Kamar Nomor 13

Kamar Nomor 13

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Oleh:  FavianOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
206Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis: Penginapan tua di sebuah desa kecil memiliki satu kamar yang terkenal angker, yaitu Kamar Nomor 13. Kamar ini menyimpan sejarah kelam, di mana seorang tamu pernah ditemukan tewas dengan wajah ketakutan, dan sejak itu berbagai kejadian mistis sering terjadi. Seorang pemuda bernama Damar, yang tidak percaya akan cerita-cerita mistis, memutuskan untuk menyewa kamar tersebut. Namun, malam itu berubah menjadi mimpi buruk saat Damar mengalami serangkaian kejadian aneh—suara bisikan, bayangan hitam menyeramkan, dan perasaan terjebak dalam kamar itu. Saat mencoba melarikan diri, Damar menyadari bahwa ia selalu kembali ke kamar yang sama, seolah-olah ruangan itu tak mengizinkannya pergi. Keesokan harinya, Damar menghilang tanpa jejak, meninggalkan sebuah pesan misterius. Kamar Nomor 13 tetap menjadi misteri yang tak terpecahkan, dipercaya sebagai tempat roh penasaran yang menjebak para tamu yang nekat masuk ke dalamnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kamar Nomor 13

Di sebuah desa kecil, berdiri sebuah penginapan tua yang konon sudah berusia lebih dari seratus tahun. Penginapan itu hampir selalu sepi, jarang ada tamu yang datang. Namun, ada satu kamar yang paling ditakuti oleh semua orang di desa itu

Kamar Nomor 13.

Cerita tentang kamar itu bermula puluhan tahun lalu, ketika seorang tamu ditemukan tewas dengan wajah penuh ketakutan di sana. Setelah kejadian itu, berbagai insiden aneh terus terjadi. Suara-suara aneh sering terdengar dari kamar tersebut, meski tak ada seorang pun di dalamnya. Cahaya dari dalam kamar sering berkedip-kedip tanpa sebab, dan ada pula yang mengaku melihat bayangan berjalan di balik tirai jendela.

Suatu malam, seorang pemuda bernama Damar yang tidak percaya akan cerita-cerita mistis itu memutuskan untuk menyewa Kamar Nomor 13. Dia menganggap cerita tentang kamar itu hanyalah legenda desa yang dibesar-besarkan. Dengan tekad yang bulat, Damar masuk ke kamar tersebut tanpa rasa takut sedikit pun.

Di dalam kamar, Damar merasa ada hawa dingin yang aneh. Lampu kamar tiba-tiba berkedip, dan udara terasa semakin dingin. Saat ia berbaring di tempat tidur, Damar merasa seolah-olah ada seseorang yang mengamatinya dari sudut ruangan. Ia mencoba menenangkan dirinya, berpikir bahwa semua itu hanyalah efek sugesti.

Tengah malam, Damar terbangun oleh suara bisikan yang lembut namun menakutkan, "Kenapa kau datang ke sini?" Suara itu terus berulang, semakin keras, hingga terdengar seperti jeritan. Damar bangun dengan keringat dingin, memandang sekeliling kamar dengan cemas, namun tak ada siapa pun di sana.

Damar mencoba untuk kembali tidur, tapi bayangan hitam mulai muncul di langit-langit kamar. Bayangan itu turun perlahan, mendekat ke arahnya. Wajah bayangan itu menyerupai seorang wanita dengan rambut panjang, mata hitam kelam, dan senyum menyeramkan. Bayangan itu berbisik, "Kau akan tinggal di sini... selamanya."

Tak kuat dengan ketakutan yang melanda, Damar berlari keluar kamar dan segera meninggalkan penginapan. Tapi saat ia keluar dari pintu utama, ia mendapati dirinya kembali di depan Kamar Nomor 13. Ruangan itu terus menariknya kembali, seolah tak membiarkannya pergi.

Keesokan harinya, pemilik penginapan menemukan Kamar Nomor 13 terkunci dari dalam, dan tak ada tanda-tanda Damar. Hanya sebuah catatan di atas tempat tidur, bertuliskan, "Aku akan tinggal di sini... selamanya."

Sejak saat itu, kamar itu tetap tertutup rapat, dan desas-desus tentang roh penasaran yang menghuni Kamar Nomor 13 semakin berkembang. Konon, mereka yang berani memasuki kamar itu akan menjadi bagian dari penghuni tetapnya—hilang tanpa jejak, dan terperangkap dalam kegelapan yang abadi.

Bab 1: Kedatangan Damar

Damar mengendarai motornya pelan-pelan menembus kabut tipis yang menyelimuti desa kecil itu. Ia sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri acara keluarga di kota sebelah, namun, karena hari sudah semakin larut, ia memutuskan untuk mencari tempat menginap. Tiba-tiba, di sudut jalan yang sepi, ia melihat sebuah penginapan tua yang tampak suram namun menarik perhatiannya.

