Share

Aliansi bagian 2

Hari - 1

Kami semua menatap ke arah Crona yang baru saja memperkenalkan dirinya. Ekspresi tak percaya berada di wajahku, ekspresi yang mengatakan ‘yang benar saja’ di wajah temanku, ekspresi datar di wajah Sarah dan ekspresi yang tak bisa kudeskripsikan di wajah Ria. Apakah dia memasang wajah ketakutan, bingung atau khawatir? Atau mungkin itu adalah ekspresi dari gabungan ketiganya?

“Apa kau tidak pernah diajarkan untuk tidak menguping pembicaraan orang lain oleh orang tuamu?!”

Bagas berkata dengan kasar. Sudah jelas, dia sangat tak menyukai Crona.

Crona kemudian menarik permen lolipop di bibirnya dengan tangan kanan, lalu menunjuk ke arah Bagas dengan lolipop tersebut.

“Kau kasar sekali! Apakah orang tuamu tidak pernak mengajarimu cara berbicara kepada seorang wanita?!”

“Berisik! Aku tidak ingin mendengar ceramah dari bocah sepertimu!”

“Meskipun kau bersikap seperti itu, tapi bukankah kita hanya berbeda satu tahun?”

Saat Crona mengatakan itu, kami semua (kecuali Ria) menatap Crona dengan pandangan yang sangat terkejut. Kami menyadari sesuatu yang aneh dari ucapannya.

“Bagaimana kau tahu bahwa kau dan Bagas hanya berbeda satu tahun?”

Tanda pengenal kami hanya terdapat foto dan nama kami, kami juga tak pernah menyebutkan usia kami sebelumnya, bahkan tidak saat kami memperkenalkan diri kami di bis. Jadi bagaimana mungkin gadis itu mengetahui berapa usia Bagas saat ini.

“Itu bukan sesuatu yang mengejutkan, gadis di sana itu tadi menyebutkan bahwa kau adalah si peringkat satu di Ujian Nasional tingkat SMP tahun lalu, kan? Itu artinya tahun lalu kau masih SMP kelas 3 atau saat ini kau masih baru masuk SMA.”

Ya, yang dia katakan memang benar. Aku dan Bagas saat ini masih di bangku pertama SMA. Meski begitu, perkataannya masih belum bisa menjelaskan kenapa dia tahu Aku dan Bagas memiliki usia yang sama.

“Lalu kalian berdua, dari tindakan kalian berdua, kalian sepertinya berasal usia yang sama!”

Dia berkata sambil menunjuk Aku dan Bagas secara bergantian dengan lolipopnya. Dia menjelaskan pertanyaan di kepalaku tanpa diminta, seakan-akan dia dapat membaca pikiranku.

“Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? Meski kami nampak sangat dekat, tapi Aku dan Bagas bisa saja memiliki usia yang berbeda, kan?”

“Jika kalian masih anak kecil, mungkin bisa saja, tapi tidak jika kalian berada di SMP atau SMA, karena pada saat itu, perpedaan satu kelas saja bisa menyebabkan perbedaan hubungan pertemanan yang sangat berbeda.”

“Bisa kau menjelaskannya lebih lanjut?”

“Jika kalian berada di tingkatan kelas yang berbeda, misalnya kau kelas 1 SMA dan temanmu itu kelas 2 SMA, maka akan ada jarak yang cukup jauh di antara kalian berdua, karena jarang ada orang yang bisa berkumpul di dalam satu grup jika ada satu di antara kalian yang berbeda tingkat kelas... mungkin saja kalian bisa, jika grup itu hanya berisi kalian berdua, tapi jika ada anggota lainnya, maka seorang yang berbeda kelas itu akan merasa canggung dan tak nyaman saat berada di dalam grup.”

“Kenapa kita tidak bisa membentuk grup pertemanan yang berasal dari berbagai kelas yang berbeda-beda?”

“Itu karena manusia yang memiliki kesamaan suka berkumpul satu sama lain dan tentu saja tingkatan kelas adalah alasan yang mudah untuk membuat orang-orang berkumpul.”

Aku tidak bisa menyanggah perkataannya sama sekali. Manusia yang berada di tingkatan yang sama akan lebih mudah untuk membuat kelompok dari pada yang memiliki tingkatan yang berbeda-beda.

