Share

3. Kesialan Lainnya

Suasana gaduh sudah terjadi sejak sepuluh menit yang lalu. Siapa lagi jika bukan Kayshilla pelakunya. Gadis itu saat ini tengah menyisir mengikat rambutnya dengan gerakan yang super cepat.

“Haduh, haduh. di mana lagi nih proposalnya?” tanya Kay kepada dirinya sendiri.

Dia mengobrak-abrik seisi kamar apartemen nya, mencari kumpulan kertas yang sudah di jilid itu. Deru napas detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. ini semua karena Kay yang bangun terlambat. Alasan klasik. Namun memang nyata adanya seperti itu. Padahal semalam dia sudah memasang alarm di ponselnya.

Mungkin karena kemarin Kay cukup kewalahan bekerja membuatnya kelelahan. sehingga Kay benar-benar tepar sulit untuk bangun.

“Ah ini dia!” ucapnya dengan nada semangat. Perasaan lega yang semula dia rasakan sirna dengan cepat ketika melihat jarum jam yang bergerak di setiap menitnya.

Tanpa harus menunggu lama lagi, Kay langsung meninggalkan kamar apartemennya bergegas menuju kampus dengan motornya.

Waktu tempuh yang biasanya ada di kisaran lima belas menit itu, untuk kali ini hanya menjadi sepuluh menit. Namun sepertinya, itu semua sia-sia. Sebab ketika Kay masuk ke dalam ruang kelas, yang ada di hadapannya adalah teman-teman kelasnya yang sudah bersiap meninggalkan kelas tersebut.

“Eh, mau pada ke mana?” tanya Kay.

“Pulang, lah. Kelasnya udah selesai dari lima menit lalu, Kay,” jawab seorang teman perempuan.

“Terus, bu Lia? ke mana?”

“Baru saja keluar. Coba lo susulin ke ruangannya. Buruan, nanti malah tugas lo gak bakalan diterima.”

Mendengar jawaban itu, Kay langsung bergerak cepat lagi. Ruangan bu Lia berada di lantai tujuh, sementara Kay saat ini berada di lantai dua. agar lebih cepat lagi, Kay memilih menaikki lift yang menjadi fasilitas di kampusnya.

Perasaan panik itu yang masih ada di dalam hatinya.

Bagaimana pun tugas ini harus di nilai. karena tugas proposal ini merupakan tugas akhir. Nilainya dipertaruhkan di sini. Kay tidak mau jika harus mengulang mata kuliah.

Pandangannya tidak sengaja tertuju pada laki-laki yang berada di depannya. Meski begitu, Kay masih bisa melihat sisi wajah samping kiri lelaki tersebut. di dalam lift ini hanya ada mereka berdua. Matanya menyipit ketika melihat seperti sebuah luka di ujung bibir lelaki itu. Seketika ingatannya tertuju pada kejadian tadi malam, di mana ada seorang laki-laki yang menolong dirinya. letak luka itu persis mirip sekali dengan luka milik laki-laki yang tadi malam.

Dengan keberanian yang dimiliki, Kay pun perlahan menepuk pelan pundak lelaki tersebut. Lelaki itu pun menoleh. Mata Kay terbuka lebar. Benar. Lelaki ini adalah orang yang menolongnya tadi malam. Meski semalam keadaan cukup gelap, namun Kay ingat betul wajah lelaki itu. Ditambah lagi, letak luka yang sama.

ketika Kay hendak membuka mulutnya untuk berbicara, di detik itu juga pintu lift terbuka lelaki tersebut langsung pergi. Iya, dia pergi tanpa mengatakan apa pun kepada Kay. membuat Kay menyerngitkan alisnya. tetapi dia tersadar bahwa ini sudah di lantai tujuh laki-laki itu juga keluar di lantai yang sama dengan dirinya. Kay langsung bergegas keluar. dia tidak punya waktu untuk mencari ke mana perginya lelaki tidak sopan itu. Dia harus mencari bu Lia untuk mengumpulkan tugas proposal miliknya.

Kay langsung masuk ke dalam ruangan bu Lia ketika sudah dipersilakan.

“Ibu mohon maaf sebelumnya–“

Ucapannya terhenti ketika mata Kay melihat laki-laki tadi sedang berada di ruangan yang sama berdiri tidak jauh darinya. Dia terdiam cukup lama sambil mneatap heran, namun yang ditatapnya malah membuang muka enggan melihat Kay.

