Share

Bab 4 : Di Sudut Hati

Raka mengerjap perlahan. Saat dia terbangun, rasa kebas di lengannya adalah yang pertama dia rasakan. Matanya memicing saat tersorot sinar matahari pagi dari sela-sela gorden.

Pria itu tersenyum begitu menyadari seorang wanita tidur berbantalkan lengan kirinya. Pantas saja lengannya sampai kebas. Perlahan, Raka memindahkan bantal untuk menopang kepala wanita itu.

Kemudian Raka menyingkirkan lengannya. Dia mencium pelipis wanita berambut panjang yang sedang terlelap begitu damai tersebut.

Dia menghela nafas lega saat bisa memiliki Verona. Dan akhirnya kali ini dia menang dari kakaknya. Raka memeluk tubuh wanita itu dari belakang dengan sepenuh hati.

Pria itu mencium kepala wanita itu berkali-kali. Dia benar-benar bersyukur akhirnya Verona bisa menjadi miliknya. Hanya miliknya. Dipeluknya erat tubuh wanita itu.

"I love you, Ve."

Dengan begitu berhati-hati, disingkirkannya helaian rambut hitam dan lembut yang menutupi wajah cantik itu. Raka mencium pipi mulus itu dengan begitu lembut. Sungguh terlihat bahwa dia sangat menyayangi wanita itu.

Raka terkekeh kecil saat wanita itu merengek karena tidurnya terganggu akibat perbuatan Raka. Diciumnya lagi kepala si wanita dengan sepenuh hati.

Beberapa saat kemudian, wanita itu membalik tubuhnya menghadap Raka. Matanya membuka perlahan. Sontak senyum manis Raka pun hilang seketika. Wajahnya langsung pias. Pria itu ternganga melihat wajah wanita yang baru dia tiduri semalam.

"Della?"

***

Raka mengusap wajahnya dengan kasar. Sedari tadi dia terlihat kacau. Pria itu mondar-mandir tidak jelas di kamar. Dengan wajah sangat kusut.

Dia terlihat berantakan. Rambutnya acak-acakan, bajunya pun tidak dia kenakan dengan semestinya. Kemejanya hanya dikancing bagian atasnya saja. Resleting celananya bahkan terbuka. Sungguh, penampilannya saat ini tidak mencerminkan seorang CEO sama sekali.

Lelah mondar-mandir tidak jelas, Raka pun akhirnya duduk di sofa. Matanya menatap langsung pada seorang gadis yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan kepala tertunduk.

Rak menghela nafas kasar saat mendengar isakan kecil keluar dari bibir gadis itu.

"Della..." Raka menarik nafas dalam-dalam. Dadanya terasa sesak. Tenggorokannya selerti dicekik hingga dia tidak bisa bernafas.

"Aku minta maaf. Aku bener-bener nggak..." Pria itu menendang meja di depannya.

"Sial!" makinya.

Bagaimana mungkin dia bisa salah sasaran seperti ini? Dia seorang Raka Milan yang terkenal cerdik dan banyak akal. Tapi kenapa bisa-bisanya dia kehilangan akal seperti semalam sampai meniduri seorang gadis polos seperti Della.

Dan itulah yang membuatnya begitu menyesal. Kenapa bukan Verona sungguhan? Atau wanita lain? Kenapa harus Della?

Bahkan seandainya bisa memilih, Raka akan lebih memilih meniduri seorang wanita bayaran dari pada Della. Gadis itu tidak bersalah. Dia tidak pantas menjadi pelampiasannya.

Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang? Kalau saja nanti Della mengadu pada kakaknya, maka kesempatan dia untuk mendapatkan Verona akan lenyap. Gadis itu akan terus bersama dengan Romeo.

Raka menjambak rambutnya kencang. "Brengsek!" umpatnya lirih.

"Kamu mau apa sekarang, Dell?"

Isakan Della terhenti. Gadis itu menatap Raka dengan sedikit ragu. Raka langsung mengumpat begitu melihat wajah merah dan basah Della. Juga matanya yang bengkak. Rasa bersalahnya menjadi berlipat-lipat.

Raka mendekati gadis itu. Dia berjongkok di depan Della. Digenggamnya tangan Della yang lembut itu. "Kak Raka bener-bener minta maaf. Kak Raka khilaf semalam. Kak Raka mabuk, Dell."

Raka membelai pipi Della. Menghapus sisa-sisa air mata dari wajah gadis itu. "Kalau kamu mau maafin Kak Raka, dan nggak ngungkit-ungkit kejadian semalem, Kak Raka akan kasih apapun yang kamu minta."

