu, sebuah suara lembut terdengar dari dalam cermin. Suara itu memanggil namanya, "Suci…"

Suci terpaku di tempatnya, terperangkap antara ketakutan dan rasa penasaran. Siapa yang memanggil namanya? Dan mengapa dari dalam cermin?

Farhan tiba-tiba muncul di belakangnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" suaranya terdengar lebih dari sekadar khawatir—ada nada marah yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Suci berbalik dengan cepat, hampir terjatuh karena terkejut. "Farhan… Aku…"

Namun, Farhan tidak memberinya waktu untuk menjelaskan. Dengan cepat, dia meraih lengan Suci dan menariknya keluar dari ruangan itu, menutup pintu dengan keras. "Kamu tidak seharusnya ada di sini," katanya dengan suara dingin.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Farhan? Kenapa kamu begitu aneh akhir-akhir ini? Apa yang kamu sembunyikan?" tanya Suci dengan nada putus asa.

Farhan tidak menjawab. Dia hanya menatap Suci dengan mata yang penuh dengan sesuatu yang gelap, sesuatu yang tidak bisa Suci pahami.

"Suci, ini untuk kebaikanmu sendiri," kata Farhan akhirnya, nadanya lebih lembut tetapi tetap dingin. "Jangan pernah masuk ke ruangan itu lagi."

Malam itu, Suci tidak bisa tidur. Pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan cermin dan sosok di dalamnya. Siapa sosok itu? Mengapa cermin itu menunjukkan hutan, bukan pantulan dirinya? Dan apa yang sebenarnya Farhan sembunyikan?

Ketika dia akhirnya tertidur, mimpi buruk segera menghampirinya. Dia kembali berada di hutan, dikelilingi oleh bayangan-bayangan gelap yang terus memanggil namanya. Namun, kali ini, Farhan ada di sana bersamanya, tetapi dia tidak terlihat seperti dirinya yang biasa. Matanya hitam sepenuhnya, dan dari mulutnya keluar bisikan-bisikan aneh.

Pagi harinya, Suci terbangun dengan perasaan tidak enak di perutnya. Dia tahu ada sesuatu yang salah. Sangat salah.

Ketika dia berjalan menuju kamar mandi, dia melihat bahwa pintu ruangan terkunci itu sekarang sedikit terbuka. Sesuatu di dalamnya memanggil namanya lagi, kali ini lebih jelas dan lebih mendesak.

Dengan napas tertahan, Suci mendekati pintu itu sekali lagi, mencoba mengintip ke dalam. Dan di sana, di dalam cermin, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku.

Sosok yang dia lihat di cermin sekarang berdiri di ambang pintu, keluar dari hutan, dan mendekat ke arahnya dengan senyum mengerikan yang terpatri di wajahnya.

Suci berteriak dan mundur, tetapi ketika dia menoleh ke belakang, Farhan sudah berdiri di sana, menatapnya dengan mata yang sekarang benar-benar gelap.

"Suci," bisiknya, "Kamu tidak seharusnya melihat ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status