Home / Horor / Misteri Rumah Di Ujung Jalan / 3. Perempuan Di Rumah Kosong

Share

3. Perempuan Di Rumah Kosong

Author: Novita
last update Last Updated: 2023-07-24 16:01:50

Saka memang bukan orang yang suka mengurusi hal yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Namun jika ia merasa ada sesuatu yang janggal menurutnya, ia akan mencari tahu apa jawabannya. Begitu pun dengan aturan yang berlaku di komplek perumahan tempat tinggalnya. Bagi Saka larangan untuk tidak datang ke rumah nomor tiga belas sangat tak masuk akal. Apalagi selama ia menempati perumahan itu tak ada kejadian apapun yang di alaminya.

Kebetulan hari ini hari libur, Saka juga tak ada janji dengan siapapun. Untuk mengisi waktunya ia memilih lari pagi mengitari komplek perumahannya. Setelah bersiap dengan style olah raganya, Saka pun berjalan perlahan berkeliling lingkungan sekitarnya. Langkahnya pun terhenti tepat di depan rumah kosong di ujung jalan. Pandangannya tertuju pada sosok seorang perempuan yang sedang menyirami tanaman di depan rumah.

Perempuan itu pun melihat ke arah Saka, dia pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan ragu Saka membalas senyuman perempuan itu. Belum sempat Saka mengajak berbincang-bincang perempuan itu lalu meninggalkannya memasuki rumahnya.

'Aneh, kata Pak Senin rumah ini kosong, tapi kenapa tadi ada perempuan.' gumam Saka heran.

Saka masih berdiri di tempatnya, ia masih bingung dengan apa yang baru saja di lihatnya.

“Mas Saka ngapain pagi-pagi bengong di sini?”

Saka pun terperanjat mendengar ada suara yang menyapanya.

“Eh, Pak Dirga,” jawabnya gugup. “Ini Pak saya lagi olah raga aja. Badan sakit semua udah lama enggak di ajak gerak," jawab Saka sambil menggerakkan tangannya.

Pak Dirga menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Saka. Namun pandangannya tajam menatap kearah saka.

“Dari awal saya sudah sampaikan ke Mas Saka tentang peraturan yang berlaku di perumahan ini. Pokoknya Mas Saka jangan macam-macam ya, saya sudah peringatkan dari awal jangan pernah datang atau mencari tahu tentang rumah ini,” ucapnya sedikit mengancam.

“Iya, Pak. Saya juga cuma lewat, tapi aneh juga ya Pak sampai segitunya Pak Dirga melarang saya padahal saya cuma berdiri di depan rumah.”

“Sebelumnya saya minta maaf. Mas Saka itu pendatang warga baru di perumahan ini jadi menurut saya mematuhi peraturan yang sudah lama berlakudi sini itu merupakan kewajiban," jelas Pak Dirga dengan wajah kesal.

“Iya, Pak saya paham, saya cuma mengutarakan apa yang ada dalam pikiran saya saja.”

“Kalau begitu kenapa Mas Saka tidak segera pergi meninggalkan tempat ini?”

“Oh iya Pak saya disini karena masih mendengarkan penjelasan Bapak. Kalau begitu saya permisi." Tanpa menunggu jawaban Pak Dirga Saka pun langsung pergi.

“Orang baru mau sok tahu! Sepertinya aku harus berhati-hati sama dia,” gumam Pak Dirga sambil memandang Saka dengan sinis.

***

Saka hanya mengaduk-aduk makanan yang tersaji di depannya, tak seperti biasanya ia selalu menikmati makanan yang di buat Asih dengan lahap. Tanpa sepengetahuannya, Asih memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya Asih ragu ingin menanyai Saka karena tak seperti biasanya Saka tak selera dengan makanan yang di sajikan Asih hanya diaduk. Sepertinya Saka tak selera dengan masakan yang di buat Asih. Tapi keingintahuannya mengalahkan rasa takut yang menyelimutinya.

“Maaf, Pak kalau Asih lancang. Apa makananya enggak enak? atau Bapak mau di buatkan makanan lain?”

“Oh... enggak kok, Sih,” jawabnya tergagap.

“Tapi Asih perhatikan dari tadi Bapak hanya mengaduk-aduk makanan yang Asih sajikan.”