“Lalu kau sendiri masih SMP, kan? Karena dari penampilanmu, kau masih lebih muda dari pada Aku dan Bagas.”

“Kau sebaiknya tidak menilai orang dari penampilannya saja, Tuan Muda... tapi Aku akan memujimu, karena kau memang benar... Aku memang berkata bahwa Aku berbeda satu tahun dengan lelaki itu, tapi Aku tak pernah mengatakan apakah Aku itu lebih muda atau tua... hebat kau menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa Aku lebih tua dari pada kalian berdua.”

Biasanya orang akan berasumsi bahwa gadis yang memiliki badan sangat kecil itu lebih muda dari pada kami berdua, bahkan tanpa menanyakannya terlebih dahulu, tapi dari kemampuannya menilai situasi, dia bisa saja lebih tua dari pada kelihatannya. Satu-satunya alasan kenapa Aku yakin bahwa dia lebih muda dari kami, karena dia tak benar-benar menyangkal saat Bagas mengatakan bahwa dia adalah bocah.

“Jika tahun ini Aku mengambil Ujian Nasional, maka Aku pasti akan mendapatkan tempat yang sama dengan yang kau dapatkan tahun lalu dengan pencapaian yang lebih baik dari pada dirimu.”

Dia berkata dengan nada memprovokasiku. Meskipun dia berkata seperti itu, tapi Aku sama sekali tak tertarik dengan provokasinya.

“Jadi bagaimana kalian semua? Apakah Aku pantas untuk bergabung dengan aliansi kalian?”

“Lupakan soal masuk ke aliansi! Sejak awal belum ada aliansi di antara kami dengan mereka!”

“Belum, ya? Kalau begitu tinggal buat saja, kan?”

Bagas menatap kesal pada tingkah Crona yang suka berbicara seenaknya, sedangkan yang ditatap olehnya hanya tersenyum santai.

“Aku sudah mendengarkan pembicaraan kalian sedari tadi... sejujurnya Aku ingin membentuk aliansi denganmu, jika kau menjadi temanku, maka Aku yakin bahwa kemampuanmu akan membuat kita bisa bertahan hidup di sini.”

Sarah tiba-tiba berkata. Dia mengabaikan Bagas dan Crona yang saling menatap satu sama lain dengan pandangan benci.

“Bagaimana dengan dirimu? Apa kau ingin membentuk aliansi dengan kami? Jika kalian tak ingin ikut, kami bisa membentuk aliansi dengan hanya 3 orang saja.”

Mendengar perkataan Sarah membuat Crona semakin percaya diri. Wajahnya nampak lebih sombong dari sebelumnya.

“Sejujurnya Aku ingin membuat aliansi atau setidaknya rekan yang dapat dipercaya, tapi jika temanku menentangnya, maka Aku tidak akan membuat aliansi dengan siapapun... bagaimanapun Aku tidak ingin kehilangan kepercayaan dari orang yang paling kupercayai.”

Aku memberikan senyuman ke arah Bagas saat mengatakan hal tersebut. Aku bisa melihat sedikit senyum yang terbentuk di bibir Bagas saat dia mendengar hal tersebut.

“Hmm... begitukah, Aku berpikir bahwa kalian berdua memang cukup dekat, tapi Aku tidak menyangka bahwa hubungan kalian lebih dekat dari apa yang kubayangkan sebelumnya... hmm!”

“Meskipun kau tak mengatakannya, Aku bisa menebak apa yang sedang kau pikirkan saat ini... Aku beri tahu saja, Aku dan Bagas tak memiliki hubungan yang seperti kau pikirkan saat ini.”

“Ya, kami tak memiliki hubungan seperti itu! Kami hanya memiliki hubungan pertemanan yang lebih erat dari pada keluarga!”

“Memangnya apa yang kalian pikirkan tentang apa yang kupikirkan saat ini? Aku hanya berpikir bahwa kalian memiliki hubungan yang sangat baik... itu saja.”

““Jangan bohong!””

Meskipun biasanya penyabar, tapi Aku juga tetap bisa marah, terutama jika ada orang yang salah mengira bahwa diriku menyimpang.

“Jangan pernah berpikir seperti itu lagi atau Aku akan benar-benar membencimu.”

Mendengar nada suaraku yang sangat serius membuat Crona berhenti memasang wajah bermain-main.

