Share

Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam
Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam
Penulis: Mona Cim

1. MURID TERLEMAH

Penulis: Mona Cim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-14 20:55:12

Di atas gunung yang tinggi dihuni oleh sekte terlemah di Benua Selatan yakni sekte Kongdang. Di mana pimpinan sekte tersebut telah menghilang secara misterius. Hanya putranya yang malang yang tetap berada di sana, yakni seorang pemuda bernama Zien Cheng.

Di saat semua murid sekte Kongdang mempelajari jurus penting masuk perguruan tinggi, seorang murid yang sedang melakukan hukuman menyapu halaman, memperhatikan setiap gerakan dengan detail. Dialah Zein Cheng. Zien Cheng dengan semangat menggunakan sapu sebagai pedang untuk turut berlatih.

"Heh, Zien Cheng! Menyapu yang benar!" tegur Paman Gong. Satu-satunya pengawas para murid yang paling kejam dan juga adik dari ayahnya Zien Cheng.

Buru-buru Zien menghentikan aksinya. Ia kembali menyapu dedaunan kering dengan serius. Sesekali melirik Paman Gong yang masih berdiri tak jauh darinya.

"Aku sudah memperingatimu untuk tahu diri, Zien Cheng. Jangan melewati batas. Aku pastikan kau tak ada waktu untuk mempelajari ilmu penting masuk perguruan tinggi itu. Sampai kapanpun, kau akan menjadi murid rendahan di tempat ini!"

Zien Cheng mengeratkan pegangannya pada sapu yang terbuat dari bambu. Untuk kesekian kalinya ia menahan kuat-kuat gejolak amarah yang ada di hatinya. Jika melawan pun percuma. Luka pada tubuhnya hanya akan bertambah lebih banyak lagi.

"Maafkan aku, Paman Gong. Aku akan menyapu dengan serius," ujarnya sebelum melangkah pergi untuk menyapu tempat yang maaih kotor.

Zien Cheng kembali menyapu, tetapi matanya tetap melirik ke arah para murid yang berlatih. Ingin rasanya ikut berlatih bersama mereka. Hingga tiba-tiba Guru Hwang menoleh padanya.

"Kau yang menyapu di sana! Ke marilah!"

Zien Cheng mendongak kepalanya dengan antusias. Ia melirik Paman Gong yang hanya bisa diam dengan tampang merengut. Pria itu tak dapat melarangnya jika Guru Hwang sendiri yang memanggilnya. Buru-buru Zien Cheng menghampiri tempat latihan itu.

"Ada apa Guru memanggilku?" tanya Zien Cheng dengan sopan.

Guru Hwang menunjuk tempat di sampingnya. "Berdirilah di sini dan tunjukkan jurus yang telah kau pelajari sembari menyapu tadi."

Zien Cheng terkejut mendengar permintaan sang guru. Ia melirik wajah murid-murid yang saat ini sedang duduk bersila dengan tatapan sinis padanya. Namun, ia tak bisa melewatkan kesempatan ini.

"Baik, Guru," sahutnya menurut. Zien Cheng memberanikan diri untuk berdiri di hadapan para murid yang jumlahnya sekitar dua puluh empat orang.

Zien Cheng menampilkan senyuman pada wajah kucel itu untuk sekadar menyapa mereka. Namun, tak ada yang berminat membalas senyumnya. Maka Zien Cheng langsung memasang posisi kuda-kuda.

"Tak banyak yang aku pelajari karena aku melihatnya sambil menyapu. Tetapi aku dapat mengingatnya dengan baik dan mencoba menggabungkan dengan teknikku sendiri," ujarnya.

Zien Cheng pun memulai gerakannya dengan dengan cukup lincah, lalu memberikan sedikit gerakan yang ia ciptakan sendiri. Hingga jurus yang ia pelajari dari kejauhan tadi terlihat sangat menarik. Walau gerakan itu terlalu lemah, tetapi sangat detail jika diberi dorongan tenaga lebih banyak.

'Dia bisa menghafal gerakan jurus hanya dengan melihat sesekali. Walau fisiknya terlihat lemah, tetapi dia bisa melakukannya dengan detail' batin Guru Hwang.

Walau terkenal sebagai murid yang paling lemah fisiknya, tetapi daya ingat Zien Cheng tak dapat diragukan lagi. Hal inilah yang menjadi kewaspadaan murid yang lainnya.

"A-ah!" Zien Cheng tak dapat menahan beban tubuhnya sendiri. Hingga terduduk di lantai dengan cukup keras. Mengundang tawa puas para murid yang menonton.

"HAHAHAH!"

"Aku pikir dia sehebat itu. Aku hampir melongo. Tapi lihatlah si bodoh itu. Dia terjatuh tanpa tersandung apapun. Benar-benar lemah!"

"Hei, Zien Cheng! Makanlah dengan benar, baru bergabung dengan kami!"

"Dengan fisik lemahmu, kau bermimpi ingin ikut pergurungan tinggi? Aku rela membantu menginjak mimpimu itu. Hahaha!"

