Share

Bab 4 Jalan Keluar

“Ada hikmah dari kejadian ini. Insya Allah Daffa Albana masih akan bertahan, tapi ada sesuatu yang akan terjadi di dalam hidupnya, saat ini adalah titik balik dari kejadian yang akan menjadi takdir yang harus dijalani olehnya,” kata seorang kakek yang memakai imamah tebal berwarna putih melilit di atas kepala. Imamah tebal terlilit sebanyak tujuh lapis. Terlihat sangat rapi susunan dari kain yang terbentuk.

“Tapi... Habib... apa yang harus ana lakukan? Daffa sudah lima hari terbaring tak sadarkan diri,” nyata pria tua yang merupakan guru dari Daffa.

Kakek yang duduk bersila di atas tilam berbentuk persegi empat, mengangkat sorban berwarna hijau yang tergantung di lehernya. Menutupi imamah yang dikenakan. Dia berkata, “Tunggu tiba saatnya, akan ada seorang Hamba Allah yang akan membawa penyembuh untuk Daffa.” Kakek yang memiliki wajah yang sangat cerah, tersenyum kepada pria tua yang ada di hadapannya. Sejatinya, kakek yang kini bersorban hijau menutupi imamahnya, lebih tua dari pria tua yang merupakan guru Daffa, namun perawakannya yang sangat tampan dan mempesona merupakan hasil dari amal ibadah yang tidak terikuti oleh manusia biasa.

Kheir, Habib. Ana akan menunggu waktu itu dengan penuh kesabaran. Insya Allah,” nyata pria tua. Kemudian dia bangkit dari duduknya, bergeser ke depan dengan menggunakan kedua lututnya sebagai tumpuan dan penggerak dari tubuhnya. Menjulurkan tangan kanannya yang disambut dengan uluran tangan dari kakek yang dipanggilnya Habib. Mencium punggung dan telapak tangan Habib beberapa kali secara bolak –balik. “Ana mohon izin Habib. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”

Pria tua membuka kedua matanya. Dia kembali ke alam sadar. Kembali ke jasadnya yang berada di salah satu kamar di bangunan Rumah Baoh.

Pertemuan yang dilakukan oleh dirinya dan guru spiritualnya sering dilakukan jika dia menemukan kesulitan dalam berbagai masalah. Guru spiritual yang merupakan seseorang istimewa dan memiliki karomah yang diberikan oleh Allah hanya biasa dijumpai dalam keadaan suci dan di alam yang berbeda.

Pria tua bangkit dari duduknya. Dia merapikan tilam yang dijadikan sebagai alas ketika bertafakur dan bertemu dengan guru spiritualnya. Kemudian bergegas keluar dari ruangan yang berdinding kayu seluas 7 x 5 meter persegi.

™*™

Suara pintu kamar berderak pelan.

Miaw...

Pria tua tersenyum kecil. Melangkah perlahan ke arah tempat tidur dimana Daffa berbaring. Duduk di pinggir tempat tidur yang terbuat dari bahan kayu. Mengelus Banu yang berada di samping kiri Daffa. Kucing Persia itu sudah tak sabar ingin mendengarkan penjelasan dari pria tua.

“Kamu sangat khawatir dengan tuanmu ya Banu? Kamu juga ya Bono?” tanya pria tua itu sembari mengelus Bono yang berada di sebrang dirinya, terpisah oleh tubuh Daffa.

“Habib Muhammad Assegaff menyuruh kita untuk menunggu dengan sabar. Akan ada Hamba Allah yang datang ke Besilam dan sholat di Nosah. Dia akan membawakan obat penawar untuk Tuan kalian. Insya Allah, Tuan kalian akan baik-baik saja,” nyata pria tua sambil melihat ke arah wajah pemuda yang terbaring tanpa sadarkan diri. Dia melihat begitu pucat wajahnya. Bibir tipisnya juga terlihat sangat pucat, sudah lima hari tidak menyentuh air. Kekuasaan Allah yang membuat muridnya bertahan dalam koma. Ruhnya entah kemana saat ini.

Meeeeong...

Bono berjalan di atas kepala Daffa, mengitari, berusaha mendekati pria tua yang duduk di samping tempat tidur. Kemudian duduk di pangkuan pria tua itu, berdampingan dengan Banu yang sudah dari tadi dipangku oleh pria tua.

“Ketika Allah punya kuasa, kita tidak bisa melawannya. Allah punya suatu tujuan membuat Tuan kalian seperti ini. Sabar... ikhlas... tawakkal itu yang harus kita lakukan,’ ujar pria tua dengan suara sedikit parau.

Meong...

Miaw...

“Kakek rasa kalian sudah faham dengan segala takdir kan? Kalian masih ingat bagaimana kita dipertemukan. Habib Ali Assegaff, Tuan kalian... Ustadz Daffa, Kakek, dan kalian berdua, kucing kesayangan Daffa. Jadi semua ada hikmahnya. Kita berkumpul karena ada maksud dan tujuan dari Allah untuk kita. Ada tugas yang harus kita selesaikan di dunia ini,” jelas pria tua dengan panjang lebar. Suaranya semakin parau. Sepertinya dia menahan sesuatu di matanya.

Pria tua memegang punggung telapak tangan Daffa. “Banyak bersholawat, Nak. Kakek tau kalau kamu bisa mendengarkan perkataan kakek. Kita akan segera mendapatkan obat penawar untuk dirimu.”

Terdengar sayup-sayup suara sholawat sebagai pengantar azzan yang akan dikumandangkan dari mesjid yang berada di tak jauh dari Rumah Baoh. Masjid yang biasa disebut dengan Nosah di perkampungan Besilam –Babussalam akan mengumandangkan azan Ashar. Waktu ashar di hari kelima ketika Daffa Albana mengalami koma tanpa diketahui kemana ruhnya berada.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada ketakutan dan tiada pula dia bersedih (hati). (Yaitu) orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa keapada Allah”. (Yunus : 62-63).

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status