TETANGGA WITH BENEFIT

TETANGGA WITH BENEFIT

last updateLast Updated : 2025-09-26
By:  DityaRCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
62Chapters
420views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Siapa, sih, cewek misterius itu? Dari sekian banyak lokasi bisnis yang strategis di Pecang, kenapa dia malah memilih gedung di sebelahku? Sebagai pemilik Bar, sebenarnya aku sudah lama mengincar gedung itu untuk mengekspansi Brine & Barrel. Ya, karena memang gedung kita melekat jadi satu, hanya terpisah oleh tembok. Tapi sialnya apa? Dia malah bilang kalau akan menetap dan buka toko buku di situ. Sekarang semua rencanaku fix ... gagal total gara-gara dia. Aku benci banget sama dia. Parahnya lagi, setiap kali aku menjaga jarak dengannya, adik perempuan dan kedua nenekku malah gemar sekali menjodohkan kami. Enggak. Pokoknya aku enggak akan pernah rela menyerahkan gedung itu. Jadi ... tetangga baruku, bersiaplah. Permainan kita baru akan dimulai! ──୨ৎ────୨ৎ── Pecang with Benefit Season II

View More

Chapter 1

Pecang

୨ৎ A L D A N I જ⁀➴

  "Ya elah, mending sekalian aja aku loncat ke atas mayatnya, tuh ... terus bilang ‘Eh, maaf ya Mama kamu meninggal. Tapi toko dia masih dijual, kan? Kalian mau jual berapa?’" bisikku kepada saudara tiriku, Danny.

 "Ya maksudku, tuh habis pemakamannya selesai, lah."

Aku naikkan sebelah alis, dan dia malah tertawa. Papa kami pun menoleh ke belakang sambil kasih tatapan mautnya yang khas.

  Kita langsung sembunyikan tangan ke kantong celana dan menunduk sopan. Begitu doanya selesai, semua orang bilang, "Amin."

Orang-orang mulai berdiri tegak lagi, dan bisik-bisik dari warga Pecang pun langsung bertebaran. Semua mata pun ke arah Karin Mirrela yang baru saja kehilangan Mamanya.

Aku dan Danny jalan bareng menuruni bukit pemakaman. Soalnya entah kenapa Karin memilih buat mengadakan acara berkabung di tempat kita. Artinya, kita harus buka tempat itu dan memastikan semuanya siap.

"Aku, kan cuma nyaranin kamu nanya baik-baik aja," kata Danny sambil naik ke mobilnya.

"Ya, udah kamu aja yang nanya," balasku.

"Ngapain juga aku yang nanya? Dia tuh sahabat adikmu, bukan aku."

"Jangan lupa, dia juga sahabat adik tirimu."

Danny memang suka banget melimpahkan semuanya kepadaku, kalau lagi enggak mau ribet. Tapi coba kalau lagi pamer adikku, Alvaro, yang pemain bola terkenal itu, enggak pernah, tuh dia mengaku saudara tiri.

Dan pas Alvaro kasih dia tiket nonton dari kursi VIP? Langsung saja diterima tanpa basa-basi.

"Kamu, kan udah kenal sama dia lama, bro," pekik Danny sambil menyalakan mesin mobil.

"Justru karena itu, makanya makin kelihatan kalau aku enggak punya hati. Ya udah, lah. Aku tetap enggak bakal mau jadi orang pertama yang nanyain soal toko itu."

Kita melambai ke keluarga yang juga turun dari bukit. Alvaro lagi merangkul Karin erat banget. Aku bisa merasakan sakitnya. Bahkan saat kita melewati makam Mama kandungku sendiri, rasanya kayak ditusuk di dada.

Sudah delapan belas tahun berlalu, tapi rasanya tetap perih. Proses healing memang panjang dan susah. Tapi aku yakin, Karin pasti bisa melewati ini, sama sepertiku saat umur dua belas dulu.

  "Kamu, tuh sadar enggak sih, banyak orang yang pingin ngembangin usahanya juga? Kita harus cepat ambil kesempatan ini," kata Danny.

Dan dia enggak salah.

Itu juga salah satu alasan kenapa kerja sama kita di Brine & Barrel bisa berjalan. Di bisnis, Danny berpikir jangka panjang, aku justru berpikir jangka pendek.

Aku yang memikirkan acara trivia seru buat para customer sekarang, sementara dia memikirkan bagaimana caranya minuman kita bisa masuk Supermarket sama Bar di seluruh negara.

Aku tahu dia benar. Aku harus bicara ke Karin soal toko jahit itu, yang letaknya pas banget di sebelah tempat produksi minuman kita. Tapi aku yakin dia juga enggak bakal langsung jual begitu saja.

Masih enggak pasti, sih. Tapi kalau bisa, aku ingin nego lebih dulu, biar bisa bongkar tembok dan perluas tempat kita.

