Home / Romansa / Money And The Power / 3. Pembuat Onar

Share

3. Pembuat Onar

last update Last Updated: 2021-08-31 12:53:56

“Sial! Males banget hari ini olahraga. Mana panas banget,” gumam Eren sembari merentangkan tangannya ke atas.

      Eren mengambil seragam olahraga miliknya dari loker. Ia menuju toilet sekolah. Sekolah yang ia masuki, masuk dalam kategori elit kelas atas sehingga toiletnya juga bersih seperti hotel berbintang. Tidak hanya Eren, banyak juga murid lainnya yang menggunakan toilet dilantai 3.

BRAK!

      Serombongan kakak kelas yang juga memiliki jam olahraga yang sama, menendang pintu utama toilet. Ada teman sekelas Eren yang ditarik paksa. Ia berderai airmata, tubuhnya gemetaran sembari memegang kacamata ditangannya.

“Apa aku menyuruhmu untuk ganti?” bentaknya.

“Ma—maaf Kak!” jawab gadis kecil yang malang itu.

“Lepas atau aku akan menelanjangimu!” ancamnya.

      Eren sudah seperti iblis yang ikatan liarnya terputus. Segel yang membelenggunya sewaktu di sekolah lama, terhempas. Ia bebas melakukan apapun. Eren tidak tahan mendengar bentakan, makian, apalagi melihat sesama murid meratukan dirinya sendiri hanya karena orangtuanya lebih berkuasa.

Prang!

      Eren memukul kaca sampai kaca itu berserakan di atas lantai. Ia melirik tajam. “Berisik! Bisakah kalian diam? Kau pikir, toilet lantai 3 ini milikmu?” seru Eren sembari membersihkan tangannya yang berdarah.

“Kau siapa? Jangan-jangan kau anak baru ya? Heuh...” dengkusnya. “Kau tidak tahu siapa aku?” imbuhnya. Tingkahnya masih saja sombong dan sangat memuakkan.

Tap... Tap... Tap...

      Eren melangkah maju mendekati kakak kelas yang entah siapa namanya, apalagi asal usulnya. Ia tidak memiliki rasa takut meski kakak kelas itu memiliki tubuh lebih besar darinya.

Sret!

     Eren menarik teman sekelasnya yang malang. “Kemarilah! Kau bisa berlindung dibelakangku,” pinta Eren.

“Tapi, kau—“

“Jangan pernah takut pada apapun.” Eren menegaskan sekali lagi. Gadis itu akhirnya berdiri sembari menunduk dibelakang Eren.

Grep!

      Kakak kelas menarik baju bagian depan Eren. “Kau pikir, dengan tubuhmu yang sebesar kedelai, bisa mengalahkanku?” ucapnya dengan sangat angkuh.

“Hei, kalian!” Eren menunjuk ke arah para murid yang terjebak untuk menjadi saksi. “Kalian lihat sendiri, bukan, kalau bukan aku yang memulainya?” tanya Eren. Merekapun akhirnya mengangguk. Eren menyeringai. “Kalau aku mulai bergerak, berarti bukan aku yang bersalah. Kalian harus menjadi saksi,” imbuhnya.

“Bisakah kau berhenti mengoceh?” gertaknya sembari mencengkram rahang Eren.

“Benar-benar tidak sabar untuk mengujiku, ya?”

syut!

Brak!

“Akh!”

       Eren memutar tangan orang itu, memutar tubuhnya sendiri dan membanting tubuhnya sampai terdengar suara tulang yang patah. Mungkin saja, tangan dari kakak kelas itu tidak akan bisa digunakan untuk memukul beberapa minggu ke depan.

“Beraninya murid buruk sepertimu memegang wajahku!”

       Gadis yang malang itu menarik Eren. “Kakak, sudah hentikan. Masalah ini akan panjang kalau lebih dari ini,” ucapnya dengan suara yang sangat lirih.

“Apa kau takut atau kau sedang mengkhawatirkanku, Nona manis?” goda Eren. “Sudahlah. Aku akan berhenti karena permintaanmu,” pungkasnya.

      Eren membawa gadis itu keluar melangkahi tubuh kakak kelas yang terbaring kesakitan di atas lantai. Gadis itu sedikit takut untuk melewati karena mata kakak kelas menyorot tajam ke arahnya. Tapi sekawanannya kabur begitu saja setelah Eren berhasil memberikan pelajaran.

Kretek!

“Akh!” teriak kakak  kelas.

       Eren diam dan terus melangkah keluar tanpa merasa bersalah. Ia menginjak lengan kakak tingkat sekuat tenaganya. 

“Aku tidak akan membiarkanmu lain kali! Aku akan membalasmu. Ingat itu!” teriak kakak kelas.

      Eren menghentikan langkahnya. Ia menoleh, memberikan senyuman kemenangan dari wajah mungilnya. “Akan aku ingat dan akan aku nantikan balasan darimu!”

*** 

“Pagi, Pak Vidor!” sapa para murid.

       Vidor Haqsi adalah guru olahraga. Berkatnya, tim basket selalu menjadi juara. Wajahnya tampan, tubuhnya tinggi dan lagi, senyumnya menawan sampai para murid selalu diam-diam mengintip hanya untuk melihat senyumnya.

