Beranda / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Teror di Balik Kegelapan

Share

Teror di Balik Kegelapan

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-26 04:29:49

“Suci, apa kamu yakin ini tempatnya?” tanya Farhan dengan nada keraguan, mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah tua yang tampak semakin menyeramkan saat malam semakin larut.

Suci mengangguk pelan, matanya masih fokus pada catatan yang dia pegang. “Iya, ini alamat yang sama dengan yang disebut dalam buku itu. Aku yakin ada sesuatu di sini yang bisa membantu kita.”

Keduanya berdiri di depan sebuah rumah tua yang tampaknya sudah lama tidak dihuni. Kayu-kayu jendela dan pintu yang mulai lapuk memberi kesan bahwa rumah itu hampir runtuh. Lampu mobil yang menerangi halaman depan rumah seolah tidak mampu mengusir gelap yang menyelimuti bangunan itu.

Farhan menggigit bibirnya, merasakan dingin menyengat yang semakin menusuk. “Kalau ini tidak ada hubungannya dengan kasus kita, aku janji akan menuntut pengembalian uang bensin untuk semua perjalanan kita.”

Suci hanya tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak mampu menghapus kekhawatiran di wajahnya. “Kalau kau yakin ini tidak penting, kenapa kau tetap ikut?” tanyanya, sambil mulai membuka pintu yang tampaknya sudah lama tidak dibuka.

Dengan sebuah bunyi berderit yang memekakkan telinga, pintu terbuka. Bau apek menyambut mereka, dan debu yang beterbangan menciptakan bayangan tipis di udara. Suara langkah kaki mereka bergema di dalam rumah yang kosong, seolah mengirimkan eko ke dalam kegelapan.

“Bagaimana kalau kita melakukan ini cepat? Aku tidak suka tempat ini,” kata Farhan sambil menyalakan senter yang dibawanya. Cahaya senter memotong kegelapan, menyoroti dinding-dinding yang penuh dengan sarang laba-laba dan kotoran.

Suci melangkah ke dalam dengan hati-hati, mencari tanda-tanda apa pun yang bisa membantu mereka memahami misteri di balik buku yang mereka temukan. Setiap langkah mereka terasa berat, seolah ada sesuatu yang menekan mereka dari belakang. Hawa dingin semakin menusuk, dan Suci merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan—sebuah perasaan bahwa mereka tidak sendirian.

“Lihat ini,” kata Suci dengan suara berbisik, menunjuk ke arah sebuah kotak kayu tua yang terletak di sudut ruangan. Kotak itu tampaknya tidak tersentuh oleh waktu, masih dalam kondisi yang relatif baik dibandingkan dengan sisa-sisa rumah yang hancur.

Farhan mendekat dengan hati-hati, matanya penuh dengan rasa ingin tahu. “Apa yang ada di dalamnya?”

Suci membuka tutup kotak dengan perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah buku tua dengan sampul kulit yang rusak. Halaman-halamannya tampak kuning dan usang, dengan simbol-simbol aneh yang terukir di setiap halaman.

Farhan memegang buku itu dengan hati-hati. “Kita sudah menemukan ini di tempat lain, tapi sepertinya ini adalah bagian dari cerita yang lebih besar.”

Ketika mereka memeriksa buku lebih lanjut, lampu di ruangan tiba-tiba berkedip. Suasana menjadi lebih dingin, dan suara-suara aneh mulai terdengar di sekeliling mereka—seperti bisikan yang tidak bisa mereka pahami.

“Apakah kamu mendengar itu?” tanya Farhan, terlihat gelisah.

Suci mengangguk pelan. “Ya, sepertinya ada sesuatu di sini.”

Ketika mereka mencoba untuk memahami lebih dalam tentang buku tersebut, sebuah bayangan putih samar bergerak di sudut mata Suci. Dia merasa seolah ada sesuatu yang melayang di dekatnya. “Farhan, ada sesuatu di sini,” katanya dengan suara bergetar.

Farhan berusaha menyalakan lampu senter, tapi lampunya berkedip-kedip dan akhirnya padam. “Suci, aku tidak bisa melihat apa-apa.”

Tiba-tiba, suhu di ruangan menjadi sangat dingin, dan sebuah suara halus mulai terdengar—seolah seseorang sedang menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur, namun dengan nada yang menakutkan. Suara itu bergema di telinga mereka, membuat darah mereka membeku.

Suci merasakan kehadiran yang menekan dadanya, dan dia berbalik untuk melihat ke arah Farhan. “Kita harus pergi dari sini,” katanya, suaranya tidak lebih dari sebuah bisikan.

Farhan mengangguk, dengan cepat bergerak menuju pintu. Namun, saat mereka mencoba keluar, lampu di ruangan tiba-tiba padam, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. Suara langkah kaki terdengar mendekat, dan sebuah sosok kabur terlihat di ujung koridor.

“Ada sesuatu di sini!” teriak Farhan, suaranya penuh dengan kepanikan. Dia menggenggam senter yang mati dan mencoba menyalakannya lagi.

Ketika lampu akhirnya menyala kembali, mereka melihat sesuatu yang mengejutkan. Di dinding, di tempat yang sebelumnya kosong, muncul tulisan darah merah yang berbunyi, “Jangan mencari lebih dalam.”

Keduanya saling berpandangan dengan mata terbelalak, hati mereka berdebar kencang. “Kita harus mencari tahu apa yang sedang terjadi di sini,” kata Suci dengan tegas, berusaha menenangkan dirinya sendiri meski rasa takut masih menghantuinya.

Mereka meninggalkan rumah tua itu dengan perasaan yang lebih berat daripada sebelumnya. Ketika mereka melangkah keluar, Suci merasakan sesuatu di belakangnya—sebuah sosok kabur yang tampaknya mengawasi mereka dari jendela yang retak.

“Cepat, Farhan!” Suci menarik lengan Farhan dengan cepat. “Kita harus pergi dari sini sekarang juga.”

Saat mereka berbalik untuk pergi, Farhan melihat sesuatu yang mengejutkan—sebuah pesan misterius yang terukir di tanah, “Kebenaran ada di balik kegelapan.”

Ketika mereka melaju menjauh dari rumah itu, Suci merasa bahwa apa pun yang mereka hadapi baru saja dimulai. Kegelapan yang mengintai di balik setiap sudut tampaknya lebih menakutkan dari yang mereka bayangkan. Mereka tahu bahwa mereka telah mengungkap sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap, dan ancaman yang mereka hadapi baru saja mulai menunjukkan bentuknya.

Ketika mobil mereka melaju meninggalkan lokasi, Suci memandang kembali ke arah rumah tua yang semakin menghilang dalam kegelapan malam. Ada sesuatu yang aneh di balik semua ini—sesuatu yang menunggu untuk diungkap, dan mereka hanya bisa berharap bahwa mereka bisa menghadapi apa yang akan datang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status