“Jadi bagaimana, Kayshilla?”

Pertanyaan dari bu Lia menyadarkan Kay yang sempat terdiam sejenak.

“Ah? Oh, iya, ini Bu. maaf sangat saya telat mengumpulkan tugasnya. Tadi sewaktu saya masuk kelas, ternyata kelasnya baru saja selesai. Semoga masih bisa diterima ya, Bu,” ujar Kay dengan nada memohon sambil menyerahkan proposal miliknya.

“Kenapa kamu terlambat? Biasanya kamu yang suka datang paling awal?” tanya bu Lia.

“Kebetulan kemarin saya ada urusan, Bu. memang lagi cukup sibuk juga. Jadi tadi saya kesiangan bangunnya,” jawab Kay dengan jujur.

Bu Lia mendengarkan jawaban Kay sambil membaca isi tugas proposal milik Kay. Tanpa berniat apa pun, Kay sendiri tidak tahu mengapa matanya terus melirik-lirik lelaki yang berada di sampingnya itu dengan tubuhnya menyerong. Ekspresi dingin tidak bersahabat itu dipasang di wajahnya. Membuat Kay sedikit sebal, karena dia merasa tidak ada keramahan sama sekali pada diri lelaki tersebut.

“Oke. Tugas kamu saya terima.”

Kay yang semula sedang melirik lelaki itu pun langsung menatap penuh ke arah bu Lia, “Beneran, Bu?”

Bu Lia menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.

“YES!” pekik Kay, membuat bu Lia sedikit terkejut.

“Aduh, maaf, Bu. maaf. Hehehe. Sekali lagi, makasih banyak ya, Bu,” sambung Kay dengan nada pelan.

“Kalau begitu, kamu udah boleh meninggalkan ruangan saya. karena saya masih ada urusan sama Alzam,” jawab bu Lia.

“Alzam?” tanya Kay dengan bingung.

Bu Lia menganggukkan kepalanya. di ruangan ini hanya ada tiga orang. Kay, bu Lia laki-laki tidak sopan ini. Kay pun sekali lagi, menatap lelaki itu. Dia cukup terkejut ketika lelaki itu ternyata lebih dahulu menatapnya. Tatapan datar itu membuat Kay langsung menurut untuk keluar dari ruangan bu Lia.

“Ohh namanya Alzam,” ujar Kay ketika sudah berada di luar ruangan bu Lia.

Saat Kay baru saja akan melangkahkan kakinya, sebuah kalimat yang tidak sengaja terdengar di telinganya itu membuatnya mengurungkan niat.

“Kalau ganti judul terus, kapan selesainya, Zam?”

Kurang lebih itu yang Kay dengar. Sebenarnya ini tidak sopan Kay merasa dia seharusnya tidak peduli. tetapi rasa penasarannya itu malah meningkat. Kay melihat sekeliling. ketika merasa sudah aman, dia mencoba menempelkan satu telinganya pada pintu dengan perlahan.

“Bu, bukan saya. Tapi dosen pembimbing yang terus-terusan minta saya buat ganti judul.”

begitu jawaban Alzam yang Kay dengar. entah mengapa suara percakapan bu Lia dengan Alzam makin pelan, membuat Kay makin mencoba untuk menempelkan telinganya. di tengah fokusnya itu, Kay malah mendengar suara kursi yang bergerak dari dalam ruangan. dia membelalakan matanya, kemungkinan besar pintu ini akan terbuka sebentar lagi.

Lagi lagi, dengan gerakan cepat, Kay menjauhkan tubuhnya dari pintu tersebut. untuk meminimalisir kecurigaan, Kay berniat untuk belari menjauh dari ruangan bu Lia. Namanya juga niat, belum tentu bisa terlaksana kan?

Di waktu yang bersamaan ketika seseorang membuka pintu ruangan bu Lia, di saat itu juga Kay terjatuh akibat kakinya yang terpeleset lantai. dia mengaduh karena bokongnya terasa begitu sakit.

Alzam yang baru saja menutup pintu itu terdiam ketika melihat seorang perempuan sedang terduduk dengan kedua kakinya yang menjulur. Dia melihat perempuan ini lagi untuk kesekian kalinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status