“Wanita itu memang tidak tahu malu!” geram Andre saat Catherine sudah menghilang di balik pintu yang tertutup rapat.“Kenapa kamu tidak menikah dengannya saja, Ndre?” tanya Lydia sambil meletakkan Zee yang sudah tidur pulas ke tempat tidurnya.\“Mimpi buruk untukku kalau menikahi wanita simpanan Daddyku itu!”"Bagaimana denganku? Aku memiliki anak diluar pernikahan. Apa kamu akan memperlakukan aku seperti kamu memperlakukan Kate?" tanya Lydia."Kamu mau memberitahuku siapa pria yang menghamilimu itu?""Tidak, aku tidak akan memberitahumu, Ndre. Boleh aku memanggil namamu saja kan? Toh sebentar lagi kita akan menikah.""Ya, silahkan.""Meski aku tidak mencintai pria itu, tapi aku tetap akan terus merahasiakan identitasnya."Andre ingin bertanya apakah dia lah pria itu? Tapi pertanyaan yang keluar dari mulutnya hanyalah,"Untuk apa? Untuk menjaga nama baik pria itu?""Bukan, tapi karena saat ini putriku berada di tangannya. Pria itu sangat berpengaruh, aku takut kalau aku salah langkah
Catherine sedang merayakan pesta bersama teman-temannya selepas wisuda mereka hari itu di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan ketika ponselnya berdering. Ia baru akan menerima panggilan telepon dari nomor asing itu ketika panggilan itu berakhir, yang ternyata sudah ada lima panggilan tak terjawab dari nomor yang sama sebelumnya.Karena berasal dari nomor asing, Catherine tidak terlalu mengambil pusing panggilan telepon itu. Ia pun memasukkannya kembali ke dalam tasnya lalu ikut bergabung lagi ke dalam obrolan teman-temannya.Sejurus kemudian ponselnya kembali berdering. Catherine mendesah kesal sebelum mengeluarkan lagi ponselnya itu, masih dari nomor yang sama hingga kedongkolannya semakin memuncak,"Selamat malam. Maaf, apa saya sedang bicara dengan Ibu Catherine?" tanya penelepon itu.Dipanggil ibu saat jelas-jelas usianya sedang berada di puncak keemasannya tentu saja membuat kesabaran Catherine habis,"Kalau anda mau menawarkan pinjaman, maaf saya tidak tertarik!" ketus Caher
Setelah memastikan Zee sudah pulas, Andre melangkah keluar kamar diikuti dengan Lydia yang mengekor di belakangnya. Sesuai perintah Andre tadi kalau mereka akan membahas detail kontrak pernikahan mereka setelah Zee tidur.Joshua baru saja memperlihatkan isi surat kontrak itu saat telepon apartment Andre berdering. Joshua pun segera mengangkat telepon yang hanya petugas keamanan dan pengelola apartment saja yang bisa menghubunginya,"Selamat malam dengan kediaman Andre Beaufort."Entah apa yang dibicarakan sang penelepon hingga Joshua hanya fokus mendengarkannya saja. Sampai akhirnya Joshua bertanya sambil menatap Andre,"Seorang wanita dengan pakaian berwarna pastel?"Andre tahu kalau wanita yang Joshua maksud adalah Catherine, jadi ia melangkah cepat untuk meraih gagang telepon dari Joshua,"Wanita itu tamu saya! Ada apa dengannya? Apa dia membuat keributan di bawah?" cecar Andre. Apapun tentang Catherine tidak ada yang positif untuk pria itu."Tamu wanita anda pingsan di depan lobby
"Kamu mau pulang, Kate?" tanya salah satu dari dokter itu dengan lembut.Andre dapat melihat binar ceria di mata Catherine saat mengenali dokter muda nan tampan itu,"Alvin, kamu tugas di sini sekarang?" tanyanya."Ya, aku cukup terkejut ketika melihat namamu di daftar pasien," jawab Alvin sambil matanya seperti mencari seseorang,"Umm, di mana si cantik, aku tidak melihatnya?" tanyanya, wajah Catherine pun seketika memucat.Tidak mau Andre tahu kalau ia lah mommy kandung Zee yang sebenarnya, Catherine pun mengalihkan pembicaraan dengan cepat,"Maksudmu Diana? Aku tidak tahu keberadaan dia sekarang!"Alivin pun mengerjapkan matanya dengan bingung dan Catherine menariknya menjauh. Ia tidak mau rahasianya terbongkar saat itu juga. Atau Daddy Isaac akan melarangnya bertemu dengan Zee lagi. Catherine tidak bisa hidup tanpa putrinya itu."Maaf saya pinjam dokter Alvin sebentar!" serunya pada yang lainnya. Sontak saja semua mata menatap bingung mereka, mungkin baru kali ini mendapatkan pasi