“Aku mengerti... jadi Aku hanya perlu meyakinkan lelaki keras kepala itu agar kau mau ikut aliansi kami, kan?”

“Ya, begitulah...”

Aku mengangkat bahuku dengan sikap tak peduli. Aku kemudian mendekat ke dinding dan menyenderkan tubuhku. Sekarang pembicaraan hanya di antara gadis itu dan Bagas.

Meski Ria menatapku dengan tatapan khawatir dan seperti ingin mengatakan sesuatu, Aku akan berpura-pura untuk tidak menyadarinya.

“Nah, apa kau sudah sadar bahwa membentuk aliansi akan membuat peluang kita untuk bertahan hidup semakin besar, kan?”

“Ya, tentu saja... tapi bisa saja kau akan mengkhianati kami, kan?”

“Jadi intinya kau tidak percaya pada siapapun, selain temanmu itu.”

“Ya, begitulah... memangnya kenapa?”

“Apa kau sadar bahwa kau tak akan bisa melindunginya saat kami bertiga memutuskan untuk menyingkirkannya dari sini, karena kalian menolak aliansi ini?”

Suasana semakin menegangkan saat Crona mengucapkan kalimat itu. Meskipun saat ini Aku tak melihat wajah Bagas, tapi Aku tahu saat ini dia pasti sedang memasang wajah yang penuh dengan kebencian.

“Apa kau mengancamku?”

“Bukan begitu, Aku hanya membicarakan tentang kemungkinan... seperti yang kau katakan, kami memang bisa saja mengkhianati kalian berdua, tapi kami bisa saja menjadi rekan yang sangat kuat... apa kau ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sangat baik itu, meskipun hal tersebut bisa melindungi teman baikmu.”

“...”

Bagas tak bisa menjawab apapun. Dia hanya mengalihkan pandangannya menjauh dari Crona. Sepertinya dia tak ingin mengakui bahwa dia kalah berdebat dengan gadis yang lebih muda darinya.

“Lalu kakak yang ada di sana, bagaimana pendapatmu tentang aliansi ini? Apa sebenarnya kau ingin bergabung dengan kami atau tidak? Bisakah kau mengatakan pendapat jujurmu?”

Si Crona itu. Sepertinya dia benar-benar ingin membuat Bagas mengakui kekalahannya dan mengatakan ingin ikut bergabung dengan aliansi dari mulutnya sendiri, makanya dia mengubah strateginya dengan menggunakan diriku.

Aliansi ini bukanlah hal yang buruk. Jadi maaf ya, Bagas. Sepertinya Aku akan sedikit mengkhianatimu.

“Sejujurnya Aku ingin membentuk aliansi ini bersama kalian... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, jadi memiliki rekan yang bisa diajak berkerja sama bisa membuat kita dapat melakukan berbagai hal yang biasanya tak bisa hanya Aku dan Bagas lakukan berdua... dengan adanya Crona dan Sarah, Aku yakin aliansi kita akan sangat kuat, mereka juga bisa memberi tahuku jika ada hal yang kulewatkan.”

Kali ini Bagas terdiam dengan wajah yang tertunduk. Sepertinya dia tak bisa lagi keras kepala dan menolak aliansi ini, setelah mendengar pendapat jujur dariku.

“Baiklah, Aku mengerti... kami akan bergabung dengan aliansi kalian!”

“Apakah itu adalah sikap dari seseorang yang ingin memohon bergabung?!”

Aku bisa merasakan aura kemarahan Bagas saat dia mendengar provokasi dari Crona. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Bagas dengan senyuman arogan yang terpampang jelas di wajahnya.

“Aku tidak memerlukan izinmu itu masuk ke dalam aliansi ini.”

Tapi sepertinya Bagas masih terlalu keras kepala untuk memohon. Crona nampak terkejut saat mendengar itu dari Bagas.

Aku juga mengerti perasaan Bagas. Jika Aku berada di posisinya saat ini, Aku juga tak ingin merendahkan kepalaku hanya untuk masuk ke dalam aliansi ini, apalagi kepada gadis yang lebih muda dari pada kami. Jadi Aku tak akan mengatakan apapun.

“Kurasa dengan begini aliansi kita resmi terbentuk.”

Sarah juga mengabaikan mereka berdua yang sedang bertengkar, lalu mengulurkan tangannya padaku.

Aku kemudian menerima uluran tangan itu sebagai tanda setuju.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status