공유

Bab 6

작가: Ichageul
last update 최신 업데이트: 2024-11-22 16:57:17

Sepasang insan tengah meleburkan diri bersama. Mencoba mencari kehangatan dari dinginnya malam. Faisal tidak bisa menolak tawaran manis yang diberikan Kelana padanya. Tak peduli apa yang dilakukannya melabrak norma agama, etika, sosial dan hukum. Bersenggama dengan istri dari Kakaknya adalah haram hukumnya secara agama. Dalam hukum pun akan terkena pasal perzinahan. Namun peduli setan, Faisal tetap memuaskan hasratnya, memacu tubuhnya di atas tubuh Kelana.

Desahan dan lenguhan wanita itu semakin membuatnya bersemangat untuk terus memberikan kenikmatan pada wanita hamil tersebut. Tubuh Kelana terkulai lemas ketika Faisal berhasil mengantarkannya meraih puncak kenikmatan lebih dulu.

Faisal sendiri tidak mengendurkan serangan. Dia terus memacu tubuhnya, mengejar kenikmatannya yang belum sampai. Punggung pria itu sudah lembab dengan keringat. Kelana bukanlah wanita pertama yang ditiduri olehnya.

Sejak Kelana menikah dengan Kakak kembarnya, Faisal yang patah hati menutup diri dari semua wanita yang mencoba mendekatinya. Namun pria itu akhirnya bisa juga mencicipi tubuh wanita ketika salah satu teman kerjanya dengan sukarela mengajaknya bercinta tanpa menuntut status.

Tubuh Faisal mulai menegang ketika dirinya sudah sampai ke ujungnya. Pria itu mengerang panjang ketika senjata pusakanya memuntahkan lahar ke dalam rahim Kelana. Setelahnya pria itu melepaskan penyatuan mereka lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan sisa percintaan.

Kelana sedikit terkejut. Biasanya setelah bercinta, Faidhan akan menciumnya dengan mesra, memeluk tubuhnya sebentar sebelum masuk ke kamar mandi. Apa yang dilakukan Faisal adalah kebiasaan yang dilakukannya jika selesai bercinta. Karena tidak ada rasa cinta di hatinya, maka pria itu tidak pernah memperlakukan pasangan bercintanya dengan manis.

Perlahan Kelana bangun dari posisinya. Wajahnya sedikit memberengut ketika berpapasan dengan Faisal di dekat pintu kamar mandi.

"Kenapa?" tanya Faisal bingung.

"Ngga apa-apa."

Kelana segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan sisa percintaannya, wanita itu segera memakai pakaiannya lalu membaringkan tubuh di kasur. Faisal yang sudah merebahkan tubuh tidak melakukan apapun. Kesadarannya sudah kembali. Pria itu sadar kalau sudah melakukan kesalahan.

"Kang Idhan aneh," ujar Kelana pelan.

"Aneh kenapa?"

"Biasanya Akang suka peluk aku, tapi sekarang boro-boro."

Kelana membalikkan tubuhnya membelakangi Faisal. Sadar kalau sudah melakukan hal di luar kebiasaan Faidhan, Faisal pun mendekat lalu memeluk tubuh Kelana dari belakang.

"Maaf, aku masih capek baru pulang dari luar kota," bisiknya.

Kelana memang tidak pernah bisa marah terlalu lama pada suaminya. Wanita itu membalikkan tubuhnya lalu menyusup dalam pelukan Faisal. Tak butuh waktu lama, wanita itu mulai terlelap dalam pelukan pria yang bukan suaminya.

***

Semalaman Faisal tidak bisa tidur nyenyak. Dia takut kalau tiba-tiba Faidhan datang dan memergoki dirinya sedang meniduri istrinya.

Menjelang shubuh Faisal bangun dari tidurnya. Pelan-pelan dia melepaskan pelukan Kelana di tubuhnya. Pria itu segera keluar dari kamar lalu bergegas meninggalkan rumah.

Tak lama setelah Faisal meninggalkan rumah, seorang pria berjalan mendekati rumah Kelana. Pria yang ternyata adalah Faidhan akhirnya tiba juga di kampung tempatnya tinggal. Kening pria itu mengernyit ketika mengetahui pintu rumah tidak terkunci.

Tanpa merasa curiga, Faidhan masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Kelana masih tertidur. Pria itu segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah berganti pakaian, Faidhan naik ke kasur lalu memeluk tubuh istrinya. Kelana terjaga dari tidurnya. Kedua matanya langsung menangkap wajah Faidhan yang sedang memeluknya.