“Saya lagi enggak enak badan aja. Sejak kemarin badan saya lemas.”

“Bapak mau saya pijit?” ujar Asih dengan ragu.

“Enggak usah, saya enggak terbiasa di pijit.”

Asih mengangggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

“Kalau begitu saya ke dapur lagi Pak, mau melanjutkan kerjaan.”

“Kamu bawa aja makanan ini kebelakang. Saya mau langsung berangkat.”

Asih pun langsung memunguti makanan yang di sajikan di meja makan. Setelah Asih yakin kalau Saka sudah meninggalkan rumah. Asih pun mengunci pintu dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Seperti biasa setelah Saka pergi Asih baru membersihkan rumah, dari mulai menyapu dan mengepel.

Asih naik ke lantai atas dan langsung menuju kamar Saka, perlahan ia memegang gagang pintu kamar Saka yang biasanya terkunci. Namun kali ini betapa terkejutnya ia karean pintu itu langsung terbuka.

'Bagus, Pak Saka lupa mengunci kamarnya.” Asih tak menyia-nyiakan kesempatan ini ia langsung saja masuk. Seketika matanya menyapu seluruh ruangan kamar Saka. Aroma kopi tercium oleh indra penciuman Asih. Aromanya menyegarkan sekali pantas Pak Saka betah berlama-lama di kamar. Asih pun perlahan membuka laci meja yang letaknya tepat di samping tempat tidur Saka. Walaupun Asih tahu saat ini di rumah tak ada seorang pun kecuali dirinya, namun Asih tetap was-was. Asih takut kalau tiba-tiba Pak Saka pulang dan melihatnya sedang berada di dalam kamar.

Mata Asih langsung tertuju pada sebuah album foto berwarna biru muda, perlahan tangannya membuka album itu. Nampaklah foto seorang perempuan yang sangat cantik mengenakan gaun berwarna merah muda dan tersenyum manis. Asih membuka lembar berikutnya dan masih sama ada berbagai pose foto perempuan tersimpan rapi di album itu. Bahkan ia melihat foto Pak Saka dengan perempuan itu.

'Siapa perempuan ini? Pak Saka juga terlihat sangat bahagia ketika berfoto bersamanya. Apa istrinya? Kalau iya kenapa enggak tinggal sama Pak Saka?'

Asih pun mengambil ponselnya, sepertinya ia mengetik sesuatu dan mengirimkannya pada salah satu nomor yang tersimpan di ponselnya.

***

Siapa sebenarnya perempuan yang menempati rumah itu? ada rahasia apa sebenarnya kenapa Pak Dirga melarang keras aku mendekati rumah itu. Kata mereka rumah itu tak berpenghuni, lalu siapa perempuan yang aku temui kemarin. Sejak kejadian hari itu, pikiran Saka tak tenang. Rasa keingintahuannya semakin besar, entahlah Saka merasa tak asing dengan wajah perempuan yang ia lihat kemarin di rumah kosong itu.

Perlahan ia menghembuskan nafasnya, berusaha menenangkan perasaan dan pikirannya. Beberapa file di mejanya belum tersentuh sama sekali olehnya.

“Pak Saka kenapa?” suara seorang perempuan mengejutkan Saka.

“Sejak kapan kamu berdiri disini? Kenapa enggak ketuk pintu dulu!” ucap Saka kesal karena melihat Ayu sudah berdiri di hadapannya.

“Saya sudah ketuk pintu dari tadi, tapi tak ada respon dari Bapak. Saya kawatir terjadi sesuatu dengan Bapak.Makanya saya memberanikan diri masuk ke ruangan ini,” jawab Ayu dengan tak enak hati.

“Ada urusan apa? saya belum selesai meneliti laporan yang kamu kasih.”

“Iya, Pak saya tahu. Saya cuma mau kasih tahu Pak Saka, kalau ada klien yang mau ketemu.”

“Memangnya saya ada janji? Saya kan sudah sampaikan ke kamu saya paling tidak suka hal-hal yang mendadak tanpa terencana.”

Ayu terdiam mendengar perkataan Saka. Ia pun memperhatikan Saka yang masih kesal. Sepertinya Pak Saka sedang banyak pikiran sedari tadi uring-uringan terus.

“Maaf, Pak sebelumnya. Bukankah sudah saya jadwalkan tiga hari yang lalu, kalau Bapak hari ini memang ada jadwal ketemu klien?”

