Share

Bab 7

Author: Esther
Yohan pergi ke kantor dokter dan menanyakan hasil tes neneknya lebih dulu. Saat dia kembali ke bangsal, Liana sudah bangun dan membungkuk untuk menyelimuti nenek itu.

Liana berbalik saat mendengar suara gerakan itu, dia berbalik, matanya masih terlihat seperti baru bangun dari tidur. "Pak Yohan."

Suara gadis itu lembut dan mendengarkannya di malam yang gelap ini benar-benar membuat hatinya menjadi nyaman. Yohan agak mengangguk, "Terima kasih sudah merawat nenekku."

Yohan tahu alasan kenapa dia tidak pergi. Nenek tidak pernah memuji orang lain dengan mudah, itu menunjukkan kalau Liana memang punya kualitas yang sangat baik.

"Anda tidak perlu berterima kasih, Saya tidak melakukan apa-apa. Selain itu ... saya juga makan sup iga Anda untuk makan siang."

Seperti kata pepatah, 'kamu harus membalas kebaikan seseorang'. Aku memakan sup iganya tadi siang dan membantu merawat neneknya bukan hal uang serius.

Yohan meliriknya dan bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Hah?" Liana tidak menyangka dia akan menanyakan hal ini. Dia tertegun sejenak dan berkata dengan agak malu, "Cukup enak, tapi agak hambar."

"Ya." Yohan juga tidak marah. Dia menerima pendapatnya dengan tenang dan menjelaskan, "Nenek nggak boleh makan makanan yang terlalu asin, jadi aku cuma menambahkan sedikit garam."

Liana agak terkejut. "Anda sendiri yang membuat sup iga itu?"

Sebelum Yohan sempat menjawab, suara Nenek Nia terdengar, "Dia yang membuat sup itu. Nggak cuma bisa memasak sup, dia juga bisa memasak masakan lain, mencuci pakaian, mengganti bola lampu dan memperbaiki peralatan ... Kalau kamu punya waktu, datanglah ke rumah. Cobalah masakannya."

Liana berbalik. Dia melihat Nenek Nia yang baru saja memejamkan mata dan tertidur lelap, sekarang membuka matanya dan menatap mereka berdua sambil tersenyum.

Mendengar itu, Liana tidak bisa menahan diri untuk memujinya, "Pak Yohan benar-benar hebat."

Dia telah melihat banyak bos besar di tempat kerja dalam kehidupan ini. Tetapi jelas kalau Yohan bukanlah orang seperti itu. Dia sangat mandiri, dia sangat berbeda dengan orang kaya lainnya.

Yohan tidak menjawab dan hanya membuka kotak makanan untuk Nenek Nia.

Nenek Nia melambaikan tangannya, "Aku sudah makan malam."

"Sudah makan?" Yohan agak terkejut. Nenek lebih pemilih darinya dan tidak pernah makan sembarangan di luar.

Nenek Nia tersenyum dan berkata, "Kakak Liana datang untuk mengantarkan makan malam dan aku makan bersama mereka."

Yohan menyimpan lagi kotak makanannya, "Kalau begitu, biarkan aku membasuh wajah Nenek."

"Nggak perlu, Liana sudah melakukannya untukku, dia juga merendam kakiku. Aku nggak butuh itu lagi."

Yohan hanya terdiam.

Liana mengambil tasnya dan berkata, "Pak Yohan, ini sudah larut, jadi saya pulang dulu. Selamat tinggal, Nenek Nia."

"Iya, selamat tinggal." Nenek tersenyum dan melambai kepadanya.

Begitu Liana pergi, Yohan tersenyum dan berkata, "Sepertinya Nenek sangat menyukai gadis itu?"

"Aku sangat menyukainya. Bagaimana denganmu? Apa kamu menyukainya?" Karena tidak ada orang lain, ucapan nenek menjadi lebih lugas. "Aku sudah membantumu menanyakannya. Dia putus dengan pacarnya dan dia masih lajang sekarang. Kalau kamu menyukainya, kamu harus segera mengungkapkannya."

Yohan tampak tidak berdaya.

....

Liana sedang berdiri di bawah atap rumah sakit, menunggu bus. Tiba-tiba, hembusan angin bertiup dan hujan dingin mengguyur wajahnya. Tanpa sadar dia mengangkat tangannya untuk menghalangi air hujan, tetapi ditarik oleh sebuah tangan.

Aroma dingin dari tubuh pria itu mengenai hidungnya dan Liana menatap kosong ke arah orang yang muncul di depannya, "Pak Yohan?"