"Akang udah mandi?"

"Udah. Akang kangen kamu, sayang."

Sebuah ciuman diberikan oleh Faidhan. Lama kelamaan, ciumannya berubah menjadi cumbuan. Kelana menahan suaminya yang hendak membuka pakaiannya.

"Akang mau ngapain?"

"Mau nengok dedek bayi."

"Kan semalam udah. Masih kurang?"

DEG!

Jantung Faidhan serasa berhenti berdetak. Dipandanginya wajah sang istri lekat-lekat. Lalu pandangannya tertuju pada bercak merah di leher sang istri.

"Lana, kamu.."

"Kenapa? Akang lupa kalau semalam udah membuat aku mendesah?" tanya Kelana sambil tertawa kecil.

Wanita itu bangun dari tidurnya lalu beranjak ke kamar mandi. Tinggalah Faidhan yang dilanda kebingungan. Pria itu segera keluar dari kamar. Perkataan Kelana terus terngiang di telinganya. Semalam dia masih di jalan, lalu siapa yang sudah bercinta dengan istrinya?

Didorong perasaan bingung, Faidhan keluar dari rumah. Di depan rumah dia berpapasan dengan salah satu tetangganya.

"Loh Kang Idhan sudah di rumah lagi? Barusan saya lihat masih ada di saung yang ada di sawah Pak Haji Dadang."

Mendengar itu Faidhan bergerak cepat menuju sawah Haji Dadang yang jaraknya hanya dua ratus meter saja dari rumahnya. Dari kejauhan dia melihat seorang pria berdiri membelakanginya. Faidhan menambah kecepatan larinya. Begitu sampai di dekat pria itu, tanpa mengatakan apapun, Faidhan membalik tubuh pria itu lalu memukulnya dengan kencang.

BUGH!

Pria yang ternyata adalah Faisal langsung terjatuh setelah mendapat bogem mentah dari Kakak kembarnya. Mata Faidhan menatap nyalang pada Faisal yang tengah bangun sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Brengsek kamu, Sal! Apa yang sudah kamu lakukan pada Lana!" bentak Faidhan. Pria itu yakin sekali kalau yang sudah bercinta dengan istrinya semalam adalah adik kembarnya.

"Maaf."

"Maaf? Semudah itu kamu bilang minta maaf? Lana adalah istriku, dia iparmu! Tapi kamu mengambil keuntungan dari kemiripan wajah kita. Kamu menidurinya!! Brengsek!!"

Kembali dua buah bogeman mendarat di wajah Faisal. Pria itu tidak melakukan perlawanan. Dia membiarkan Faidhan memukulinya sampai puas.

"Kenapa, Sal? Kenapa?!"

"Karena aku mencintainya."

"Apa?"

"Apa kamu ingat waktu aku pernah bilang kalau sedang jatuh cinta dengan seseorang. orang itu adalah Lana. Aku sempat bingung bagaimana caranya berkenalan dengannya dan mengatakan perasaanku, sampai akhirnya aku mendapat pekerjaan di luar kota. Saat aku tahu kamu menikahi Lana, apa kamu tahu betapa hancurnya hatiku?"

"Itu bukan alasan untuk membenarkan perbuatanmu!"

"Aku tahu. Alasan apapun yang kupunya tetap tidak membenarkan apa yang sudah kulakukan. Tapi kasalahan ini bukan hanya kesalahanku. Kamu juga turut andil di dalamnya. Andai kamu mengatakan siapa aku pada Lana, mungkin ini tidak akan terjadi."

Faidhan langsung terdiam. Dia memang belum mengatakan pada istrinya kalau memiliki saudara kembar. Tak lama setelah menikah, terjadi bencana alam di desanya. Semua foto dirinya dan Faisal hilang terbawa tanah longsor. Faidhan bermaksud mengenalkan Faisal ketika adiknya itu berkunjung dan memberikan kejutan pada istrinya. Tidak disangka, ternyata dirinya sendiri yang dibuat terkejut.

"Aku tidak akan mengatakan pada Lana kalau kamu yang sudah menyentuhnya semalam. Bisa gila dia kalau tahu sudah bercinta dengan orang lain. Biarlah itu menjadi rahasia kita berdua. Jangan pernah temui aku lagi. Hubungan kita putus sampai di sini. Anggap kamu tidak pernah memiliki saudara kembar, begitu juga aku. Jalani hidup kita masing-masing dan tidak usah saling ganggu."

