Share

2. INSIDEN ROOFTOP

Author: Moni
last update Last Updated: 2021-08-14 13:00:00

“Ternyata itu lo?” seru Alieen. Pria itu menatapnya bingung. Lalu ia berjalan melewati Alieen. Alieen yang mengenali pria tersebut lantas berbalik dan mencoba menghalanginya.

“Tunggu sebentar, Bagas!” Alieen merentangkan tangannya. Iya, pria itu adalah Bagas. Bagas hanya menatap matanya, mencari jawaban di sana.

Mendapat perlakuan tersebut, hati Alieen merasa terenyuh. Ia menyadari jika sorotan mata pria itu menyimpan banyak kesedihan. Sial, Alieen tidak bisa menyembunyikan keinginannya untuk membantu Bagas. Tapi ia tidak tau harus bagaimana.

“Apa mau lo?” ketus Bagas.

“Tidak ada.”ucap Alieen.

“Terus kenapa lo halangi jalan gue? Oh, atau diminta Shintia buat mengantarkan pesan dia ke gue?” tanyanya dingin.

“Apa? Gue masih punya kerjaan lain! Buat apa gue jadi babunya, gila lo ya!” kesal Alieen.

“Gue cuma mau tanya, apa lo tau tugas Pak Dayat sudah setinggi gunung?” lanjut Alieen.

“Tugas?” tanya nya.

“Iya, lo tau sendiri kalau Pak Dayat lebih mementingin nilai sama absen? Dia tidak peduli kalau muridnya itu bandel seperti apapun.” Ujar Alieen.

“Terus, lo rela melepas status sebagai kapten ke Widde?” lanjutnya.

Widde adalah satu-satunya anggota tim basket tidak berbakat. Dia bisa masuk tim karena kekuasaan ayahnya di sekolah ini. Tujuannya hanya untuk memikat perhatian para gadis di sekolah saja, berbeda dengan Bagas.

Tentu saja Bagas tidak setuju jika timnya dipimpin oleh orang yang seperti itu. Tapi percuma, dia sudah kehilangan semangatnya.

“Hei! Malah diam saja.” Alieen melambaikan tangan di depan wajah Bagas. Ia pun tersadar dari lamunannya.

“Peduli apa lo sama gue? Mau posisi kapten di ganti atau tidak. Itu bukan urusan lo!” Ucapnya dingin.

“Dih? Sombong banget. Ya I know lo  memang salah satu murid yang berprestasi di sini. Bodoh ya, gue malah kasih tahu soal tugas Pak Dayat.” Alieen mengangkat bahunya dan membalik badan, berjalan ke tepi Rooftop. Bagas menatapnya heran.

“Kenapa liatin gue begitu?” tanya Alieen.

“Apa ada sesuatu di wajah gue? Atau lo naksir sama gue?” lanjutnya. Alieen mengeluarkan ponsel dan bercermin di layarnya.

“Wah kelewatan pede yang lo! Gue cuma heran aja kenapa lo kesini?” Tanya Bagas padanya.

“Apa dia tidak tau sama sekali soal artikel itu? Atau mau mengejek gue karena kabur dari masalah yang gue sendiri tidak tau.” Batinnya.

“Ya, gue cuma mencari udara segar. Di bawah sana gue merasa sesak, hehe.” ucap Alieen sambil tertawa garing.

“Kalau lo gimana? Apa selama ini ada di sini aja?” lanjutnya.

Bagas yang awalnya akan turun, kini berdiri di sampingnya dan bersandar di tepi pembatas Rooftop, sambil melihat langit biru yang tenang.

“Mungkin lo mau tau kemana aja gue selama ini, kan?” tanyanya tanpa menoleh.

“Ya, sih. Tapi jangan salah paham, ya. Gue cuman penasaran aja kenapa lo yang jenius ini memilih tidak masuk sekolah dalam jangka yang lama. Bahkan tanpa surat keterangan apapun.” jelasnya.

Tidak tahu kenapa Bagas merasa nyaman berbicara dengan Alieen. Ia pun berpikir untuk membicarakan masalahnya, tapi dirinya sadar jika mereka tidak dalam hubungan apapun.