Penginapan itu terlihat kumuh dan kusam, dengan papan nama kayu yang sudah lapuk bertuliskan “Penginapan Gading.” Tak ada satu pun kendaraan yang terparkir, hanya beberapa jendela yang masih menyala. "Mungkin saja ini tempat yang murah," pikirnya, sambil menepikan motornya dan menuju pintu depan.

Ketika ia membuka pintu, suara bel kecil berbunyi, dan aroma lembap segera menyergapnya. Bagian dalam penginapan itu terasa tua—lantainya terbuat dari kayu yang berderit setiap kali diinjak, dan dinding-dindingnya dipenuhi lukisan pudar dari zaman dahulu. Di balik meja resepsionis, seorang wanita tua dengan wajah pucat menyapanya tanpa ekspresi.

“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” suara wanita itu terdengar pelan dan serak.

“Saya ingin menginap satu malam, Bu,” jawab Damar, masih tak menyadari keanehan suasana di sekitarnya.

Wanita itu menatapnya lama, seolah ingin memastikan sesuatu. Setelah beberapa detik hening, ia berkata, “Kami hanya punya satu kamar yang kosong… Kamar Nomor 13.”

Damar terdiam sebentar. Nomor 13 memang sering dianggap sebagai angka sial, namun ia menepis semua rasa takut itu. Ia menganggap angka hanyalah angka, tidak lebih. Lagipula, cerita-cerita horor tentang penginapan tua adalah hal yang ia anggap klise dan dilebih-lebihkan.

“Tidak masalah, Bu. Saya ambil kamar itu saja,” jawabnya.

Wanita tua itu tampak ragu, tapi akhirnya menyerahkan kunci kamar dengan tangan gemetar. "Ingat, jangan keluar kamar setelah lewat tengah malam," bisiknya pelan sebelum Damar berbalik dan naik ke lantai atas.

Damar tidak terlalu memikirkan ucapan itu. Menurutnya, mungkin saja wanita tua itu mencoba menakutinya. Tapi saat ia berdiri di depan pintu Kamar Nomor 13, ada perasaan aneh yang merayap di hatinya. Kunci yang berada di tangannya terasa dingin, dan lorong di sekelilingnya terasa sunyi, seolah waktu berhenti.

Ia menelan ludah, lalu memasukkan kunci ke lubangnya. Dengan satu putaran, pintu terbuka, mengungkapkan kamar yang sederhana namun terkesan suram. Jendela kamar itu ditutupi tirai tebal, dan ada cermin tua di dinding yang memantulkan bayangan samar ruangan.

Damar masuk dan menutup pintu, mencoba merasa nyaman. Tapi semakin lama ia berada di dalam, semakin dingin udara di kamar itu. Ia menggosok-gosok tangannya, berusaha mengusir dingin yang seolah-olah menusuk sampai ke tulang.

Setelah menyiapkan barang-barangnya, Damar berbaring di tempat tidur dan mencoba memejamkan mata. Namun, tak lama kemudian, ia mendengar suara derit dari luar kamar, seakan ada seseorang yang berjalan mondar-mandir di lorong. Ia berpikir, mungkin itu suara dari penghuni kamar sebelah atau wanita tua resepsionis yang sedang memeriksa keadaan.

Namun, ketika suara itu berhenti tepat di depan pintu kamarnya, Damar mulai merasa ada yang tidak beres. Ia membuka mata, menatap ke arah pintu, dan menunggu dalam hening yang mencekam. Jantungnya berdetak kencang saat suara ketukan pelan terdengar di pintu kamar.

Damar duduk, mencoba mendengarkan lebih jelas. Namun, tak ada suara lagi setelah ketukan itu. Ia menghela napas lega, berpikir bahwa mungkin ia hanya berimajinasi.

Tetapi, beberapa menit kemudian, suara ketukan itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras. Damar terdiam, rasa penasarannya bercampur ketakutan mulai menguasai dirinya.

Dengan langkah hati-hati, ia bangkit dan mendekati pintu. Namun, saat ia akan meraih gagang pintu, suara ketukan itu berhenti. Ia menahan napas, berharap suara itu tak terdengar lagi.

Ketika ia berbalik menuju tempat tidur, suara bisikan pelan menyusup di telinganya. “Kenapa kau datang ke sini?”

Damar membeku. Suara itu begitu jelas, terdengar seakan-akan seseorang berbisik tepat di samping telinganya. Tubuhnya merinding, dan ia menatap cermin tua di dinding, berharap tak melihat apa pun di sana.

Namun, dalam pantulan cermin, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku—bayangan hitam berdiri di belakangnya, dengan tatapan mata kelam yang kosong. Bayangan itu menatapnya dalam kegelapan, seolah menunggu sesuatu.

Damar segera memalingkan wajah, menutup matanya, berharap semua ini hanya mimpi buruk. Tapi ia tahu, malam ini adalah malam panjang yang baru saja dimulai.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status