=====
"Apa tidak ada pelukan perpisahan?" Julia masih saja gigih menggoda Estelle. Bahkan tertawa anggun saat mendapat tatapan tajam Valeri.
"Diam kamu! Urus saja urusanmu sendiri!" ketus Valeri. Matanya mengedar melihat orang-orang di sana mulai berkasak kusuk, sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan Estelle. Dengan segera, Valeri pun kembali menarik temannya.
"Sialan! Wanita gila itu benar-benar sengaja!" pikir Valeri. Suara lantang Julia mengambil alih atensi orang-orang di sana. Valeri berani membawa Estelle turun karena dari yang ia tahu, sebagian wartawan sedang mengisi perutnya. Mungkin mereka berpikir, Estelle tidak akan turun ke bawah selama masih jam kerja.
Julia hanya tertawa menanggapi umpatan Valeri. Ia melangkah santai mengikuti dua wanita yang terg
Tempat untuk menghibur hati yang sedang bersedih, versi Sam adalah galeri lukisan. tenang dan nyaman, bukan maksud tenang karena sepi tidak ada pengunjung. Di sana, gedung besar dan luas berlantai dua, setiap hari akan selalu ramai pengunjung.Galeri Toaz yang berada di dekat perbatasan Queens dan Brooklyn, menjadi pilihan Sam untuk meredakan segala macam rasa suntuk di hati Estelle.“Indah, bukan? Apa kamu tahu, lukisan ini satu-satunya lukisan yang tidak dijual oleh pemiliknya. Lukisan yang katanya menyimpan jiwa orang terkasih, sang pelukis percaya, kalau kekasihnya selalu hadir menemani dirinya saat membuat ini,” kata Sam dengan suara rendah. Di belakang tubuhnya, tangan kanannya memegang lengan kiri. Pose santai yang terlihat sangat menikmati bingkai-bingkai bermandikan warna indah di sana.Estelle memandang Sam kagum, berpikir pria yang mengerti makna dibalik lukisan itu sangat keren. “Jiwa orang
“Tidak mau, kamu harus makan dulu bersamaku baru akan aku antarkan pulang.” Refleks Estelle langsung kembali menoleh pada Sam. “Tenang, kita akan makan di tempat yang hanya ada kita berdua ... kita ke rumahku, oke?” ===== "Apa ini tindakan yang benar?" Sudah berkali-kali Estelle menolak, tetapi Sam tidak menggubris penolakannya dan terus saja melajukan mobilnya. Hingga pada akhirnya, dengan kakinya sendiri, ia benar-benar menginjak rumah besar milik Sam Owen. Mungkin besarnya tiga kali lipat dari rumahnya yang hanya memiliki tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Perkarangan luas yang dihuni oleh beberapa tanaman dan bunga, serta gazebo kecil yang terisi dengan kursi malas dan meja kecil ... semua itu, sempat membuat Estelle tidak berkedip. Semua yang ia lihat di perkarangan itu adalah ciri-ciri halaman rumah yang ia suka. Bahkan Estelle sampai menelan saliva ketika melihat rumput yang membentang luas. Pasti akan lebih terasa nyaman jika diinja
"Madre, beri El kekuatan. Mantra yang Madre berikan tidak cukup," lirihnya di sela isak tangis yang ia redam suaranya. ===== Candle light dinner, kira-kira seperti itu penampakan di ruang makan yang cukup luas di sana. Meski tanpa lampu yang meredup, tetapi lilin dan bunga mawar merah yang menghiasi meja sudah cukup membawa kesan romantis, terlebih ada sebotol wine yang juga ikut disediakan. Biasanya, Sam makan dengan penampilan meja yang biasa saja. Cukup ada air dan makanan. Namun, beberapa menit lalu ia memerintahkan pengurus rumahnya untuk mengatur ulang ruangan itu agar terlihat lebih nyaman dan cantik. Bagaimanapun, Estelle adalah tamu spesialnya. "Tuan, apa mau saya datangi saja? Mungkin, Nona tersesat," ucap pelayan wanita paruh baya. "Tidak perlu, biarkan dia menikmati waktu sendirinya," balas Sam seakan mengerti apa yang sedang diperlukan Estelle. Kedua tangan yang menampung dagu mulai dituru
Dalam ruangan yang minim pencahayaan. Wangi aroma segar dan manis strawberry yang menguar, tercium di sana. Bayangan dari dua tubuh yang saling bertumpuk di atas ranjang nampak terlukis jelas di dinding. Entah sudah berapa kali, suara erangan dan hembusan napas berat terdengar mengusik sunyi di sana. Sepasang kaki berbulu, terlihat sedang dalam posisi tengkurap. Sedangkan, sepasang kaki lain terjulur di bawah kaki berbulu itu. Saling berpelukan di atas ranjang mobil MQueen. Kaki yang menggantung, menjadi bukti jelas kalau ranjang itu terlalu kecil untuknya. "Lea, sampai kapan aku akan seperti ini?" Tidak ada jawaban. Dave kembali menghela napas, tangannya semakin erat memeluk tubuh besar dan lembut yang berada di atasnya. Lingkar emerald yang memaku lurus pada langit-langit, nampak tidak bersinar. Kini, pikiran Dave sedang menjelajah mundur, mengingat kejadian di mana dirinya dibentuk untuk membenci wanita. Sejak berusia tujuh tahun, Dave tela