Lalu tiba-tiba saja terdengar suara ribut dari arah pintu Rooftop. Alieen juga mendengar ada suara Shintia dan Deshi. Mereka membicarakan untuk menangkapnya dan meminta pengakuan kebenaran soal artikel yang tersebar di website sekolah.

“Aduh! Gimana nih? Padahal gue tidak lakuin apapun. Tapi kenapa mereka marah banget sama gue?” panik Alieen sangat jelas dari raut wajahnya. Bagas juga mendengar pembicaraan itu dan segera menarik tangannya ke suatu tempat. Sebelum semuanya semakin runyam.

Tepat saat pintu di buka, Bagas dan Alieen bersembunyi di balik tumpukan kursi dan meja yang sebagian tertutup terpal biru laut.

Deshi dan Shintia sibuk mencari dirinya. Jantung Alieen berdegup kencang. Bagaimana tidak, saat ini mereka berdua sedang bersembunyi di tempat yang sempit, dan deru nafas Bagas terdengar jelas olehnya.

“Awas, rambut lo kelihatan sama mereka!” bisik Bagas yang langsung merapikan rambutnya ke depan.

“Ah, I.. Iya. Makasih,” ucapnya berusaha menahan rasa gugup.

Tanpa disengaja, mata mereka saling beradu satu sama lain. Seperti ada aliran aneh diantara keduanya. Mereka terdiam dan saling memandang dalam waktu yang tidak sebentar.

Bagas yang  melihat ada sepasang kaki di belakang Alieen, spontan memeluknya dan mengisyaratkan agar tidak berisik.

Mereka mendengar suara Shintia yang frustrasi berkata, “Dia tidak ada di sini.” Lalu suara Deshi terdengar kembali dan bertanya, “Lalu kemana dia pergi? Atau dia bolos?”. Perlahan mereka berjalan menjauh sambil membicarakan Alieen. Lambat laun suara langkah kaki itu menghilang. Bagas mencoba memastikan jika tidak ada orang selain mereka berdua di Rooftop.

“Apa sudah aman?” tanya nya memastikan.

“Sudah aman.” jawab Bagas. Alieen menghela nafasnya dan keluar dari persembunyian tersebut.

Mereka diam sesaat , ,mencoba menghilangkan beban dengan menikmati sejuknya angin yang berhembus dan melihat sisi lain gedung sekolah. Hal seperti ini kadang dibutuhkan untuk menenangkan diri mereka.

“Jadi... Apa lo mau bolos juga sekarang?” tanya Bagas, dan melirik Alieen.

Kali ini Alieen yang terdiam, ia tidak tau apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dirinya tidak bersalah tapi dicari seperti kriminal. Bahkan Rina sahabatnya pun lebih mempercayai orang lain dari pada dirinya. Air mata Alieen perlahan membasahi pipinya. Dia tidak dapat menjelaskan masalahnya pada siapa pun.

“Gue benci lihat cewek yang nangis. Mending gue pergi.” ucapnya dingin. Lalu ia meninggalkannya.

“Kenapa semuanya benci gue? Hiks!” Ia akhirnya bisa menangis dengan bebas dan mengeluarkan semua beban pikirannya.

***

Bagas turun ke kantin dan membeli beberapa jajanan. Lalu berpapasan dengan Shintia saat menunggu makanan.

“Sudah lihat artikel sekolah?” Bisik Shintia. Tapi Bagas hanya meliriknya.

“Ternyata Rafandi itu udah punya pacar, ya? Pantes aja mereka keliatannya akrab banget!” sambungnya.

“Kenapa kamu tanya soal itu? Bukannya urusan kita belum selesai?” gumam Bagas.

“Yakin belum selesai? Oh ya, kamu itu kan bucin banget sama aku.” celetusnya.

Setelah makanan di pesan Bagas  jadi, ia menarik tangan Shintia ke belakang sekolah dan tidak ada satu pun yang akan melihat mereka.

“Aduh! Pelan-pelan dong sayang...” godanya dengan senyuman licik itu lagi.

“Kenapa kita harus putus seperti ini? Beri aku jawaban! “ geram Bagas. Shintia hanya tertawa, lalu pergi tanpa menjawabnya sama sekali. Bagas meraih tangannya, tapi dengan kuat Shintia menghempasnya. Bayangan gadis itu perlahan hilang dari pandangannya.