“Hei, kau!” teriak Pak Vidor. 

“Kyaaaaaa! Apa kalian dengar suaranya?” Para siswi histeris mendengar suara Pak Vidor. Suaranya terdengar berat. Benar-benar suara pria.

       Pak Vidor mengelus kepalanya oleh tingkah satu siswi yang memusingkan. Ia berjalan, berteriak tapi sama sekali tidak dihiraukan. Langkahnya semakin dekat dengan lokasi, di mana seorang siswi sedang memanjat tiang ring basket pria yang terbilang tinggi.

“Turun!” teriak Pak Vidor.

“Apa? Aku tidak dengar!” sahutnya.

“Eren Muchen, turun!” teriak Pak Vidor untuk yang kedua kalinya.

       Eren awalnya melihat pengait ring ada yang terlepas. Pada dasarnya, ia bukanlah wanita yang bisa diam, Eren akhirnya berinisiatif untuk memanjat dan membenahinya dan itu hanyalah alasan karena dia memang ingin memanjat saja di atas sana.

“Aduh” pekik Eren. Sedari tadi ia tidak menyadari kalau yang menegurnya adalah seorang guru.

“Apa kau baik-baik saja? Cepat turun!”

“Pak, maafkan saya. Saya tidak bisa turun.”

“Kenapa?”

‘Kenapa ya? Ya karena aku tidak ingin,’ batin Eren.

“Eren Muchen!” teriak Pak Vidor. Ia sudah naik darah menghadapi Eren. Eren yang ditunggunya turun, malah duduk santai di ring.  “Kalau kau tidak turun, saya akan menghubungi Ayahmu!” ancamnya.

“Pak, coba Bapak naik. Dari sini bisa lihat apa yang gak bisa dilihat dari situ,” ucap Eren.

“Astaga, Eren. Kau ini benar-benar mau buat saya cepat stroke?” keluh Pak Vidor.

Tap... Tap... Tap...

       Pak Aaron sedang mencari Kiana tapi ia mendengar keributan sampai akhirnya memutuskan untuk melihatnya. Pak Aaron menaikkan sebelah alisnya dan perlahan melihat ke atas.

“Apa yang dia lakukan? Kau memintanya memanjat? Dia itu siswi, Pak Vidor!” ucap Pak Aroon.

“Bagaimana bisa, Anda menjadi Kepsek? Hal seperti ini saja tidak bisa Anda mengerti?” 

“Mungkin karena aku tampan.” Kepercayaan dirinya terlampau tinggi.

“Baiklah, Pak Aaron. Bisakah Anda membantu saya menurunkan siswi yang kerasukan jiwa monyet?” Pak Vidor benar-benar menekan emosinya. 

“Bagaimana caranya? Apa saya juga harus memanjat?” tanya Pak Aaron.

“Hah!” Pak Vidor menghela nafasnya. “Saya rasa, lebih bagus kalau Anda pergi, Pak Aaron. Biar saya atasi sendiri!” 

‘Sialan! Aku benar-benar ingin marah sekarang,’ batin Pak Vidor.

       Pak Aaron menepuk pundak Pak Vidor. “Biar saya yang urus. Dalam 1 kalimat, dia akan turun,” ucapnya.

“Satu kesempatan.”

       Pak Aaron bersiap. Ia menempati posisi Pak Vidor. “Eren, kalau kau tidak turun, saya akan panggil Zavier!” teriak Pak Aaron.

“Ap—apa? Ja—jangan, Pak!” pekik Eren.

        Pak Aaron langsung dengan bangganya memamerkan senyumnya. Eren akhirnya menurut dan turun. Entah apa yang membuatnya turun setelah mendengar nama Zavier.

“Ak! Sakit, Pak. Lepaskan. Aduh... Itu tangan apa tang?” teriak Eren. Pak Aaron menjewer telinga Eren sampai memerah.

“Pak, bukankah seharusnya saya yang memberikan hukuman?” tanya Pak Vidor.

“Bukankah sama saja?” balas Pak Aaron. “Saya yang menang jadi saya yang menghukum.” Pak Aaron benar-benar tidak ingin kalah.

“Tidak bisa. Saya sudah mengeringkan tenggorokan karena berteriak dan juga berdiri sampai pegal. Saya ingin menghukumnya dengan hukuman berat.”

“Tidak bisa!”

         Eren melirik ke arah Pak Aaron atau Pak Vidor. Dua-duanya tampan rupawan. Yang satu cool dan yang satu terlihat lembut. Sejenak, Eren sedikit melambung tinggi membayangkan dirinya diperebutkan oleh pangeran.

“Pak! Pak!” panggil Eren.

“APA?” Jawab keduanya.

“Bagaimana kalau Bapak suit?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Money And The Power   316. End

    Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,

  • Money And The Power   315. Kebenaran 2

    Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini

  • Money And The Power   314. Kebenaran

    Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk

  • Money And The Power   313. Pengkhianat

    Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a

  • Money And The Power   312. Psychopath

    Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida

  • Money And The Power   311. Penyelamatan Nyonya Dum

    Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status