Share

2

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 00:36:37

Aku meninggalkan manusia-manusia tak berhati nurani itu. Aku benar-benar tak menyangka mereka membiarkan aku pergi. Mereka benar-benar berubah 180 derajat.Terutama Bang Farhan, orang kepercayaan ayahku.

Entah kenapa firasatku mengatakan kalau ada seseorang yang sengaja membuat skenario yang disusun begitu apik ini.

"Ya, Allah, apapun yang terjadi ketika keluar dari rumah ini aku pasrahkan kepadaMu, ya, Allah!" ucapku di dalam hati seraya melangkahkan kaki keluar.

"Hati-hati, Nak. Jaga dirimu baik-baik," ucap Bik Misnah dengan isakan tangisnya. Sejak tadi ia dan suaminya tak henti-hentinya menangis. Ia tak tega melihatku dicecar habis-habisan oleh Bang Farhan dan juga Bang Arkan.

Aku berlalu meninggalkan mereka begitu saja. Setibanya di lantai satu aku mendengar pekikan dan hardikan warga kampung semakin jelas. Suara mereka begitu berisik seperti suara lebah yang sarangnya tengah dihancurkan. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu rumah. Tangan dan kaki ini bergetar ketika melihat begitu banyaknya manusia meneriaki namaku.

"Akhirnya si wanita penzina keluar juga!" murka seorang wanita paruh baya. Raut wajahnya terlihat begitu emosi. Ia menatapku tajam.

Ku beranikan diri untuk berjalan di antara ratusan warga kampung yang sudah memadati halaman depan rumah. Ketika aku berjalan di antara mereka aku menerima cacian dan makian dari mulut warga. Cacian dan makian itu begitu menyayat hati ini. Beberapa di antara  mereka bahkan ada yang meludahi wajahku. Mereka benar-benar sudah menganggap aku makhluk paling terhina di muka bumi ini. Warga kampung benar-benar sudah termakan hasutan. Aku yakin ada orang yang menghasut warga desa.

"Dasar perempuan murahan!"

"Dasar Pelacur!"

"Aku sumpahin kemaluanmu membusuk!

"Puih!" Seorang wanita paruh baya meludahi wajahku.

"Puih!" Wanita lain juga ikut meludahi wajahku yang sudah bermandikan peluh.

Aku benar-benar tak tahan dengan cacian mereka. Karena aku merasa tak pernah melakukan hal yang sangat dibenci Tuhan Sang pencipta langit dan bumi ini.

"Aku bukan pelacur! Aku berani bersumpah atas nama Tuhan dan Rasulku kalau aku tak pernah melakukan perbuatan zina!" berondongku seraya menyeka air mata yang telah membasahi wajah dan kerudungku. Dada ini sesak.

"Jadi, yang ada di dalam perutmu itu apa? Tumor?!" cecar salah seorang warga.

Aku tidak bisa menjawabnya. Sebab, warga kampung pernah mendatangkan seorang Bidan dan memeriksa perutku yang sudah membesar. Dan di hadapan seluruh warga Bidan tersebut mengatakan kalau aku tengah mengandung seorang bayi yang telah menginjak empat bulan.

"Jangan bilang kau itu wanita suci seperti Ibundanya Nabi Isa yang bisa mengandung dan melahirkan anak tanpa seorang Bapak!" sembur wanita paruh baya lain.

Sontak semua orang tertawa terbahak-bahak ketika wanita paruh baya itu mengucapkan hal itu. Sorakan dan cacian kembali terdengar.

"Kamu itu bukan wanita suci, tetapi kamu itu wanita penzina!" seru seorang pria.

Semua orang kembali tertawa terbahak-bahak ketika pria tersebut mengatakan kalau aku adalah wanita penzina.

"Iya! Dia benar-benar wanita penzina!" Bang Arkan tiba-tiba keluar dari rumah.

"Dulu aku pernah melihatnya dibawa pergi seorang pria!" sambungnya seraya melipat kedua tanganya, "mereka masuk ke dalam hotel!"

Sontak semua orang yang ada di sana semakin geram. Cacian dan makian dari mulut warga semakin parah. Orang-orang yang ada di dekatku dengan penuh emosi meludahi wajahku. Sekarang di wajahku bukan air mata saja yang membanjiri, tetapi ludah dari warga  kampung juga ikut membanjiri wajah ini.

Astagfirullah! Kenapa Bang Arkan tega berkata seperti  itu, padahal aku tak pernah melakukan itu. Aku berani bersumpah atas nama Tuhan dan Rasulku kalau aku tak pernah melakukan itu.