“Dulu lo deketin gue, bilang suka, cinta, sayang, dan akan selamanya sama gue.” lirihnya.

“Kenapa lo tega sama gue, Shintia? Apa salah gue?!” Bagas benar-benar frustrasi, perasaannya benar-benar sedang dipermainkan oleh gadis itu.

—Kadang melihat dari sampul terlebih dahulu itu penting, tapi tidak semua sampul bagus memiliki isi yang bagus juga bukan?—

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misunderstood First Love    31. KELAKUAN ANEH KEDUANYA

    “Rina! Kenapa dia ada di sana!” Alieen terkejut dengan kemunculan Rina di dalam berita. “Lokasi Cafe itu enggak jauh dari sini.” Ucap Bagas yang melirik ke arah Bintara. “Kenapa dia lihat gue begitu? Seperti lagi mengejek gue karena gue polisi tapi malah enggak bertindak apa pun. Menyebalkan. Gue tahu maksud nya.” “Kalau begitu kita harus segera kesana!” Seru Alieen dan dirinya bergegas akan pergi keluar namun Bintara menahannya. “Jangan ke sana. Lebih baik Lo ikut gue dulu ke tempat Ibu berada. Ibu sudah khawatir banget sama Lo.” Ucap Bintara dengan lembut. Alieen selama ini belum pernah melihat Bintara selembut ini. Membuatnya merasa aneh. “Tapi...” “Kalau Lo masih tetap menghawatirkan teman Lo yang munafik itu biar si Bagas dan Kapten, si kakaknya Bagas yang urus. Toh di sana ada beberapa anak buah organisasi yang di ikuti Bagas, dan Kapten pasti sudah di jalan. Jadi Lo sekarang ikut gue. Jangan menjauh dari gue buat sementara, gue mohon sama Lo Alieen.” Bintara memegangi ta

  • Misunderstood First Love    30. BERITA MENGEJUTKAN LAINNYA

    Alieen sedang berada di dapur dan mencuci mangkuk yang ia pakai untuk makan. Tapi pikirannya sedang bekerja keras mencari cara agar dirinya bisa pergi menemui Shintia tanpa siapa pun menemaninya. Ia meletakan mangkuk ke rak dan menghela nafasnya sesaat.Namun ia mendengar suara percakapan seseorang di ruang tengah. Alieen merasa penasaran dan berjalan mendekati sembari bersembunyi dengan hati-hati.“Bintara, gue tahu semuanya. Apa Lo enggak mau interogasi gue?” Ujar Bagas yang duduk di sofa dengan tangannya yang sibuk dengan tendo.Bintara menatapnya sesaat lalu memasang wajah terkejut. “Ah! Benar, kenapa gue enggak tanya Lo buat cari tahu alasan Lo gabung organisasi mereka!”Ekspresi Bintara yang terlihat terkejut polos itu seketika berubah datar. “Lo pikir gue enggak tahu soal Lo? Walau enggak semuanya karena enggak berguna buat gue. Tapi gue sudah tahu kenapa Lo gabung sama mereka, tentu dari kakak Lo. Kalau enggak, saat datang ke sini gue sudah pisahkan kepala sama badan Lo itu.”

  • Misunderstood First Love    29. TELEPON TAK TERDUGA

    Alieen baru selesai menyantap sup, dan hendak akan keluar kamar untuk meletakkan mangkuk sup ke dapur di rumah ini. Namun ponselnya berdering dan nama yang muncul di layar adalah Shintia. Alieen langsung menjawab telepon tersebut.“Halo, Shintia?”“Gue rasa keadaan Lo baik-baik saja, dari suara yang terdengar segar.” Ketus Shintia.“Iya, bisa di bilang seperti itu. Kenapa telepon?” “Hah? Serius Lo tanya gue, kenapa telepon Lo? Yang benar saja Alieen! Lo itu tiba-tiba hilang di tengah kebakaran panti, susah di hubungi, ke mana saja Lo!”“Maaf bikin Lo khawatir, Hp gue rusak jadi susah di hubungi.”Alieen tidak sepenuhnya berbohong soal Hp nya yang rusak di temui oleh Bintara saat di panti asuhan karena jatuh dari genggaman Alieen saat dirinya di culik tiba-tiba. Tapi tetap saja ini terasa canggung saat dirinya di telepon Shintia seperti ini.“...Alieen, ada hal yang mau gue cerita ke lu. Gue merasa bersalah karena melibatkan Lo dalam masalah.” Shintia terdengar putus asa.“Kenapa dia