Yohan memegangi pergelangan tangannya. Kulit tangannya lebih lembut dari yang dia bayangkan. Entah kenapa, dia ingin meremasnya dengan kuat. Dia menekan dorongan hati dan berbisik, "Kenapa kamu tersipu setiap kali melihatku?"

Mendengar kata-kata itu, Liana merasa wajahnya panas dan merasa malu, "Tidak ... tidak, aku cuma ... cuma ...."

Setelah beberapa saat, dia tidak mengatakan alasannya. Yohan tidak menyela, dia hanya menatapnya dengan tenang, menatap pipinya yang kemerahan, dia merasa itu sangat menarik.

Saat angin sepoi-sepoi bertiup, dia mencium aroma unik tubuh Liana dan matanya tiba-tiba menyipit. Dia mengerahkan sedikit kekuatan dan menarik Liana ke pelukannya.

Sebelum Liana sempat bereaksi, dia memiringkan kepalanya untuk mengendus lehernya.

"Pak Yohan!" Liana berseru dengan mata terbelalak.

Dia merasakan hawa dingin di lehernya dan ujung hidung Yohan dengan lembut menyentuh lehernya, meninggalkan jejak yang ambigu.

Liana sangat panik sehingga dia mendorong Yohan menjauh dan berlari ke tengah hujan dengan tergesa-gesa ....

....

Sudah empat puluh menit berlalu setelah dia sampai di asrama.

Liana basah kuyup. Saat dia menyeret tubuhnya yang basah dan mengeluarkan kunci, dia melihat sesosok tubuh berdiri di depan pintu asrama.

Kaki Liana jadi lemas dan dia terpaku di sana seolah tidak berani bergerak maju.

Yohan mematikan puntung rokoknya dan berjalan ke arahnya.

Sosok tinggi itu perlahan mendekat, Liana ingin berlari, tetapi kakinya sangat berat, dia tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa menyaksikan tanpa daya saat Yohan mulai mendekat dan dia berseru dengan suara keras "Pak Yohan."

Seluruh tubuh Liana basah, hujan terus menetes ke rambut dan bajunya, lalu menetes ke lantai. Lingkaran di bawah matanya berwarna merah. Entah itu karena kedinginan atau apa, sekarang dia agak gemetar.

"Kenapa kamu lari?" Kemarahan Yohan menghilang tanpa bekas begitu dia membuka mulutnya.

Gadis kecil yang begitu lemah benar-benar membuatnya tidak bisa marah, dia hanya ingin memeluknya dan merawatnya dengan baik.

Berpikir bahwa perilakunya sebelumnya di pintu masuk rumah sakit membuatnya takut, Yohan juga merasa sedikit bersalah, "Maaf, aku agak berlebihan. Aku nggak bermaksud apa-apa, aku cuma mencium bau parfum di tubuhmu ... Katakan padaku, apa malam itu kamu yang masuk ke tendaku?"

Matanya bersemangat seolah-olah ada api yang menyala, meski Liana basah kuyup saat ini, dia seolah bisa membakarnya dalam sekejap.

Liana menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur, "Saya ... tidak mengerti apa yang Anda bicarakan."

Yohan mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangannya, mengendalikannya dengan kuat untuk mencegahnya mundur. Dia menatap matanya dan bertanya, "Apa kamu yang masuk ke dalam tendaku saat kita sedang berkemah?"

"Bukan saya ...." Liana membantahnya.

Yohan terdiam beberapa saat, jakunnya berguling, "Apa kamu bisa membuktikannya padaku?"

Liana membuka matanya lebar-lebar, pupil matanya berkedip-kedip dan butuh waktu lama baginya untuk mengeluarkan satu kata, "Ya!"

....

Begitu pintu asrama ditutup, ruangan menjadi gelap gulita.

Plak.

Liana menyalakan lampu di atas meja dan area sekitarnya menjadi lebih terang.

Dia perlahan membalikkan punggungnya dan membuka kancing kancingnya satu per satu. Yohan berdiri di belakang pintu, menatap punggungnya.

Ada banyak jejak pada tubuh wanita malam itu, jejak yang ditinggalkannya saat dia sedang dalam kegembiraan yang luar biasa. Yohan ingat kalau dia tidak lembut dan dia juga meninggalkan jejak pada wanita itu. Kalau benar Liana adalah wanita itu, pasti akan ada bekas di tubuhnya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tazky Tazkiah putri abdul
kerenn bangett lanjut
goodnovel comment avatar
Rusdiana
keren..lanjut thor
goodnovel comment avatar
Neneng Kurniatul Ainy
lnjuttt kereeee
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status