[Aku menunggu kata terima kasihmu. Sebagai Daddymu, sudah seharusnya aku membereskan masalah anakku, bukan? Lihat keuntungan yang akan kamu dapatkan berkat diriku.]=====Keseriusan sorot mata dibalik bingkai kacamata yang merefleksi layar laptop tidak menjamin semua pikirannya juga ikut terfokus pada tugas-tugas kantornya itu. Sudah hampir tiga jam, Dave menyibukkan diri dengan setumpuk laporan hotel yang seharian kemarin ia tunda, ditambah kiriman berkas dari Sam yang harus ia periksa dan harus dikembalikan siang ini.Jika ditanya mengapa pekerjaannya bisa terbengkalai, itu semua karena Louis. Pria itu mengacaukan rencananya. Harusnya ia sudah bisa menghancurkan Estelle, tetapi sekarang kenapa dirinya merasa ikut hancur? Meski semua orang masih berpihak padanya.Kembalinya Louis ke negara ini tanpa kabar membuatnya terkejut. Apalagi pria yang berstatus sebagai ayahnya itu sudah tahu kalau phobianya belum benar-benar sembuh. Bukan hanya sekedar menebak,
Hola kakak-kakak yang baik hati, jangan lupa rate bintangnya ya^^Thanks, happy reading!------------[Ada proposal dari Louis yang dikirim ke Zeta, mau lihat? Datang ke kafe SkyCoffee, pertigaan 67th Ramones Way. NB : Jangan lupa berkas kirimkan berkas yang semalam aku berikan.]=====Sebuah ponsel tergengam. Terengkuh oleh tangan yang bergetar samar. Menggenggam seraya menampung rasa sakit, rindu, dan kecewa. Kepala yang tertunduk, tersembunyi ke dalam hoddie navy blue, benar-benar menutup akses untuk orang sekitar. Tidak ada yang bisa mengintip wajah sembab di balik beberapa helai surai chestnut yang ikut turun menyembunyikan kesedihan pemiliknya. Bibir tanpa polesan gincu yang biasanya setiap pagi mempercantik dirinya, kini tampil pucat dan kering.Layar berukuran 6,3 inci masih menyala karena terus saja disentuh oleh ibu jari yang mengusap pelan muka ponselnya. Menarik jauh pesan-pesan tanpa balasan. Lingkar cokelat ge
Please don't be a silent reader ╥﹏╥Yuk, sebarkan suara kalian di setiap paragraf cerita ;*-------"Hargh! Dasar keras kepala! Daripada membahas itu, lebih baik kamu jelaskan! Bagaimana bisa kamu kenal Pak Dave?! Bagaimana kamu bisa dihamili oleh dia, El?! Aku senang kamu sudah mau menjalin hubungan dengan pria lain, tapi kenapa sampai hamil?!"=====Estelle membisu. Sudah tidak kaget lagi dengan rumor aneh itu. Namun, kenapa nama sialan itu bisa terucap dari mulut Alan?"Kamu, bagaimana kamu kenal dia?" Estelle menyentuh tangan yang sedang menggunakan armsling. "Ceritakan padaku, Al. Seberapa hebatnya dia sampai kamu juga mengenal pria itu?!"Estelle masih sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Sepertinya Dave memang cukup terkenal dan hanya dirinya saja yang tidak tahu dunia sosial. Ah ... tetapi Valeri juga tidak mengenalnya. Bahkan Julia pun menyuruhn
Please, don't be a silent readers! T-TThanks! Happy reading!------"Siapa yang menangis?"=====Kematian seakan sedang mencoba menyapa pria yang duduk gelisah di sana. Terhimpit oleh pandangan tajam dari dua mata yang sejak tadi menguliti diri Sam. Meneguk minuman dan mengalihkan pembicaraan adalah hal yang sejak tadi Sam lakukan.Saat Sam sedang bertelepon ria dengan seseorang untuk membahas soal pencekalan dan penarikan semua artikel tentang Estelle, tanpa ia duga, Noel yang sedang memesan minuman mendengar semua itu. Bodohnya, punggung Sam yang membelakangi akses keluar masuk kafe SkyCoffee tidak sadar kalau ada Noel di belakangnya. Sam terus saja berbicara dengan sekretarisnya sambil merutuki Dave yang menjadi biang keladi semua masalah ini.Karena hal itulah, sejak tadi Sam di interogasi oleh Noel.Berbeda dengan hatinya yan