  • Misunderstood First Love    28. BOLEH SEBENCI ITU

    Alieen membuka matanya dan melihat sekitarnya. Ia menghela nafas saat mengetahui jika dirinya hanya sendirian saat ini, Alieen pun duduk di tepi kasurnya.Sebenarnya pikirannya sangat penuh berbagai pertanyaan dan kenyataan yang membingungkan dirinya. Namun bukan saatnya dirinya berdiam diri, Alieen memikirkan kembali perlahan apa yang baru terjadi kepadanya.“Baik, perlahan pikirkan kembali. Gue awalnya ada di panti asuhan yang Shintia kunjungi. Gue berasumsi dirinya sudah lama tinggal di sana dan gue juga dengar dia masih ada orang tua tapi kurang memperhatikannya. Tapi tiba-tiba gue di culik? Karena gue adiknya Bintara, padahal gue kurang paham masalahnya mereka. Yang pasti ini masalah sebuah organisasi WL itu kan? Gue enggak tahu apa saja organisasi itu lakukan. Gue harus cari tahu, tapi pertama gue harus lepas dari pengawasan Bintara. Selama ini dia sudah lama memasang alat pelacak diam-diam, berarti ada semacam CCTV tersembunyi atau alat perekam suara tersembunyi seperti di film

  • Misunderstood First Love    27. ANAK TIDAK BERGUNA

    Terdengar suara bantingan pintu yang mengejutkan seorang lelaki berusia 45 tahunan. Namanya adalah Gerdy, seorang pemimpin mafia di antara jaman modern saat ini.“Walau kamu adalah anakku sendiri, bukannya sudah di ajarkan tata krama di sekolah?” Dengan santai Gerdy menghisap rokok sambil sibuk melihat dokumen yang berserakan di mejanya.“Papa! Apa maksudnya papa bakar panti asuhan! Papa tahu kan ada bunda di sana! Terutama ada Alieen dan aku di sana!! Apa papa mau membunuh anak sendiri?!” Teriak Shintia yang amarahnya sudah meledak-ledak.Sebuah dokumen tebal langsung menghantam wajah Shintia, dan yang melemparinya adalah Gerdy. Papanya mungkin terlihat tenang namun ada amarah yang tidak ia tunjukkan secara langsung.“PAPA!”Mata Gerdy sangat dingin kepada anaknya sendiri, perlahan dirinya mendekati Shintia, lalu berbicara dengan suaranya yang serak dan berat.“Dengar, jangan pernah bicara masalah ini. Kita sudah sepakat bukan. Sejak kau gagal bawa Bagas kemari, maka tidak ada kemuda

  • Misunderstood First Love    26. KERIBUTAN

    Perlahan Alieen membuka matanya dan ia mulai mendengar suara keributan, lalu Alieen menyadari jika ada suara Bintara yang sedari tadi berteriak memanggil namanya. Dengan lemas ia berusaha untuk bangun dari tempat tidur lalu berjalan perlahan menuju pintu kamarnya. Setelah membuka, Alieen benar-benar melihat Bintara yang sedang berargumen keras dengan seorang perempuan yang berdiri di depan Bagas. Karena penasaran Alieen berusaha mendekati mereka. “Alieen!” Seru Bintara yang menyadari kedatangannya. Ia dengan cepat berlari mendekat dan memeluk tubuhnya. “Lepas!” Alieen mencoba menolak pelukan Bintara. “Alieen, lu kenapa keringatan banyak begini? Lo demam? Maafkan gue, gue memang enggak becus jadi kakak Lo.” Bintara dengan lembut mengelus wajah Alieen. “Berhenti berakting, gue tanya sama Lo, kenapa bisa Lo ada di sini? Bagas, apa Lo yang kasih tahu dia?” “Apa untungnya buat gue Alieen...” “Tapi Lo selalu bilang dia bakal datang temui gue, itu maksudnya apa?” “Tanya saja kakak Lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status