Home / Thriller / Misteri Di Balik Mata / Panggilan dari Kegelapan

Share

Panggilan dari Kegelapan

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2024-08-26 04:32:42

"Suci, kita harus segera ke tempat ini," kata Farhan, sambil menunjukkan peta tua yang baru mereka temukan di kantor arsip tua. "Ini bisa jadi petunjuk penting."

Suci memandangi peta yang mengungkapkan lokasi yang tampaknya terabaikan di pinggiran kota. "Apa ini? Sepertinya tempat yang sudah lama ditinggalkan," jawabnya, suaranya mengandung keraguan.

"Itu sebabnya kita harus memeriksanya. Bisa jadi tempat itu memiliki hubungan dengan kasus kita," ujar Farhan, matanya penuh dengan keyakinan. Mereka baru saja menemukan peta itu di antara dokumen-dokumen kuno di arsip yang belum pernah diperiksa sebelumnya.

"Tapi tempat ini sepertinya sudah lama tidak digunakan. Kita harus waspada," Suci menambahkan, nada suaranya menunjukkan kekhawatiran.

"Tidak ada salahnya mencoba. Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan," Farhan menegaskan. Keduanya memutuskan untuk segera berangkat menuju lokasi tersebut.

Lokasi yang ditunjukkan di peta ternyata adalah sebuah rumah tua di pinggiran kota, dikelilingi oleh hutan lebat dan tampak sangat terabaikan. Rumah itu memiliki arsitektur kuno dengan jendela-jendela pecah dan atap yang hampir runtuh. "Ini tempat yang tepat,"kata Farhan, menatap rumah itu dengan penuh perhatian. "Tapi tampaknya kita bukan satu-satunya yang tertarik ke sini."

Suci mengamati dengan hati-hati. Di bawah cahaya bulan, bayangan rumah yang rusak semakin menambah suasana mencekam. "Ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita perlu berhati-hati."

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah, dan suara kayu berderit di bawah kaki mereka. "Tempat ini benar-benar mengerikan," kata Suci, suaranya bergetar. "Sepertinya ada sesuatu yang salah di sini."

Saat mereka menjelajahi ruangan demi ruangan, suasana semakin mencekam. Lampu senter mereka menyapu ruang gelap yang dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba. "Tunggu, lihat ini," kata Farhan, menghentikan langkahnya. Dia menemukan sebuah kotak kayu tua tersembunyi di sudut ruangan.

Suci mendekat, dan mereka berdua membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat berbagai dokumen dan buku tua yang tampaknya ditulis dengan tangan. "Ini mungkin berisi informasi yang kita butuhkan," Farhan berkata, mengangkat sebuah buku yang terlihat lebih tua dari yang lainnya.

Ketika mereka membuka buku itu, aroma kertas tua dan tinta lama menyebar di udara. "Ini adalah jurnal milik seseorang yang sepertinya sangat terlibat dengan kejadian-kejadian aneh di tempat ini," Suci mengamati. "Coba lihat ini."

Salah satu halaman buku itu menunjukkan gambar-gambar simbol yang tampaknya terhubung dengan kekuatan supranatural. "Ini tidak bisa kebetulan," kata Farhan. "Tampaknya seseorang benar-benar terlibat dalam ritual atau praktik yang tidak biasa."

Tiba-tiba, sebuah suara keras membuat mereka terkejut. Suara itu berasal dari lantai atas, seperti sesuatu yang berat jatuh. "Kita tidak sendirian di sini," kata Suci, matanya membelalak.

Farhan mengangguk, dan mereka memutuskan untuk memeriksa sumber suara tersebut. Mereka naik ke lantai atas dengan hati-hati, langkah mereka diiringi oleh suara-suara aneh yang seolah datang dari dalam dinding.

?Apakah kamu mendengar itu?" Farhan bertanya, mendengarkan dengan seksama. "Seperti ada bisikan."

Suci mengangguk, merasakan hawa dingin yang mendekati mereka. "Ayo, kita harus cepat."

Dii ruang bawah atap, mereka menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang tampaknya tidak pernah dibuka sejak lama. Di dalamnya, terdapat sebuah altar kecil yang dikelilingi oleh lilin-lilin yang sudah hampir habis. "Tempat ini tampaknya digunakan untuk ritual," kata Farhan, mengamati dengan seksama.

Suci mengamati dengan hati-hati. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini. Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Ketika mereka memeriksa altar, mereka menemukan beberapa catatan yang tampaknya menjelaskan tentang ritual-ritual kuno. "Ini adalah catatan tentang entitas yang bisa mempengaruhi pikiran dan emosi manusia," kata Suci, membaca dengan cermat.

