Kayshilla[Morning Sasha! Aduh sorry banget ya gue gak sempat pamitan sama lo, soalnya gue lihat lo tidurnya masih nyenyak banget. Gue gak enak kalau bangunin. Anyway hari ini kayaknya gue mau libur dulu kerjanya. Gue sudah bilang sama tante Airin dan diizinin sih, cuma takutnya tante Airin lupa... Jadi gue mau minta tolong ke lo untuk sampaikan ke nyokap lo ya! Thankyou, Sash. Nanti gue jajanin es teh di kampus!]Sasha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat baru saja bangun tidur dan membaca pesan masuk di ponselnya. Sahabatnya itu memang bisa dibilang seorang yang pekerja keras. Ya bagaimana tidak, dia hidup untuk dirinya sendiri. Jika Kay tidak bekerja, bagaimana bisa dia dapat bertahan sejauh ini. ***Kay tidak berbohong sepenuhnya kepada Airin atau pun Sasha. Dia mengajukan libur hari ini dengan alasan ingin mengistirahatkan dirinya. Namun disinilah Kay. Perempuan dengan sweater berwarna hitam polos dan celana jeans berwarna senada itu tengah duduk di hamparan rumput yan
"Kenapa lo ngelihatin gue?"Pertanyaan dengan nada suara yang cukup berat itu mampu menyadarkan Kay. Dia benar-benar tidak sadar jika sudah cukup lama menatap Alzam. Dan sekarang, Kay merasa kikuk sendiri. Perempuan itu memilih menarik tangannya yang tadi sempat diobati oleh Alzam dibandingkan menjawab pertanyaan dari lelaki tersebut."Sudah gue obatin. Sekali lagi sorry," ujar Alzam lagi.Kay memperhatikan punggung tangannya yang. Dia terkekeh dan hal itu membuat Alzam menatapnya dengan tatapan heran. Perempuan aneh. Batin Alzam. "Gue kira lo itu benar-benar galak. Tapi ternyata masih punya sisi lucu juga ya?" kekeh Kay."Maksudnya apa?" tanya Alzam dengan datar."Pemilih plesternya cukup menarik," balas Kay.Alzam lalu menyadari maksud perkataan dari Kay. Dia pun membela diri, "yang polosnya gak ada."Kay hanya mengangguk saja, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Alzam sambil terkekeh. Karena merasa kewajibannya sudah selesai, Alzam yang kala itu baru saja ingin berdiri dari tempatn
“Gue mau kita putus, Kay.”“Uhuk!”Kay, perempuan yang semula tengah asyik mengunyah beberapa boba di dalam mulutnya mendadak tersedak ketika seorang laki-laki di hadapannya mengatakan hal demikian.“Gi-gimana maksudnya?” Kay mencoba memastikan apa yang dia dengar barusan.Laki-laki itu menatap Kay mencoba mengulangi perkataannya dengan tegas, “Gue mau kita putus.”Kay mengedipkan matanya beberapa kali mencoba untuk mencerna apa yang baru saja dia dengar, “Serius, Ren?”Rendy, lelaki itu menganggukkan kepalanya sambal berdeham.“YES!” ucap Kay dengan cukup lantang.Rendy yang semula bersikap tenang itu mendadak menatap gadis di hadapannya dengan bingung. Pasalnya respons yang Kay berikan benar-benar di luar ekspektasinya.“Maksudnya yes?” tanya Rendy.Kay menghabiskan boba yang masih ada di dalam mulutnya terlebih dahulu, “kenapa gak dari kemarin-kemarin aja sih mutusinnya?”“Lo gak sedih atau nanya alesan kenapa gue mutusin lo?” “Lo sendiri yang bilang kalau gue ini beda dari yang l
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Kay sedang merebahkan tubuhnya di lantai sambal menikmati sejuknya pendingin ruangan. Hari ini benar-benar sibuk, bahkan di luar ekspektasinya. “Aduh, maaf banget ya Kay kamu jadi lembur,” ujar Airin yang baru saja datang, membuat Kay yang semula sedang memejamkan matanya itu pun membuka dengan perlahan.Kay terkekeh, “gapapa kok tante.” “Kamu Minggu ini berarti belum libur, Kay. Gimana kalau besok saja liburnya?” tawar Airin.“Tapi besok kan banyak pesenan yang harus dianter tante. kalau aku libur, takutnya kekurangan orang.” “Oh iya juga ya.” “Udah, gapapa tante. Buat masalah libur bisa diatur kok. Lagian aku lagi ingin sibuk,” sambung Kay. Airin hanya terkekeh mendengar jawaban Kay. “Sasha belum pulang, tan?” tanya Kay. “Oh iya, tante lupa. Tadi Sasha titip pesan, katanya kalau kamu udah selesai kerja, dia minta kamu ke rumah. Pulang bareng sama tante saja kalau begitu, Kay,” ajak Airin. Kay pun mengangguk setuju.