Setelah mengatakan itu, Faidhan meninggalkan Faisal begitu saja. Faisal langsung menyetujui ucapan Kakak kembarnya itu. Hari itu juga dia langsung pergi dan tidak pernah memperlihatkan wajahnya lagi di depan Faidhan.

"Setelah hari itu, Papa tidak pernah bertemu dengan Om Idhan lagi. Tapi sepuluh tahun yang lalu, Papa mulai mencari tahu soal saudara kembarnya. Ternyata Om Idhan dan Tante Kelana sudah meninggal dunia karena kecelakaan. Mereka meninggalkan seorang anak perempuan yang hidup sebatang kara. Ketika Papa datang, ternyata Fauzia diurus oleh tetangganya. Fauzia menganggap wanita yang mengurusnya sebagai neneknya sendiri. Papa terus mencari keberadaan Fauzia sampai akhirnya menemukannya. Secara diam-diam Papa terus memantau kehidupan Fauzia. Papa juga mengirimkan bantuan untuknya lewat perantara orang lain," Reza mengakhiri ceritanya.

Daffa menghela nafas panjang mendengar kisah tentang Faisal, pria selama ini setia mendampingi Papanya. Ketika Rizal memutuskan mundur dari perusahaan dan menikmati hidup dengan berkeliling dunia bersama istrinya, Faisal lebih banyak membantunya mengurus pekerjaan kantor.

"Fauzia, dia terkena kasus apa?"

"Dia dituduh berselingkuh dan membunuh suaminya sendiri."

"Apa? Lalu bagaimana? Di mana dia sekarang?"

"Dia sudah ditahan di kantor polisi. Aku mohon kamu mau membantunya, Daf. Papa sekarang sedang terbaring di rumah sakit. Tolong wakilkan Papa untuk membantunya. Aku yakin kalau Fauzia tidak bersalah. Dia tidak mungkin membunuh suaminya. Dia sangat mencintai Angga."

"Baiklah. Hubungi Pak Krishna dan Pak Gunawan. Minta mereka bertemu denganku."

Kepala Reza mengangguk cepat. Pria itu langsung menghubungi Krishna, pengacara keluarga Daffa dan juga Gunawan, detektif swasta yang sering diminta bantuannya oleh Rizal ataupun Daffa.

Selesai menelpon, pintu ruang operasi terbuka. Dokter yang mengoperasi Faisal keluar dari ruangan. Daffa dan Reza segera mendekat.

"Bagaimana operasinya, dok?"

"Operasinya lancar. Tapi kondisinya masih belum lewat dari masa kritis. Kami masih harus tetap memantaunya."

Tak lama kemudian, suster keluar mendorong bed Faisal. Daffa dan Reza mengikuti suster tersebut yang tengah mendorong bed Faisal menuju ruang ICU.

***

"Bagaimana pencarian terhadap Andika?" tanya Fajar pada kedua anak buahnya.

"Kami masih belum bisa menemukannya."

"Luaskan area pencarian. Dia harus segera ditemukan. Dia adalah saksi kunci sekaligus tersangka dalam kasus ini."

"Baik, Pak."

Pintu ruangan Fajar terketuk, salah satu anak buahnya masuk ke dalam. Petugas itu mengatakan kalau keluarga Angga meminta bertemu. Fajar bergegas keluar dari ruangan diikuti kedua bawahannya. Fajar segera menyalami seorang pria paruh baya yang menunggunya. Dia datang bersama anak dan istrinya.

"Kapan saya bisa mengambil jenazah anak saya?" tanya Salim Wiguna, ayah dari Angga. Dia adalah seorang pengusaha terkenal yang sudah berkecimpung dalam bisnis sejak lama.

"Kami masih membutuhkan jasadnya untuk kepentingan penyelidikan. Jenazahnya masih belum selesai diotopsi."

Anita menangis mendengar ucapan Fajar. Walau bukan Ibu kandung, namun Anita sangat menyayangi Angga seperti anaknya sendiri. Setelah Angga meninggal secara tidak wajar, fisiknya masih harus mengalami penyiksaan demi kepentingan penyelidikan.

Rafi mendekati Mamanya lalu memeluk sang Mama dengan erat. Dia memang sering berselisih dengan Angga, bahkan membencinya. Namun kehilangan saudara dengan cara tragis, tak ayal membuatnya bersedih juga.

"Di mana pembunuh itu?" tanya Salim dengan mata penuh kemarahan.

"Apa Bapak mau bertemu?"

"Iya."

Fajar memerintahkan anak buahnya untuk menjemput Fauzia. Lima menit kemudian Fauzia datang didampingi petugas. Melihat keluarga Angga, wanita itu langsung mendekat.