Bang Arkan benar-benar berubah menjadi sesosok iblis. Ia tega memfitnahku. Setan apa yang merasukinya. Ingin rasanya mengungkit tentang masa lalunya, tetapi aku tak mau, sebab ayah dan ibu selalu mengajarkan untuk  menjadi manusia yang ikhlas, tetapi lelaki berusia 30 tahun ini tidak tahu diri. Orang tuaku telah mengadopsinya dengan penuh kasih sayang sampai ia tumbuh dewasa, tetapi ia tega melakukan hal ini kepadaku, bahkan sebelum orang tuaku meninggal ayah dan ibu menghadiahkannya sebuah rumah dan juga mobil untuknya sebagai hadiah pernikahannya beberapa bulan yang lalu.

Aku tak akan diam. Aku akan membalas ini semua. Aku akan menguak siapa orang yang menyusun skenario  yang sangat rapih ini. Aku berjanji akan memenjarakan orang yang telah memfitnahku!

"Aku bersumpah atas nama Allah dan Rasulullah kalau aku tak melakukan perbuatan zina! Akan kubuktikan kepada kalian semua kalau aku bukan perempuan zina!" Kutatap satu-satu wajah mereka. Terutama wajah Bang Farhan si Bujang lapuk dan Bang Arkan si manusia tak tahu balas Budi. Dengan wajah bengis aku menatap wajah mereka.

Sambil menyeka wajah yang sudah penuh dengan ludah dan air mata aku pergi meninggalkan rumahku yang megah ini. Aku berjalan lunglai di antara warga kampung. Air mataku terus membasahi pipi.

"Lebih baik kau buka saja kerudungmu! Tak ada gunanya kau memakai kerudung wahai perempuan penzina!" Dengan penuh emosi seorang wanita paruh baya menarik kerudungku yang aku pakai. 

Dengan sigap aku menutupi kepalaku dengan jaket hoodie yang aku pakai. Aku tak mau ada satupun lelaki yang melihat auratku, meskipun orang-orang sudah menganggap aku sebagai wanita zina.

"Aku akan kembali dan aku akan membuktikan kepada kalian semua kalau ini semua adalah fitnah!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   31

    Hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi aku dan Bang Fadlan. Seminggu setelah keluar dari rumah sakit kami memutuskan untuk melakukan ijab kabul. Kami tak melakukan acara apapun. Hanya ijab kabul saja yang dihadiri beberapa orang penting di kampungku dan juga beberapa para petinggi di perusahaan almarhum ayahku.Acara ijab kabul dilaksanakan di masjid tak jauh dari rumahku. Kini kami tinggal menunggu penghulu dan juga wali hakim datang. Penghulu yang akan menikahkan ku mengatakan kalau acara ijab kabul akan dilaksanakan sekitar pukul sepuluh pagi. Dan sekarang masih pukul delapan.Aku menikah dengan menggunakan wali hakim. Sebab aku tak pernah mengenal saudara-saudara dari pihak ayah maupun ibuku. Semenjak ayahku menginjakan kaki di kampung ini ia tak pernah kembali lagi ke kampung halamannya. Aku bahkan tak tahu di mana kampung halaman ayahku. Begitu juga dengan kampung halaman Ibuku.Walaupun aku aku tak mengadakan pesta pernikahan, tetapi orang-orang di kampungku berbondong

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   30

    Tiga minggu kemudian...Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Pagi ini aku, Ibu Syarah, Kak Aisyah, dan juga Bang Fadlan akan berangkat ke rumah sakit yang ada di Pekan Baru. Siang ini rencananya aku akan melakukan persalinan. Jantungku berdetak tak karuan. Sebentar lagi aku akan melahirkan seorang bayi. Dan sebentar lagi aku resmi menjadi seorang ibu."Semuanya sudah dibawa?" tanya Bang Fadlan sambil beranjak masuk ke dalam mobil. Bang Fadlan tampak gelisah. Sebab setelah bayi ini lahir ia akan melakukan tes DNA. Kami semua ingin tahu apakah bayi yang aku lahirkan adalah darah daging Bang Fadlan atau bukan. Kalau ternyata bukan aku tak tahu bagaimana mana menemukan ayah dari anakku ini. Karena orang yang tahu dari mana benih ini berasal hanyalah Kak Vina. Kalau pun bayi ini darah daging Bang Fadlan apakah dia mau menikahi aku? Jujur dari dalam lubuk hati yang terdalam aku sangat berharap ia menjadi suami ku. Siapa yang tak mau memiliki suami gagah, tampan, dan soleh, tetapi sayangnya