"Kamu lihat sendiri kan betapa tidak tahu malunya wanita itu karena menghilang bersama pria lain di saat masih ada kita!" geram Andre pada Lydia dalam perjalan pulang menuju apartmentnya."Karena ada yang ingin mereka bicarakan secara pribadi, Ndre.""Mau apapun alasannya, kenapa tidak menunggu kita pulang saja baru mereka bicara apapun yang ingin mereka bicarakan?""Aku yakin sekali kalau dokter tampan tadi pasti teman dekat Kate, mereka terlihat akrab.""Dokter tampan? Cih, jadi seleramu hanya sebatas pria itu saja?""Astaga, Ndre. Caramu mengeluh seperti seseorang yang sedang cemburu saja," kekeh Lydia, sontak saja hal itu membuat Andre berang karenanya,"Cemburu? Hah! Aku cemburu pada pria itu? Aku hanya cemburu pada pria yang status sosialnya berada jauh di atasku!" elak Andre.Seperti Aaron yang sudah merebut Azalea darinya. Satu-satunya pria di muka bumi yang dapat membuat Andre cemburu setengah mati.'Kalau bukan cemburu lalu apa namanya? Ndre, aku sudah cukup lama bekerja den
Meski terus menggerutu, Andre meminta supirnya untuk kembali ke rumah sakit. Dan saat ia sampai, ia melihat Catherine sedang jalan bersisian dengan Alvin sambil berbincang yang sesekali diselingi dengan tawa mereka."Sial wanita itu!"Dengan cepat Andre membuka pintu mobilnya meski belum berhenti sepenuhnya. Ia berderap cepat ke arah Catherine untuk menarik tangan wanita itu,"Beraninya kamu menyelingkuhi Daddyku!" desisnya dengan penuh amarah yang membuat dadanya seolah terbakar."Selingkuh? Siapa yang selingkuh?" Catherine balik nanya."Jangan pura-pura bodoh! Daddy begitu mengkhawatirkanmu, tapi kamu malah asik berduaan dengan pria lain!""Aku sudah menghubungi Tuan Isaac tadi kalau aku akan tidur di hotel sampai Tuan Isaac pulang, atau sampai semua pelayan rumahmu itu kembali bekerja," jelas Catherine. Lagipula kenapa Andre yang harus marah? Sementara daddy Isaac saja tidak masalah Catherine tidur dimanapun."Bersama dengan pria itu?""Astaga tidak, Ndre! Alvin hanya akan menganta
"Ndre, sebaiknya aku langsung pulang saja ya, sudah larut malam. Aku tidak mau membuat keluargaku khawatir," pinta Lydia setelah suasana di dalam mobil hening untuk waktu yang lama.Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat mencairkan suasana. Mereka malah asik dengan pikiran mereka masing-masing."Baiklah, di depan belok kanan kan?" tanya Andre."Ya benar, Ndre."Tanpa menunggu perintah Andre, supirnya pun langsung belok ke kanan, masuk ke sebuah komplek perumahan mewah yang banyak dihuni oleh para pejabat tinggi, artis ternama, juga para pengusaha. Ayahnya Lydia memang pensiunan pejabat di pemerintahan, mungkin karena itulah mereka tinggal di komplek perumahan ini.Mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Lydia. Meski pintu pagarnya sudah dibuka lebar, namun Andre tidak mau mampir, ia ingin segera bertemu dengan Zee, ia sangat mengkhawatirkan putrinya karena hanya diinggal berdua saja dengan Joshua.Setelah mobil sepenuhnya berhenti, Lydia membuka pintunya, lalu sedikit menunduk sa
Andre hanya meninggalkan Catherine dan Zee sebentar saja untuk membersihkan dirinya, lalu menerima telepon dari Joshua mengenai agenda Andre besok, tidak lama hanya sebentar.Tapi ketika Andre kembali ke kamar Zee, putrinya itu sudah tertidur pulas di atas pangkuan Catherine yang juga tidur bersandar pada sofa yang dibuat khusus untuk menyusui, sementara ice bag yang sudah tidak terlalu dingin lagi tergeletak begitu saja di lantai.Sambil berdecak pelan, Andre menggelengkan kepalanya. Mudah sekali mereka tidur, sementara Andre hanya sekedar memejamkan kedua matanya sebentar saja pun tidak bisa. Terlalu banyak yang ia pikirkan saat ini.Tidak mau membangunkan Zee dan Catherine, dengan sangat perlahan Andre melangkah mendekat untuk menaikkan selimut Zee, lalu sedikit menunduk untuk mengambil ice bag dan memindahkannya ke nakas samping sofa menyusui yang Catherine duduki.Lantai yang terbuat dari marmer kelas satu itu membantu meredam gerakan kaki Andre, hingga baik Catherine maupun Zee