"Mama.. Papa.."

"Jangan panggil aku Papa!! Dasar pembunuh!" hardik Salim.

"Aku tidak membunuhnya, Pa. Aku tidak membunuhnya."

PLAK!!

Anita yang sudah tidak bisa menahan emosinya segera menampar kencang pipi Fauzia. Kemudian dia menarik pakaian yang dikenakan Fauzia.

"Kembalikan anakku!! Kembalikan!!! Dasar pembunuh!!!"

PLAK!!

Tidak ada perlawanan dari Fauzia ketika Anita menampar wajahnya lagi. Wanita itu mendorong tubuh Fauzia dengan kencang hingga terjerembab ke lantai. Seorang petugas langsung membantu Fauzia berdiri dan mengahangi Anita yang hendak menyakiti Fauzia lagi.

"Harap Ibu tidak melakukan kekerasan lagi. Serahkan semuanya pada kami. Jika benar Ibu Fauzia yang sudah membunuh suaminya sendiri, dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal."

Rafi berusaha menenangkan Mamanya. Dia juga membawa Papanya pergi meninggalkan kantor polisi. Petugas yang tadi menjemput Fauzia langsung mengantar wanita itu kembali ke sel. Belum sempat Fauzia memasuki selnya, petugas lain datang dan menahan wanita itu.

"Ibu Fauzia, keluarga anda datang dan ingin bertemu dengan anda."

"Aku tidak punya keluarga. Hanya Kang Angga satu-satunya keluargaku."

"Dia mengaku sebagai pamanmu."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 37

    Sebuah koper berisi pakaian dan barang pribadi Daffa sudah siap di dekat lemari. Fauzia sudah selesai mengepak pakaian untuk sang suami. Daffa keluar dari walk in closet. Pria itu sudah berpakaian dan siap untuk pergi. "Berapa lama Mas di Sydney?" "Seminggu, tapi bisa juga lebih." Nada suara Daffa terdengar dingin. Fauzia seperti terlempar ke masa awal perkenalannya dengan Daffa. Tidak ada kehangatan lagi dalam nada bicaranya. Hati Fauzia mencelos melihat sikap suaminya yang jauh dari biasanya. Lamunan Fauzia buyar ketika Daffa menarik koper lalu keluar dari kamar. Wanita itu segera mengikuti suaminya. Supir yang hendak mengantarkan Daffa ke bandara, mengambil koper lalu memasukkan ke dalam bagasi. "Mas, apa aku boleh main ke rumah Om Faisal?" "Boleh. Kamu boleh kemana saja sesukamu. Aku tidak melarang mu." "Apa Mas marah padaku?" "Tidak. Aku mengerti kalau pernikahan kita terlalu cepat. Sepertinya kamu masih butuh waktu untuk menjalani pernikahan kita. Aku mau kepergi

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 36

    Ditemani Daffa, Fauzia mendatangi lapas di mana Anita ditahan. Wanita itu datang dengan membawa kebenaran menyakitkan untuk Anita. Selain mereka, Salim juga ikut datang bersama Reza. Keyla berinisiatif menemani kekasihnya, dan tidak ada penolakan dari Reza. Daffa meminta pada kepala lapas untuk menyediakan ruangan khusus bagi mereka untuk menemui Anita. Selain Anita, Imron juga ikut dipanggil. Mereka mem.av berada di lapas yang sama, hanya berbeda blok saja. Setelah menunggu selama sepuluh menit, akhirnya orang yang ditunggu tiba juga. Anita dan Imron masuk ke dalam ruangan dalam waktu yang hampir bersamaan. Ketua lapas mempersilakan keduanya untuk duduk lalu meninggalkan ruangan tersebut. "Mau apa kalian ke sini? Apa kalian mau menghinaku?" tanya Anita dengan sorot mata tajam. "Aku hanya ingin memberitahukan sebuah kebenaran padamu," ujar Fauzia. "Kebenaran apa?" "Ini lihatlah sendiri." Fauzia menyerahkan sebuah amplop bertuliskan nama laboratorium ternama. Tanpa merasa curiga