Tapi, Danny, tuh bukan anak asli Pecang. Mungkin itu juga kenapa dia enggak mengerti cara main di kota kecil ini. Dia memang sudah tinggal di sini dari umur tujuh belas tahun, waktu Mamanya menikah sama Papaku, tapi setelah itu kita kuliah, dan dia merasa sudah yang paling mengerti tempat ini.

Padahal Pecang itu kota kecil yang semua orangnya suka mengurusi urusan orang lain. Kalau aku langsung tembak Karin soal jual-beli, besok paginya pasti seluruh kota sudah membicarakanku sebagai cowok yang enggak punya empati.

"Aku ngerti, kok. Tenang aja, aku bakal ngobrol sama dia. Tapi enggak hari ini," kataku.

"Aku, sih enggak lihat bakal ada masalah kalau kamu cuma nanya, ‘Eh, kamu suka jahit?’ Gitu aja. Toh kita juga enggak tahu apa-apa soal Karin, selain dia pingin banget dapetin Alvaro."

Aku menyengir sinis. "Mereka itu sahabatan, bro. Sahabatan biasa!"

 Dia ketawa. "Gila kamu kalau masih mikir gitu. Dia itu tahu semua tentang Alvaro jauh lebih detail daripada Alvaro sendiri. Dia selalu paksa kamu adain nobar di tempat Kita tiap kali Alvaro tanding. Dia bahkan gambar nomor punggung Alvaro di pipinya. Udah jelas banget, dia tuh naksir cowok itu."

"Aku enggak tahu, sih. Aku enggak pernah dapet clu kalau dia emang beneran suka sama Alvaro."

Danny geleng-geleng kepala sambil masuk dari pintu belakang. "Itu tandanya kamu butuh liburan."

Aku keluar dari mobil dan langsung buka jas. Sekarang sudah masuk awal musim kemarau, jadi masih agak dingin.

"Liburan ke mana?"

"Ke dunia nyata, bro. Dunia per-cintaan!"

Enggak kayak Danny, aku jarang banget keluar dari Pecang. Setelah lulus kuliah, kita dapat pinjaman modal buat buka Bar minuman fermentasi, dan aku taruh semua energi dan duitku ke bisnis ini biar sukses.

Di kampus, sih aku sempat pacaran, tapi aku tahu dari awal kalau hidupku bakal berputar saja di kota kecil ini.

Pecang itu rumahku. Aku enggak ingin tinggal di kota besar, tapi sayangnya enggak semua cewek bisa menerima untuk tinggal dan hidup di kota kecil ini. Bukan berarti aku jomblo stadium akhir, ya.

Kita masuk ke Bar, menyalakan lampu. Aku jalan ke pintu depan, buka kunci, dan hapus tulisan "Tutup untuk sementara" dari papan tulis di luar.

Toko jahit Mirrela ada di sebelah, sepi dan gelap. Enggak tahu, deh terakhir buka kapan. Sejak Mirrela pertama kali divonis sakit, Karin sempat mencoba tetap menjalankan tokonya, berharap Mamanya bisa sembuh dan kembali lagi. Tapi ya … enggak kesampaian.

Sekarang toko itu mangkrak, padahal lokasinya di pusat kota.

Aku melangkah ke arah sana, memperbaiki tenda toko yang semalam terbalik kena angin. Tapi tetap saja kelihatan usang, warnanya pudar, bahannya robek.

Walikota kami, Ivoe, pernah memaksa semua toko di alun-alun buat punya tenda senada, biar terlihat rapi. Banyak aturan menyebalkan dari dia, tapi ya sudah, lah.

Pusat kota kita memang kecil, tapi keren. Tata kotanya diprioritaskan buat pejalan kaki. Parkiran semua ada di belakang bangunan, jalanan batu bata jadi pemisah antar toko.

Saat musim turis, lampu-lampu hangat digantung di atas jalan. Kalau musim tahun baru, lampunya diganti warna-warni plus hiasan daun cemara.

Pecang mungkin kota kecil, tapi buat aku keren banget dan ... selamat datang di rumahku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Putri Salju
gra2 surat wasiat amhirnya si maya sama Al bisa berjodoh
2025-09-30 19:39:56
0
user avatar
queen
LUUUV ALDANI & MAYA 🤍
2025-09-30 00:27:22
0
user avatar
Moh Daim
Kok tmben dikit bgt uni uni nya thor?
2025-09-29 23:51:28
1
user avatar
Robbiatul
dikirain yang mau balik ke jakarta si Maya, eh ternyata Mamanya selamat buat kalian Maya & Aldani langgeng terus
2025-09-29 23:43:32
1
user avatar
Sartika
Harusnya kalau mereka komit HTS an ya ga usah pke perasaan lah, tapi mana ada si, ujung2nya jga bakal baper, hadeeh
2025-09-20 23:43:51
3
user avatar
Saraswati
Aldani cowok redflag!!
2025-09-20 23:35:45
4
user avatar
Yesica
Nyesek bgt baca surat wasiatnya
2025-08-27 18:53:02
3
user avatar
Hinangi
Kasian si Mayaaaaaaaa, thorrrr!
2025-08-27 18:41:42
3
62 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status