Suasana gaduh sudah terjadi sejak sepuluh menit yang lalu. Siapa lagi jika bukan Kayshilla pelakunya. Gadis itu saat ini tengah menyisir mengikat rambutnya dengan gerakan yang super cepat.“Haduh, haduh. di mana lagi nih proposalnya?” tanya Kay kepada dirinya sendiri.Dia mengobrak-abrik seisi kamar apartemen nya, mencari kumpulan kertas yang sudah di jilid itu. Deru napas detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. ini semua karena Kay yang bangun terlambat. Alasan klasik. Namun memang nyata adanya seperti itu. Padahal semalam dia sudah memasang alarm di ponselnya.Mungkin karena kemarin Kay cukup kewalahan bekerja membuatnya kelelahan. sehingga Kay benar-benar tepar sulit untuk bangun.“Ah ini dia!” ucapnya dengan nada semangat. Perasaan lega yang semula dia rasakan sirna dengan cepat ketika melihat jarum jam yang bergerak di setiap menitnya.Tanpa harus menunggu lama lagi, Kay langsung meninggalkan kamar apartemennya bergegas menuju kampus dengan motornya.Waktu tempuh yang
“Kok malah diem saja sih?!” tanya Kay saat dia menyadari ada Alzam di belakangnya. Lelaki itu tidak bisa lewat karena Kay yang menutupi akses jalan keluar.Alzam masih terdiam. dia memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh perempuan ini jika dirinya tidak membantu.“Aduh..” keluh Kay yang masih merasakan sakit. dia akhirnya berusaha untuk berdiri meski beberapa kali terduduk lagi karena rasa nyeri itu masih ada.Bukannya mencoba untuk membantu, Alzam justru malah melewati melangkahi kaki Kay untuk bisa keluar dari koridor yang cukup sempit itu. Membuat Kay terkejut untuk kesekian kalinya. Rasanya Kay ingin memarahinya karena tidak memiliki rasa sopan santun sedikit pun. Dengan tanpa bersalahnya, lelaki itu malah melangkahi dirinya tanpa mengucap kata ‘permisi’?“Dasar gak sopan!” maki Kay dengan nada pelan. Dia pun berusaha untuk bangun mengejar Alzam.Langkah lelaki itu sangat cepat, membuat Kay pun ikut mempercepat langkahnya.“Eh, tunggu!” teriak Kay.Seakan tidak mendengar, Alzam
Itu dia. Seseorang yang sebenarnya tidak ingin Kay temui. Sejak lama. tetapi Kay malah harus kembali berada di dalam satu lingkungan yang sama dengannya. Aurelie Artawinata. Seorang perempuan yang sekaligus pernah menjadi teman satu sekolahnya. Perempuan yang pernah menjadi penyebab pertengkaran hebat antara dirinya Rendy. Padahal Kay sudah berharap bahwa kelulusan sekolah merupakan hal yang ditunggu-tunggu, agar dirinya tidak perlu bertemu dengan Aurel lagi.Namun sepertinya untuk doanya yang satu ini, Tuhan sedang tidak berpihak kepada dirinya. Mereka dipertemukan kembali di satu universitas yang sama. Meski dengan fakultas yang berbeda. tetapi tetap saja, ketika Rendy menjemputnya, mau tidak mau sering berpapasan dengan Aurel.“Lo lagi ngapain sama cowo ini?” tanya Aurel sambil menatap Alzam.Kay tersadar dari lamunannya. dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Awalnya, Kay idak berminat untuk menjawab. tetapi, satu ide gila muncul di benaknya. dia menatap Alzam sejenak langsung m
"Dor!!"Suara yang cukup lantang itu membuat Kay yang semula sedang termenung mendadak terkejut. Ditambah lagi, seseorang itu menepuk pundaknya. Dia menoleh dan langsung mendengus ketika mengetahui bahwa Sasha adalah pelakunya."Lagi hujan gini malah melamun," ujar Sasha sambil memberikan secangkir matcha latte hangat kepada sahabatnya itu.Kay tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih untuk matcha latte hangat yang dibawakan oleh Sasha."Lo gak pernah baca buku angkatan ya?" tanya Kay.Sasha memberikan ekspresi bingung."Disitu tertera jelas kalau hobi gue selain mendengarkan musik yaitu melamun," lanjut Kay."Aneh," balas Sasha sambil terkekeh.Kekehannya memudar, Kay pun kembali larut dalam lamunannya. Dia memperhatikan situasi jalan raya dari dalam kafe. Jendela kaca yang besar menjadi pelindung Kay dari cipratan air hujan. Suara kendaraan yang berlalu lalang ditambah rintikkan air hujan benar-benar memberikan ketenangan sendiri untuknya."Kali ini apa yang lagi lo pikirin?" ta