Share

4. Perdebatan

“Kok malah diem saja sih?!” tanya Kay saat dia menyadari ada Alzam di belakangnya. Lelaki itu tidak bisa lewat karena Kay yang menutupi akses jalan keluar.

Alzam masih terdiam. dia memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh perempuan ini jika dirinya tidak membantu.

“Aduh..” keluh Kay yang masih merasakan sakit. dia akhirnya berusaha untuk berdiri meski beberapa kali terduduk lagi karena rasa nyeri itu masih ada.

Bukannya mencoba untuk membantu, Alzam justru malah melewati melangkahi kaki Kay untuk bisa keluar dari koridor yang cukup sempit itu. Membuat Kay terkejut untuk kesekian kalinya. Rasanya Kay ingin memarahinya karena tidak memiliki rasa sopan santun sedikit pun. Dengan tanpa bersalahnya, lelaki itu malah melangkahi dirinya tanpa mengucap kata ‘permisi’?

“Dasar gak sopan!” maki Kay dengan nada pelan. Dia pun berusaha untuk bangun mengejar Alzam.

Langkah lelaki itu sangat cepat, membuat Kay pun ikut mempercepat langkahnya.

“Eh, tunggu!” teriak Kay.

Seakan tidak mendengar, Alzam malah terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun. Sampai akhirnya, tangan Kay berhasil meraih tangan lelaki itu. Dia menahan Alzam, membuat Alzam akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh. Kay mencoba menatap Alzam dengan tajam, namun nyalinya seketika menciut ketika Alzam membalas tatapannya dengan jauh lebih tajam.

“Kenapa?” tanya Alzam dengan nada datar terdengar dingin.

Seketika Kay terdiam mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Alzam kepadanya. Iya juga ya. Untuk apa Kay mengejar lelaki ini dan menahannya? Apa karena rasa penasarannya?

“Ng–anu, itu, apa sih namanya.” Kay masih mencari-cari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Alzam.

Ingatannya kembali tertuju pada kejadian tadi malam. Kay menjadikan hal itu sebagai jawaban untuk pertanyaan Alzam.

“Lo yang semalam nolongin gue dari maling itu? Iya kan?” tanya Kay dengan mantap.

Alzam hanya terdiam memperhatikan Kay.Tidak ada tanda-tanda bahwa lelaki ini akan menjawab pertanyaannya. Ditatap dengan tajam seperti itu membuat Kay salah tingkah.

“Ditanya tuh dijawab dong. Bukannya diem saja,” sambung Kay.

“Tadi malem gue gak ke mana-mana. Jangan ngarang cerita,” jawab Alzam.

Melihat Kay yang terdiam itu membuat Alzam akhirnya kembali pergi meninggalkan perempuan ini. lagi-lagi, Kay menahan kembali tangan lelaki itu. Tidak ada penolakan sama sekali.

“Bentar. Gue belum selesai,” ujar Kay.

“Apalagi?”

Kay yang sedikit sebal itu langsung terdiam ketika melihat luka di sudut bibir Alzam.

“Bohong. Buktinya itu sudut bibir lo luka. Orang yang nolongin gue semalam juga sudut bibirnya luka. letaknya persis kayak punya lo,” jelas Kay.

Alzam menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia tidak menyangkal namun juga tidak menjawab pernyataan dari Kay. Lagi-lagi, Alzam hanya memperhatikan perempuan ini. Rasanya kepalanya sudah pusing dengan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa semester akhir. Ditambah lagi, dia hari ini harus berhadapan dengan perempuan aneh yang keras kepala.

“Diem mulu. Ditanya tuh dijawab. Tipes lo?” sambung Kay dengan nada sebal.

“terus kalau pun iya, lo mau ngapain memang? Hm?” Alzam memilih untuk mengalah saja. yang terpenting, dia harus cepat-cepat menjauh dari perempuan aneh ini.