“Mana buktinya, kamu jangan cari pembenaran!”

Ayu pun meletakkan buku agenda di meja Saka. Perlahan Saka mengambil buku yang di berikan Ayu. Ternyata memang benar Ayu sudah mengatur jadwal hari ini tiga hari yang lalu.

Saka celingukan ia merasa bersalah telah bersikap kasar pada Ayu.

“Saya minta maaf.”

“Enggak apa-apa, Pak. Mungkin Bapak terlalu lelah sampai Bapak lupa. Apa saya perlu ikut menemani Bapak menemui klien?”

“Iya. Kamu suruh saja Klien masuk ke ruangan ini. Kita meeting di sini saja,” ucap Saka tanpa melihat ke arah Ayu.

Ayu pun meninggalkan Saka yang masih terlihat tak enak hati karena sikapnya terhadap Ayu. Pikiran Saka masih teringat akan perempuan yang dilihatnya di rumah kosong kemarin, entahlah kenapa kejadian kemarin sangat mengganggu pikirannya. Bahkan Saka tak bisa tidur lelap karena perempuan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   38. Kematian Mayla

    Saka pun segera menghubungi Arunika setelah mendengar kabar dari Asih. Arun pun segera mengirim pesan kepada Bagas agar segera menyusulnya ke rumah Saka. “Mau kemana kamu malam –malam begini?” tanya Bu Erika yang melihat Arunika membawa tasnya. “Arun ada urusan Mama nanti kalau sudah saatnya Mama juga akan tahu,” jawabnya dan bergegas meninggalkan Mamanya. “Ini anak semakin hari semakin aneh pasti dia pergi sama Bagas,” gerutu Mamanya. “Sabar, Bu. Mungkin Mbak Arun memang ada kepentingan mendadak,” sahut Bu Ijah yang berusaha menenangkan Bu Erika. “Kita lanjutin aja buat kuenya, Bu nanti keburu malam dan enggak selesai. Pesanannya kan di ambil pagi.”Bu Erika pun menuruti kata Bu Ijah, ia pun kembalkhiri ke dapur melanjutkan kerjaannya yang belum selesai. “Cepat sedikit, Pak,” ucap Arun pada sopir taksi. “Enggak berani Mbak ini jalannya ramai.” Arun nampak gelisah berkali-kali ia mengecek ponselnya. Semoga aja

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   37. Rahasia Pak Dirga

    “Ayolah, Mas mending kamu jujur aja mau sampai kapan kamu hidup seperti ini dihantui rasa bersalah. Aku tahu ada hal yang kamu rahasiakan,” desak Asih. Karto hanya diam mendengar ocehan Asih. Memang benar apa yang dikatakan Asih Karto sudah bosan hidup seperti ini, setiap hari selalu di kejar ketakutan. Apalagi ia merasa Mayla selalu menghantuinya. Andai dulu aku tak mengikuti kemauan Dirga tentu semua tak akan seperti ini. Batin Karto. “Siapa yang menyuruhmu sebenarnya?” tanya Karto perlahan. “Mas Karto enggak usah banyak tanya, intinya Mas mau enggak bantu aku dan menjelaskan tentang rumah kosong itu.”Karto menghembuskan nafas dengan kasar. “Aku tak tahu dimana Pak Dirga, karena aku juga sedang mencarinya. Kalau tentang Mayla.” Karto terdiam tak melanjutkan perkataannya matanya menyapu semua sudut rumahnya. “Pak Dirga adalah orang yang di percaya Mayla untuk menjaga rumahnya termasuk istrinya, tapi entah setan apa yang merasuki Pak Dirga saat i

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   36. Bujukan Asih

    Taksi yang di tumpangi Asih berhenti di sebuah rumah yang bangunannya terlihat sangat sederhana. Perlahan Asih pun turun dan mengamati rumah yang sedari kecil di tinggalinya. Suasana terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Apa Mas Karto sedang pergi ya. Kenapa asepi sekali. Monolog Asih. Asih pun berjalan kembali ke taksi yang ia tumpangi tadi. “Pak, apa sebaiknya Bapak tinggalkan saya saja? Karena saya takut akan lama nanti,” ucap Asih pada sopir taksi tersebut. “Tapi tadi Pak Saka pesan kalau saya harus nunggu, Mbak,” jawab Sopir tersebut.Asih terdiam mendengar jawaban Sopir tersebut. Asih nampak berpikir keras mmencari cara supaya sopir tersebut tak di ketahui Karto. “Gini aja, Mbak. Ini kartu nama saya di situ udah tercantum nomor telepon saya, nanti kalau urusan Mbak sudah selesai, Mbak tinggal hubungi saya.” “Bapak mau kemana?” tanya Asih stelah menerima kartu nama Pak Sopir tersebut. “Saya mau cari w