Della mendongak. Gadis itu menatap Raka dengan mata hitam sendunya. Jelas dia terluka mendengar ucapan Raka. Secara tidak langsung, artinya Raka berniat membeli dirinya bukan?

"Pokoknya apapun yang kamu mau, Kak Raka akan turuti, Dell. Kak Raka janji. Kamu bisa pegang omongan Kakak."

Della menatap Raka lama. Memandangi wajah tampan bak pangeran pria yang memilikinya semalam. Gadis itu menghela nafas pelan.

Dia tidak bisa membenci Raka. Karena kejadian semalam bukan hanya kesalahan Raka. Dia juga bersalah. Dia sungguh merasa murahan dan juga bodoh mengingat dia sama sekali tidak menolak Raka.

Lalu apa yang akan dia lakukan sekarang? Apa dia akan meminta pertanggungjawaban Raka? Tapi itu tidak mungkin. Raka tidak akan mau melakukannya. Dia seorang putra Haria Milan, pewaris bisnis furniture dan perhotelan terbesar di negeri ini.

Mustahil bisa menjadi pasangannya. Bahkan untuk sekedar masuk dalam hidupnya pun sangat sulit untuk seorang Della. Kecuali satu orang, Verona.

"Seandainya aku minta Kak Raka nikahin aku, apa Kakak mau?"

Raka melotot kaget. Pria itu tidak menyangka Della bisa berpikiran sesempit itu. Astaga! Seorang Raka menikahinya? Yang benar saja!

Pria itu tertawa sumbang. "Kamu jangan bercanda deh, Dell. Kak Raka? Nikahin kamu?"

Raka menghela nafas pelan. Dia kembali memandang Della lekat. "Selamanya, Kak Raka nggak akan pernah ingin menikahi seorang wanita. Kecuali kakak kamu, Verona."

Dan bagai dihantam berton-ton besi, kesadaran Della hampir menghilang. Gadis itu merasakan sakit yang teramat sangat dalam hatinya.

Hal itu memang mustahil.

Dengan susah payah Della bangkit dari ranjang dan menyingkirkan tubuh Raka dari hadapannya. Gadis itu menuju pintu apartemen dengan tertatih. Menahan sakit di tubuh dan hatinya.

"Aku pulang Kak," pamitnya pada Raka.

Pria itu buru-buru menyusul langkah Della. "Kak Raka anter."

Della menggeleng. "Nggak usah. Aku naik taksi aja."

"Kak Raka anter pulang, Dell. Kamu tunggu disini ya! Kak Raka ganti baju dulu!" pesan Raka pada Della.

Pria itu berjalan ke walking closet. Lalu mengambil baju dan masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan membersihkan diri. Saat dia keluar dari kamar mandi, Della sudah tidak ada disana.

***

"Della? Kamu udah makan?" tanya Verona saat melihat Della akan masuk ke kamarnya.

Della hanya mengangguk kecil. Tapi tidak menjawab. Gadis itu malah menunduk saat melihat Verona.

"Makan lagi yuk! Kak Ve tadi beli soto ayam di depan. Nih, Kak Ve beliin buat kamu juga."

Della menggeleng dengan cepat. Hal itu sontak membuat Verona terheran. Karena biasanya Della tidak pernah menolak makanan.

"Kamu sakit, Dell?" tanya Verona cemas.

Della menggeleng. Verona makin bingung dibuatnya. Kenapa sepupunya itu jadi pendiam? Padahal kan biasanya anak itu banyak bicara, batinnya.

"Oh, iya. Semalem kamu lupa kunci pager sama pintu depan ya? Ckck... kamu ini! Untung Kak Ve-" ucapan Verona terhenti saat Della buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

Della menutup pintu rapat lalu menguncinya. Gadis itu kembali menangis setelah sejam yang lalu dia berhenti menangis. Saat melihat wajah Verona, entah kenapa membuat hatinya sakit.

Ucapan Raka tadi pagi kembali ternginang dalam benaknya.

Selamanya, Kak Raka nggak akan pernah ingin menikahi seorang wanita. Kecuali kakak kamu, Verona.

Artinya sampai kapanpun hanya Verona yang diinginkan oleh Raka. Hanya gadis itu seorang. Bukan dirinya.

Tidak ada yang bisa menggambarkan rasa sakit yang Della saat ini. Tidak ada yang tau bagaimana keadaan hatinya. Della sendiri pun tidak bisa.

Dia tidak tau apa yang terjadi pada hatinya. Yang dia tau di sudut hatinya, selain rasa sakit dan benci, dia juga memiliki secuil kasih untuk pria yang sudah melukainya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status