Wajah Kay yang semula sedikit ketus itu mendadak berubah menjadi lembut. Tanpa Kay sadari, dia tersenyum begitu tipis.

“Mau bilang makasih. Soalnya semalam gue belum bilang makasih sama lo. Lo nya udah terburu pergi,” jawab Kay dengan nada yang lembut.

Alzam terdiam untuk beberapa detik.

“Makasih banyak ya. kalau gak ada lo semalam, kayaknya tas gue udah dibawa kabur sama maling itu,” lanjut Kay.

Alzam melirik tangannya yang masih digenggam oleh Kay. Dia pun melepas genggaman itu, “Lo harus bisa bedain mana maling dan mana jambret.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Alzam langsung pergi meninggalkan Kay yang diam dibuatnya. Namun melihat Alzam yang lagi-lagi pergi, Kay pun kembali mengejar lelaki itu.

“Loh? memang apa bedanya? Sama saja!” ujar Kay sambil berusaha menyejajarkan dirinya dengan Alzam yang berjalan dengan cepat. Lelaki itu tidak menggubris sama sekali.

Kay berdecak langsung berdiri di hadapan Alzam dengan kedua tangannya yang terbentang seakan menghalangi lelaki itu untuk berjalan. Melihat hal itu Alzam pun memilih untuk berjalan ke arah kiri, Kay pun mengikutinya. Alzam berjalan ke arah kanan, Kay juga mengikutinya. Membuat rasa sabar yang ada di dalam dirinya sedikit memudar.

“Mau lo apa?” tanya Alzam tanpa basa basi.

“Mau ngucapin makasih,” jawab Kay.

“Kan udah tadi,” ucap Alzam.

Kay menggelengkan kepalanya, “Gue merasa itu saja gak cukup. itu bibir lo, kayaknya belum diobatin. Gue obatin ya?”

“Gak usah!” tolak Alzam dengan cepat.

Mungkin memang benar jika keras kepala adalah salah satu sifat mutlak yang dimiliki oleh Kay. dia tidak akan membiarkan Alzam pergi begitu saja. Bagaimana pun, luka yang ada di sudut bibir Alzam itu karena menolong dirinya semalam. itu menjadi salah satu tanggung jawab Kay.

“Engga. Luka lo harus diobatin. kalau didiemin, nanti malah jadi infeksi,” balas Kay.

“mau infeksi atau engga, itu bukan urusan lo,” jawab Alzam dengan ketus.

“Sembarangan! Jelas-jelas bakalan jadi urusan gue lah. Lo bisa luka begitu kan gara-gara nolongin gue semalam.”

Alzam mendekatkan tubuhnya pada Kay, membuat perempuan itu sedikit terkejut mencoba memundurkan tubuhnya beberapa langkah. Mata Alzam makin tajam menatap dirinya.

“Urusan lo udah cukup sampai bilang makasih. Jangan memperpanjang apa pun itu,” ucap Alzam dengan nada berat.

Kay dibuat tidak berkutik dengan sorot mata tajam milik Alzam.

Ketika Alzam hendak pergi, untuk kesekian kalinya Kay kembali menahan lengan lelaki itu. Membuat Alzam benar-benar menatap mata Kay dengan lebih tajam dari sebelumnya.

"Lo bisa dengar gak tadi gue bilang apa?"

Kay hanya terdiam dan memperhatikan laki-laki yang ada di hadapannya ini tengah kesal dan mencoba untuk bersabar.

"Gak usah susah kalau dibilangin," lanjut Alzam.

“Kay?”

Mendengar seseorang memanggil namanya, membuat Kay Alzam tersadar. Mereka berdua menjauh beberapa langkah. Kay langsung menolehkan wajahnya dan melihat siapa yang memanggilnya.

Kay terdiam mematung untuk beberapa saat. Dia benar-benar tidak tahu harus bertindak seperti apa sekarang ketika seseorang yang paling dia hindari malah berada di hadapannya dan menyapa dirinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status