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   35. Cerita Kita

    “Nach itu Winda,” tunjuk Asih yang melihat Winda dari kejauhan. “Akhirnya datang juga pesenanku,” celetuk Bagas. “Maaf, Mas lama,” ucap Winda begitu berdiri di hadapan Bagas. “Kamu ambil piring, Sih di belakang,” pinta Arun pada Asih. “Baik, Mbak sama saya mau buat munuman sekalian.”Asih pun langsung berjalan ke dalam toko, tanpa di minta Winda segera mengekor di belakangnya. “Asih,” panggil Winda berbisik karena takut Bagas atau Arunika mengikutinya. “Ngapain kamu ngikutin saya?” tanya Asih heran melihat Winda sudah berdiri di belakangnya. “Mau bantuin kamu, lagian dari pada jadi obat nyamuk aku juga enggak ngerti apa yang di bicarakan Mbak Arun sama Mas Bagas mendingan aku ikut kamu,” jawab Winda.Mereka berdua pun membuat minuman dan menyiapkan beberapa roti dan gorengan yang di beli Winda tadi di warung Bu Surti. “Silahkan, Mbak, Mas,” ucap Asih sambil meletakkan minuman dan makanan.D

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   34. Ide Bagas

    Arunika menceritakan semua rasa penasarannya tentang rumah kosong di perumahan dekat toko roti miliknya. Bahkan tentang mimpi yang di alami Saka dan dirinya. Awalnya Dika tak percaya karena Dika mengira Arunika hanya menghayal karena terobsesi ingin menemukan Kakanya. Namun setelah Arun menemukan bukti foto-foto di rumah kosong itu Dika mulai mempercayai kecurigaan Arunika terhadap Pak Dirga. “Aku kehilangan jejak Pak Dirga, makanya aku bingung,” keluh Arun dengan suara lirihnya. “Apa dia tak punya sanak keluarga yang bis kita mintai keterangan?” tanya Dika. “Kenapa kita enggak kepikiran hal itu dari awal, setidaknya kita bisa tanya sama Pak Senin atau Asih tentang Pak Dirga,” imbuh Bagas sambil menepuk keningnya. “Dik, apa Nanda pernah menceritakan sesuatu atau mungkin berkeluh kesah tentang keadaannya?” tanya Ayu sambil menatap Dika seolah meminta mengingat sesuatu hal sebelum Nanda menghilang.Dika terdiam wajahnya nampak serius mengi

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   33. Dia Adalah Perempuan Itu

    “Kamu mau kemana, Run pagi-pagi gini. Lagian bukannya toko buka jam sembilan,” tegur Mama Arunika ketika melihat Arun sudah rapi. “Arun ada perlu Bu mau pergi sama Bagas. Hari ini kayaknya Arun juga enggak akan sempat ke toko. Mama tenang aja udah ada Winda sama Asih, mereka bisa di andalkan kok,” jawab Arunika. “Kamu itu bukannya nyari Kakakmu tapi sibuk aja dengan Bagas.”Arunika memejamkan matanya sambil membelakangi Mamanya mendengar perkataan Mamanya hatinya begitu sakit jelas sekali Mamanya selama ini hanya memikirkan Kakaknya. Ma andai Mama tahu selama ini usahaku mencari Kak Nanda. Bahkan aku pergi dengan Bagas pun karena Kak Nanda. Sampai Bagas yang bukan keluarga kita mau bantu mencari kak Nanda karena dia tahu gimana perlakuan Mama ke aku. monolog Arunika. “Belum saatnya Arun menjelaskan apa yang Arun lakukan sama Bagas Ma. Karena selama Kak Nanda belum di temukan Arun akan selalu salah di mata Mama.” “Kamu marah sama Mama?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status