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   29

    Tiga bulan kemudian...Tiga bulan telah berlalu. Bayi yang aku kandung sudah memasuki bulan ke-sembilan. Beberapa minggu ke depan aku akan melahirkan seorang bayi. Aku sudah tidak sabar melihat darah dagingku meskipun aku belum tahu siapa ayah dari bayi yang aku kandung ini."Bayi Ibu laki-laki," kata dokter yang memeriksaku beberapa hari yang lalu. Sudah lebih dari tiga kali aku melakukan USG. Dan hasilnya sama."Kira-kira apa nama bayi ini yang cocok, Ma?" tanyaku kepada Ibu Syarah. Wanita paruh baya ini sekarang tinggal bersamaku di rumah peninggalan kedua orang tuaku.Begitu juga dengan Bang Fadlan. Ia juga tinggal di kampung ku, tetapi ia tidak tinggal di rumahku. Ia tinggal di rumah Bang Arkan seorang diri. Semenjak Bang Arkan dipenjara isterinya memutuskan untuk meninggalkan kampung ini. Ia tidak tahan mendengar gunjingan orang-orang kampung. Salah seorang warga sempat melihat kak Anggi di Pekan Baru. Ia melihat Kak Anggi berdiri di depan rumah karoke dengan berpakaian seksi.

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   28

    Tetapi Polisi-polisi itu tak bisa menyelamatkan Kak Vina. Wanita yang selalu berpakaian seksi itu jatuh ke jurang."Vinaaaaaa!!!!" teriak Ibu Syarah seraya mendekati pagar pembatas. Semua orang ikut berlari mendekati pagar pembatas untuk melihat Kak Vina. "Vinaaaaaa!!" lirihnya. Ia terduduk lemas seraya memegang besi pembatas. Ia menangis sesunggukan meratapi anaknya yang telah jatuh ke jurang yang terjal itu. Hati siapa yang tak hancur melihat anak satu-satunya terjatuh ke jurang.Walaupun anaknya durhaka, tetapi dia tetaplah darah dagingnya. Yang ia kandung sembilan bulan lamanya."Sabar, Ma," Aku mencoba menenangkan Ibu angkatku itu seraya memeluk erat tubuhnya.Pak Kapolda kemudian meraih telfon genggamnya. Segera ia menghubungi tim SAR."Lebih baik kita kembali ke kantor polisi!" ajak Pak Kapolda. Kami pun meninggalkan tempat ini.***Jam menunjukkan pukul 12 malam. Kami tengah menunggu kabar dari tim SAR apakah mereka berhasil menemukan Kak Vina."Selamat malam," seorang pria p

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   27

    Ketika orang tersebut membuka kaca mata dan jaket hitamnya aku dan Ibu Syarah begitu terperanjat. Ternyata apa yang kami sangka-sangka selama ini benar. Orang tersebut adalah Kak Vina anak Ibu Syarah. Wanita berambut pirang itu mengibas-ngibaskan rambutnya yang tergerai panjang. Ia tak gentar walaupun ada lima orang polisi di hadapannya. Kak Vina kemudian menatap aku dan Ibu Syarah. Ia bertanya-tanya di dalam hati siapa dua wanita bercadar ini."Astaghfirullah, ternyata dugaan kami selama ini benar, ternyata anakku ikut dalam masalah ini," ucap Ibu Syarah sambil terus beristighfar. Tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca."Anda jangan sembarangan menuduh saya! Mana buktinya kalau saya melakukan tindakan kejahatan, ha!" ucap Kak Vina dengan meninggikan suaranya."Sudah, kamu mengaku saja Vina, anakku!" ucap Ibu Syarah. Ia kemudian membuka cadarnya.Kak Vina terlihat shock. Ia tak menyangka ternyata orang yang memakai cadar itu adalah ibunya."Ma--ma," seru Kak Vina dengan suara terbat

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   26

    "Bagaimana, Pak? Kapan kita bertemu dengan orang tersebut?" tanyaku kepada Pak Kapolda. Aku dan Ibu Syarah sekarang berada di kantor polisi. Tadi pagi sekitar pukul sepuluh kami berangkat dari rumah. Salah seorang warga mengantarkan kami ke kantor polisi."Hari ini kita akan bertemu dengan orang tersebut," jawab pak Kapolda."Kira-kira siapa orang tersebut?" Aku bertanya-tanya di dalam hati."Dimana bertemunya, Pak?" tanyaku lagi."Seperti biasa di tempat-tempat nongkrong, tetapi bukan tempat yang kemarin," jawabnya."Ayo bersiap-siap semuanya kita berangkat sekarang!" seru Pak Kapolda seraya bangkit.Bang Arkan kembali ikut karena dialah orang yang tahu siapa pemilik benih yang tertanam di dalam rahimku ini. Sebelum kami pergi aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan Bik Misnah. Aku ingin melihat bagaimana kondisi perempuan yang tak memiliki hati nurani itu."Hai manusia berhati iblis," sapa ku ketika bertemu Bik Misnah yang mendekap di dalam sell. Aku tersenyum sinis kepada wani

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status