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 35

    "Apa kamu menemui Salim dan mengakui identitasmu yang sebenarnya?" Pertanyaan Faisal tidak bisa langsung dijawab oleh Reza. Pria itu nampak berpikir sejenak. Kenyataan soal identitas yang baru diketahuinya, tak ayal membuat pria itu sedikit shock. Selama ini Reza menang tidak mencari tahu keberadaan orang tua kandungnya. Menurut Melly, sejak lahir dia sudah berada di panti. Itu artinya kedua orang tuanya memang tak menginginkan dirinya. Namun kebenaran ternyata tak sesuai pikirannya. Dia harus dipaksa percaya kalau dirinya adalah anak tunggal Salim dengan Mitha. Itu artinya dia masih sepupu dari Angga, mendiang suami Fauzia, adik angkatnya. "Aku ngga tahu, Pa. Aku masih perlu waktu untuk memikirkan semuanya." "Papa tahu jni semua pasti mengejutkan untukmu. Pikiran baik-baik. Apapun keputusanmu, Papa akan mendukungnya." "Setelah Papa tahu semua kenyataan ini, apa Papa masih menganggap ku anak? Apa Papa akan tetap menyayangiku?" Faisal memandangi Reza tanpa berkedip. Dia bing

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 34

    "Siapa orang tuaku, Bu?" "Nama Ibumu adalah Mita dan ayahmu adalah Salim.""Mita," gumam Fauzia pelan.Nama Mita sama dengan nama Ibu dari Angga. Begitu pula dengan nama ayah yang disebutkan Melly. Mendengar nama yang disebut terdengar familiar, Fauzia pun penasaran."Apa nama lengkapnya Salim Wiguna?" tanya Fauzia sambil menatap dalam pada Melly."Iya, dari mana kamu tahu?"Jawaban Melly membuat Fauzia tersentak. Bukan hanya wanita itu, tapi Daffa, Faisal bahkan Reza sendiri ikut terkejut. "Ibu Mita dan Pak Salim adalah orang tua dari Kang Angga. Mereka hanya punya satu anak, bagaimana mungkin kalau Bang Reza anak mereka.""Kamu mengenal Angga?" kali ini giliran Melly yang terkejut."Angga ada mendiang suami Uzi," jawab Reza."Apa? Kenapa bisa ada kebetulan seperti ini," gumam Melly tak percaya."Ibu.. saya minta tolong ceritakan dengan jelas. Apa benar Reza adalah anak Pak Salim? Lalu bagaimana dengan Angga?" Daffa yang sedari tadi diam, tak bisa menahan rasa penasarannya lagi.

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 33

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Sepasang pengantin baru masih terbaring di atas kasur berukuran king size. Tubuh polos keduanya hanya tertutup selimut saja. Sehabis shubuh tadi, keduanya kembali mengulang percintaan panas mereka. Daffa seolah tengah memuaskan rasa dahaganya, pria itu langsung tancap gas melampiaskan hasratnya yang sudah lama tertahan. Terhitung sudah tiga kali dia menggarap tubuh istrinya. Kelopak mata Fauzia bergerak-gerak, sesaat kemudian kedua matanya mulai terbuka. Wajah tampan Daffa langsung menyapa indra penglihatannya. Fauzia terus menelusuri wajah pria yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya. Pipi Fauzia merona ketika mengingat malam panas mereka dan percintaan mereka tadi shubuh. Ternyata Daffa yang kerap bersikap dingin, begitu panas di ranjang. Saat ini memang masih belum ada perasaan cinta di hati Fauzia. Namun wanita itu berusaha menjalankan perannya sebagai seorang istri, termasuk memberikan pelayanan ranjang pada suaminya. Tapi rasa

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 32

    "Saya terima nikah dan kawinnya Fauzia Safarina binti Ahmad Faidhan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan logam mulia seberat 500 gram dibayar tunai!" "Bagaimana saksi?" "SAH!!" Semua yang menyaksikan akad tersebut langsung mengucapkan hamdalah. Tanda syukur kalau akad nikah sudah berlangsung lancar tanpa hambatan berarti. Daffa melirik Fauzia yang duduk di sampingnya. Segurat senyum tercetak di wajah Daffa. Kebahagiaan begitu terasa ketika akhirnya dia membayar tunai wanita yang perlahan memasuki dan menempati ruang tersendiri di hatinya. Lamunan Daffa terhenti ketika Reza memberikan kotak beludru berisi cincin pernikahan mereka. Daffa mengambil sebuah cincin putih bertahtakan berlian lalu memasangkannya di jari manis Fauzia. Wanita itu pun melakukan hal sama, memasangkan cincin dengan bahan berbeda ke jari manis suaminya. Kemudian Fauzia mencium punggung tangan Daffa dengan takzim. Hati Daffa bergetar mendapatkan ciuman tanda bakti seorang istri pada suami. Sud

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status