Guru Hwang tak pernah menghentikan pembulian seperti itu. Justru beliau ingin melihat bagaimana Zien Cheng merespons hinaan itu.

Zien Cheng yang tadinya bersimpuh di lantai, kini berdiri dengan cukup tegak menghadap mereka semua

"Tak ada yang salah dengan mimpiku. Fisik yang lemah bisa dilatih. Ilmu yang kurang bisa ditambah. Tapi mulut yang seringkali menghina, pada akhirnya akan menjadi sampah!" cetus Zien Cheng dengan mata yang berkaca-kaca.

Sontak saja perkataan itu membuat murid lain bergemuruh dadanya. Mereka ingin sekali menyerang Zien Cheng sekarang juga. Namun di depan mereka masih ada Guru Gong yang memperhatikan mereka.

"Apa yang dikatakan oleh Zien Cheng benar. Sebelum mempelajari ilmu lebih dalam lagi, seorang ksatria harus mempelajari ilmu kemanusiaan. Seorang Ksatria, Pendekar, bahkan seorang pemimpin harus bisa bersikap dengan bijaksana dan menjadi panutan. Mulut yang gemar menghina bukanlah pemilik jiwa Ksatria," tutur Guru Hwang sebelum pergi meninggalkan tempat latihan. Itu artinya, latihan telah berakhir.

Zien Cheng buru-buru melarikan diri dari tempat itu. Sudah pasti murid yang lain menaruh dendam pada dirinya akan kata-kata beraninya tadi.

"Astaga Zien ... apa yang telah kau katakan tadi. Jika mereka membalas dendam, maka habislah kau malam ini," keluh Zien Cheng merutuki dirinya sendiri sambil berjalan cepat menuju kediamannya.

Namun tiba-tiba ...

BRUK!

Zien Cheng terjerembab. Sebuah kain tiba-tiba mengurung kepalanya hingga Zien Cheng tak dapat melihat sekitar. Hingga pukulan keras menghantam tengkuknya. Zien Cheng ambruk seketika.

Zien Cheng tak tahu berapa lama ia pingsan dan di mana ia sekarang berada. Yang pasti, posisinya sekarang berdiri dengan tubuh terikat di sebuah pohon.

"S-siapa kau?! Apa yang kau lakukan padaku!" teriak Zien Cheng dengan tatapan meliar di dalam kain hitam itu.

Tiba-tiba seseorang menarik kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah tiga pemuda sekte Kongdang . Guan Feng, Chen Tian, dan Fang Xio.

"Apa yang kalian—engg!" Zien Cheng tercekat ketika Guan Feng mencekik lehernya dengan kuat. Wajah Zien Cheng memerah, matanya melotot, dan mulutnya sudah tak bisa mengeluarkan suara.

"Masih ingin bicara, HAH?!" bentar Guan Feng menyeringai. Ia kemudian melepas cengkraman itu.

Hhaaahhh! Hhaahhh!

Zien Cheng meraup udara dengan rakus sambil terbatuk-batuk. Ia nyaris menangis ketika melihat Chen Tian dan  Fang Xio bersiap memukulinya dengan sebuah kayu.

"A-aku m-mohon ampuni aku. Apapunnhh apapun salahku aku mohon maafkan aku," ucap Zien Cheng penuh harap.

Sempat tercipta kelegaan di hati Zien Cheng ketika pengikat tubuhnya di lepas dari pohon. Namun, bukan untuk lepaskan dalam artian sebenarnya. Melainkan, untuk mempermudah mereka menyiksa Zien Cheng.

"SERANG!" seru Guan Feng semangat.

"ARRGGHH!" Zien Feng berteriak kesakitan ketika tubuhnya mulai dipukuli oleh tiga murid itu.

BUGH! BRUK! BUGH!

"ARRRGHHH! H-henti-kkann! Arrgh ....!"

Di bawah sinar rembulan yang redup, penyiksaan terhadap Zien Cheng terus berlangsung dengan sadis. Hingga ketika kesadaran Zien Cheng telah habis, salah satu dari mereka menyeret lengan Zien Cheng ke tepi jurang.

"Kau serius ingin membuangnya di sini, Guan Feng?" tanya Chen Tian.

"Tak ada tempat yang terbaik selain di jurang ini. Jurang yang terkenal angker ini adalah tempatnya binatang buas bersarang. Setidaknya si bodoh ini bermanfaat untuk binatang di bawah sana," ujar Guan Feng seraya melempar tubuh Zien Cheng ke bawah.

Zien Cheng terjatuh dalam keadaan fisik yang penuh luka dan hati yang meronta akan ketidakadilan. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah. Tanpa ada yang tahu, jika tetesan darah Zien yang jatuh membangkitkan sesuatu yang telah lama terkubur di bawah sana.