Tiba-tiba, lampu senter mereka bergetar dan mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. "Ada sesuatu di sini dengan kita," Farhan berbisik, suaranya dipenuhi oleh ketegangan.

Mereka merasa sebuah tekanan berat di udara, dan tiba-tiba, sebuah bayangan gelap muncul di depan mereka. Bayangan itu berbentuk seperti sosok manusia tetapi tampak tidak jelas dan samar. "Siapa kamu?" Farhan berteriak, namun bayangan itu tidak menjawab.

Suci merasakan dingin yang menusuk tulang dan melihat sesuatu yang mengerikan—sebuah wajah dengan mata yang menyala merah, menatap mereka dengan penuh kebencian. "Ini bukan hal biasa," kata Suci, suaranya bergetar. "Kita harus keluar dari sini!"

Ketika mereka berlari keluar dari rumah, suasana menjadi semakin mencekam. Mereka merasakan seolah sesuatu mengikuti mereka dari belakang. "Ada sesuatu yang mengintai kita," kata Suci, matanya mencari-cari di kegelapan.

Farhan memandang ke belakang, dan di antara bayangan pohon, dia melihat sesuatu yang bergerak dengan cepat menuju mereka. "Kita tidak bisa bertahan lama di sini," katanya, suaranya penuh dengan rasa takut. "Kita harus mencari tempat aman dan mencari tahu apa yang terjadi."

Saat mereka sampai di luar rumah, mereka merasa lega namun tetap waspada. "Apa yang baru saja kita lihat?" Suci bertanya, suaranya penuh dengan ketidakpastian.

Farhan menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, tetapi jelas bahwa ada sesuatu yang sangat buruk di tempat itu."

Mereka memutuskan untuk kembali ke tempat yang lebih aman dan mencoba mengumpulkan informasi dari buku dan catatan yang mereka temukan. "Kita harus menemukan lebih banyak informasi tentang entitas ini dan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu," kata Farhan, matanya penuh dengan tekad.

Mereka kembali ke mobil mereka, merasa ketegangan masih menyelimuti mereka. Namun, saat mereka berusaha untuk tenang, sebuah pesan misterius muncul di ponsel Farhan—sebuah foto dari dalam rumah, dengan tulisan yang menakutkan: "Kalian tidak akan pernah bisa keluar dari kegelapan."

Suci dan Farhan saling berpandangan, penuh ketegangan dan kekhawatiran. Apa yang sebenarnya mereka hadapi? Apakah ini ancaman nyata atau hanya ilusi dari kekuatan yang lebih besar? Mereka tahu bahwa jalan ke depan akan semakin menakutkan dan berbahaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Di Balik Mata   Kebenaran yang Terungkap

    “Jadi, ini semua hanya permainan, kan?” Suara Suci bergetar, seolah tak percaya pada apa yang ia baru saja dengar. Ruangan itu sunyi, hanya diselimuti aroma dingin dan tajam dari udara yang merembes masuk melalui celah jendela tua. Farhan, berdiri di ujung ruangan dengan tatapan kosong, memandangi sebuah cermin besar yang sudah pecah sebagian. “Tidak ada yang seperti yang kita kira. Semua petunjuk, semua yang kita temukan… ternyata sudah diatur sejak awal.” Suci menelan ludah, masih memproses kata-kata itu. “Siapa yang mengatur semua ini? Apakah… mereka?” Tatapannya beralih ke cermin di sudut ruangan, bekas luka dari teror yang baru saja mereka hadapi masih segar dalam pikirannya. Farhan berbalik, matanya memancarkan rasa putus asa yang belum pernah Suci lihat sebelumnya. “Bukan hanya mereka, Suci. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ‘mereka’. Semua ini dimulai dari sebelum kita terlibat. Bahkan sebelum aku tahu siapa aku seben

  • Misteri Di Balik Mata   Mata yang Tak Pernah Tertidur

    “Suci, kau yakin ini jalan yang tepat?” tanya Farhan, suaranya bergetar dalam gelap malam. Di depannya, cahaya senter yang redup menerangi jejak kaki mereka di tanah lembab. Suci mengangguk, menatap jauh ke dalam kegelapan yang seolah menelan setiap suara di sekitar mereka.“Aku bisa merasakannya, Farhan. Kita harus terus maju. Ada sesuatu di sini yang harus kita temukan,” jawab Suci, dengan nada tegas namun penuh keraguan. Sejak kejadian di cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketakutan biasa. Kegelapan itu seolah mengawasi setiap langkah mereka, berbisik dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang berani menyelam ke dalam misteri.“Ini sangat berbahaya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi,” kata Farhan, berusaha mengingatkan Suci. Dia tahu, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin besar risikonya. Namun, Suci sudah terjebak dalam perburuan kebenaran, dan rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya.Merek

