Share

7.

Mila mendelik kaget saat menemukan lagi sebuah note yang tertempel di depan pintu kulkas. Sepertinya dari tuan majikannya, Leon. Tapi, seingat Mila ia tidak ada meninggalkan note untuk pria itu kecuali mengenai sisa uang belanja yang ia taruh di ranjang tempat tidur Leon.

Jadi, untuk apa majikannya meninggalkan note untuknya? Apakah sesuatu yang penting? Mila penasaran menarik note itu dan mulai membacanya.

Terima kasih untuk hidangan makanan tadi malam. Sangat enak dan aku menyukainya. Modern maid.

Leon :D

"Apa? Modern maid?" pekik Mila menganga tak percaya membaca kembali dua kata itu.

Entah sebagai panggilan sayang atau sebuah julukan untuknya, Mila tidak tau. Tapi, yang pastinya tak mungkin panggilan sayang. Memangnya dia siapa sampai harus disayang?

Cuma pembantu! Itu suara batin Mila yang berseru menyadarkannya dari segala kehaluan.

Mila menggelengkan kepalanya, menepis semua pikiran aneh dan konyolnya.

Ini masih pagi yang sebentar lagi menuju siang, Mila memutuskan untuk langsung mengerjakan sesuatu. Seperti biasa, yang pertama kali akan ia kerjakan adalah mencuci pakaian kotor milik sang majikan.

Sebenarnya pakaian-pakaian itu tidaklah kotor, dan itu yang kadang membuat Mila heran kenapa pakaian Leon bersih tak ada noda saat di cuci?

Bagaimana cara pria itu memakai pakaiannya hingga masih tampak bersih? Atau tubuh pria itu yang kelewat sempurna sampai keringat pun tak mau meninggalkan bau di tubuhnya? Entahlah, yang pasti tuan Leon sangatlah pembersih.

Beberapa saat kemudian Mila telah selesai mencuci baju dan menjemurnya, kini beralih ke pekerjaan lainnya. Yaitu mencuci piring, kemudian nyapu dan mengepel seluruh lantai di rumah ini sampai bersih dan kinclong.

Mengelap serta memastikan seluruh debu tidak menempel Mila pun akhirnya melakukan tugas terakhirnya yaitu memasak makan malam untuk sang tuan majikannya yang menyebalkan itu. Mila mengulum senyum geli, bila mengingat Leon maka pasti kata menyebalkan tak mau lepas. Seakan itu memanglah suatu gelar yang cocok untuk Leon.

Ah baiklah, kembali lagi fokus pada kerjaan. Menu masakan makan malam kali ini pun cukup simpel dan sederhana. Karena Mila tak tau apa makanya favorit Leon.

Pria itu mengatakan jika ia menyukai semua makanan, tapi paling tidak Leon pasti juga mempunyai makanan favoritnya. Mila sendiri saja punya makanan favoritnya. Hmm, apakah Mila perlu menanyakannya pada Leon nanti melalui note?

Bolehkah? Apakah tidak terlalu lancang jika Mila bertanya demikian? Akankah Leon akan marah jika Mila bertanya tentang makanan kesukaannya?

Ah, sepertinya bukan sesuatu hal yang serius. Tapi, Mila memang sangat penasaran akan hal-hal seperti itu. Menurutnya penting untuk mengetahui hal-hal apa saja yang Leon suka dan juga yang tidak disukainya.

Tentu sebagai pembantu baru Mila ingin memberikan yang terbaik untuk Leon. Jangan sampai deh Mila melakukan kesalahan walau sedikit saja, sebab sedikit banyaknya Mila sudah tau mengenai sikap arogan dan kejam yang dimiliki Leon.

Pria itu tak segan-segan akan langsung memecatnya walau hanya kesalahan kecil sekalipun yang ia lakukan. Bagi Leon, tiada pengampunan untuk orang yang melakukan kesalahan.

Sadis!

Ya begitulah, Mila sampai bergidik ngerih mendengarnya dari orang-orang yang mengetahui banyak mengenai keluarga Prakasa ini. Terutama Leon, tak sedikit orang yang membenci pria itu. Dan tak sedikit pula banyak wanita yang begitu memuja sosok Leon yang katanya sangat tampan bak para dewa Yunani.

Entahlah, Mila tidak tahu sebab ia belum bertemu langsung dengan orangnya. Dan karena perkataan itulah Mila menjadi sangat penasaran akan sosok Leon yang katanya sangat tampan. Eh tidak, bahkan kelewat tampan.

***

Tuan, saya ingin mengajukan satu pertanyaan. Eh, tidak! Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan pada anda, Tuan.

Tetapi sebelumnya, saya mohon maaf jika tindakan saya ini mungkin lancang bagi anda.

Uhm, makanan favorit Tuan apa?

Mila :p

Leon tergelak setelah selesai membaca isi note dari Mila. Apa-apaan wanita ini?! Setelah membuatnya tegang setengah mati akibat pertanyaan yang ingin wanita itu ajukan, kemudian Mila membuat perutnya terasa menggelitik akibat pertanyaannya.

Leon menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggumam menyebut nama Mila dua kali. Kenapa gadis ini unik sekali, sampai harus takut segala hanya untuk menanyakan makanan kesukaannya. Menurut Leon membatin dalam hati.

Awalnya Leon pikir jika Mila ingin bertanya sesuatu yang agak sensitif dan diluar batas pekerjaannya, seperti bertanya apakah Leon masih perjaka?

Nah, kalau seperti itu mungkin Mila bisa ketakutan ingin bertanya dan tentunya saja Leon marah. Dan bahkan mungkin langsung memecatnya.

Kalaupun Mila sungguh bertanya seperti itu maka Leon pun akan tetap menjawabnya. Lalu setelah itu memecat Mila. Simpel kan?

Haduh, memikirkan tentang Mila yang Leon tidak tau rupa dan wujudnya seperti apa tiba-tiba saja membuatnya penasaran akan wajah wanita itu.

Apakah cantik, langsing, tinggi dan seksi?

Seketika kata-kata itu yang tercetus dalam benak dan pikiran Leon yang bertanya-tanya sendiri.

Sungguh, hal seperti ini tak pernah terpikirkan oleh Leon yang memang tidak terlalu suka bertatap muka langsung dengan lawan jenis.

Entahlah, ia menyukai wanita yang cantik, langsing dan seksi. Tetapi ia cenderung benci dengan wanita yang genit, apalagi jika genitnya melebihi batas yang justru membuatnya mual ingin muntah.

Hah, semoga saja pembantu barunya ini tidak seperti itu. Tetapi, kenapa juga Leon jadi memikirkannya sampai kesana?

Oh, astaga! Itu bukanlah urusannya. Terserah mau seperti apa Mila, itu tidak penting baginya. Yang terpenting adalah selama wanita itu bekerja dengan baik dan benar tanpa ada celah melakukan kesalahan sedikitpun maka Leon baik-baik saja. Bermurah hati dan terus tetap mempekerjakan Mila di rumahnya. Noted!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status