  • Misteri Di Balik Mata   Teror di Balik Cermin

    "Apakah kau yakin kita harus masuk ke dalam?" suara Farhan terdengar cemas, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti suasana malam itu. Suci menatap cermin yang tergores di depan mereka, memantulkan cahaya lampu neon dari luar, menciptakan bayangan gelap di sekelilingnya."Aku merasakannya, Farhan. Di balik cermin ini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan," jawab Suci dengan tegas, meskipun hatinya berdegup kencang. Indra keenamnya bergetar, seolah memberi peringatan akan sesuatu yang menunggu mereka di sisi lain.Suci melangkah maju, menatap cermin yang tampak seperti portal menuju dunia lain. Lalu, dengan nafas dalam, ia menyentuh permukaan dingin cermin. Sejenak, cermin itu bergetar, dan gambarnya mulai kabur. Di dalam kabut itu, Suci melihat bayangan samar seorang wanita, wajahnya terdistorsi, seolah mengalami kepedihan yang mendalam."Siapa dia?" Farhan bertanya, suaranya bergetar. Suci menggelengkan kepala, tak mampu mengucapkan apa pun. Dala

  • Misteri Di Balik Mata   Dalam Pelukan Dosa

    “Farhan, ada yang aneh,” suara Suci mengiris keheningan malam yang dipenuhi dengan aroma hujan. Ia berdiri di depan jendela kantor penyidik, menatap ke luar ke arah jalanan yang basah. “Aku merasa... seolah ada yang mengikuti kita.” Farhan mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menunjukkan berbagai data kasus ke arah Suci. “Apa maksudmu? Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga jarak dari semua ini,” jawabnya, suaranya tegas meskipun ada nada ketidakpastian yang terlintas. “Aku tahu, tapi ini bukan soal menjaga jarak,” Suci menjelaskan, tangannya bergetar. “Ini lebih dalam daripada itu. Seolah ada bayangan yang terus mengikuti setiap langkah kita.” Farhan mengerutkan kening, memikirkan kata-kata Suci. “Kau yakin ini bukan hanya perasaanmu? Dengan semua yang kita hadapi, wajar jika kita merasa tertekan.” “Bukan hanya perasaan, Farhan,” Suci menekankan. “Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang jauh lebih berbahaya

  • Misteri Di Balik Mata   Sentuhan Bayangan

    "Suci, apakah kau mendengarnya?" Farhan tiba-tiba berbisik, memecah keheningan yang menyesakkan. Suara desau angin yang aneh, seperti rintihan yang menyusup dari segala arah, semakin jelas di telinga mereka.Suci memejamkan mata, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. "Ya," gumamnya pelan, "tapi suara itu bukan dari sini… ini berasal dari sesuatu yang lain." Tatapan Suci menyapu tempat itu, dimensi yang asing dan penuh kehampaan. Tidak ada apa pun di sini, selain kegelapan yang terus bergerak, seolah hidup.Farhan menarik napas dalam-dalam, matanya terpaku pada bayangan-bayangan yang bergerak di kejauhan. "Kita tidak bisa diam di sini. Tempat ini… semakin terasa seperti jebakan."Suci mengangguk, langkahnya goyah saat mereka mulai bergerak, menyusuri dataran retak yang entah menuju ke mana. Setiap langkah terasa berat, seolah tanah di bawah kaki mereka menyedot energi yang tersisa. Meski Suci memiliki kemampuan khusus, di tempat ini, kekuatanny

  • Misteri Di Balik Mata   Ruang yang Menyempit

    “Farhan, kita harus pergi sekarang!” Suci menarik tangan Farhan dengan panik, suaranya bergetar. “Semakin lama kita di sini, semakin berbahaya!”Farhan menoleh dengan cepat, matanya masih terpaku pada sosok ayah dan ibu Suci yang tidak mungkin nyata, namun mereka berdiri di hadapan mereka dengan ekspresi dingin. Ruangan yang semula tampak lapang kini terasa menyempit, dinding-dindingnya seperti bergerak, menekan mereka perlahan namun pasti.“Aku tak percaya ini,” gumam Farhan, suaranya penuh ketidakpercayaan. “Ini mustahil… Mereka sudah mati, Suci. Kau bilang mereka sudah mati!”Suci menatap Farhan, matanya memancarkan rasa takut yang mendalam. “Aku tahu… Tapi kita tak bisa melarikan diri dari kenyataan ini. Entah bagaimana, mereka… mereka di sini. Tapi ini tidak nyata, Farhan. Kita sedang dijebak oleh sesuatu yang lebih besar dari sekadar ilusi.”“Ilusi? Kau menyebut ini ilusi?” Farhan tertawa kecut, ekspresinya diwarnai oleh kepanikan yang mulai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status