Apa yang terjadi pada Zien Cheng selanjutnya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   5. SUMPAH SEORANG PEWARIS ILMU SANG PENDEKAR

    "Dalam tubuhmu telah mengalir darah Pendekar Naga Hitam, sehingga kau telah memiliki kekuatan yang sangat menunjang pelatihan dasar. Mungkin murid biasa bisa mempelajarinya dalam waktu sebulan, tetapi kau dapat melakukannya hanya dengan waktu sehari saja. Inilah keistimewaanmu, Zien Cheng. Lakukanlah apa yang aku katakan dan fokus pada dirimu sendiri dengan memejamkan mata dan duduk dengan napas yang teratur," titah Kakek Gong Lu.Di atas sebuah gunung yang tinggi, Zien Cheng duduk bersila sambil memejamkan matanya dan bernapas dengan teratur. Setiap perkataan Kakek Gong Lu ia praktikkan. Untuk mendapatkan energi Qi, ada beberapa tahapan yang harus ia lakukan. Zien Cheng dituntut untuk melakukan berbagai tahapan itu. Mulai dari tahapan awal permurnian Qi, pendirian dasar, hingga formasi inti.Zien Cheng memfokuskan pikirannya ke dalam dantian. Merasakan halusnya energi Qi yang mulai bergerak lambat dan semakin melaju melalui saluran meridiannya. Pada momen inilah Zien Cheng dapat mera

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   4. TANTANGAN MENUJU GUNUNG MEILUING

    Setelah melakukan latihan dasar kekuatan fisik untuk membangun pondasi awal, hari ini Zien Cheng akan diajarkan tahapan selanjutnya yakni pembelajaran tentang seseorang bagaimana merasakan, mengarahkan, dan menyimpan energi internal seseorang atau disebut juga dengan Qi.Pagi-pagi sekali Zien Cheng pergi ke gunung Meiluing yang letaknya berkilo-kilo meter dari hutan terlarang yang ia tempati selama beberapa bulan ini. Zien Cheng sengaja memakai penutup kepala agar tak ada yang mengenalinya terutama anggota sekte yang telah membuangnya.Saat di perjalanan menuju tempat yang dituju, ada saja rintangan yang muncul. Mulai dari munculnya dua ekor babi hutan yang ganas. Zien Cheng memang berhasil mengalahkan dua ekor babi hutan itu, tetapi tak lama kemudian muncul belasan ekor lagi dari arah belakang. Zien Cheng berteriak, mau tak mau ia berlari pontang-panting menghindari kejaran babi hutan itu."HH-haaahhh ... b-babi hutan s-sialan! Astaga kakiku--ini pegal sekali." Zien Cheng berjalan sa

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   3. MENEMUKAN GURU HEBAT DALAM POHON

    Selama tiga bulan lamanya, Zien Cheng berlatih seorang diri di hutan terlarang tersebut bermodal dengan sebuah pedang milik Pendekar Naga Hitam yang terkuat pada masanya. Zien Cheng melakukan berbagai gerakan ketangkasan dalam berpindah tempat dan teknik menghindari serangan. Tebasan kuat yang Zien Cheng lakukan membuat pohon di hadapannya mengeluarkan getah berwarna hitam."Sudah tiga bulan aku belajar beladiri sendiri, tetapi aku merasa ilmuku tak begitu banyak meningkat. Pedang ini akan sangat hebat jika dipegang oleh orang yang hebat. Sedangkan pedang ini ada pada orang bodoh sepertiku," monolog Zien Cheng merasa kurang percaya diri.PYARRRR!Suara petir terdengar memekakan telinga, menyambar sebuah pohon yang barusan ditebas oleh Zien Cheng. Batang pohon itu seketika hangus secara keseluruhan. Zien Cheng tercengang, memundurkan langkahnya dengan gerakan kaku. Tiba-tiba ...BRAK!Batang pohon itu pecah seketika. Hingga puing-puingnya berhamburan jauh. Zien Cheng sampai berjungka

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   2. DARAH NAGA HITAM SAKTI

    Sebelum tubuh Zien Cheng terhempas ke tanah, tubuhnya tiba-tiba mengambang di udara untuk beberapa detik hingga terjatuh ke tanah dengan lembut. Raut wajahnya pucat pasi, matanya tertutup rapat, dan bibirnya kering. Namun, aroma darah yang teramat unik seolah menarik keras kesadarannya."Engg ...hhh ...." Zien Cheng melenguh begitu merasakan sekujur tubuhnya terasa ngilu. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Hamparan langit di sela-sela semak yang ia rebahi terlihat sangat indah."A-aku m-masih hidup?" gumamnya terbata-bata.Tiba-tiba aroma khas itu tercium kembali. Entah mengapa hanya karena aroma itu, menimbulkan dorongan kuat untuk Zien Cheng bangkit dari posisinya. Walau teramat tertatih dan rasa remuk di tubuhnya, akhirnya Zien Cheng dapat bangkit juga. Pandangannya langsung terfokus pada sebuah gua tua yang ada di sampingnya."Gua apa itu?" Zien Cheng menelisik sekitar. Tak ada siapapun di sekitar sana. Bahkan nyaris tak ada jalan untuk di pijak. Zien Cheng terpaksa menerobos

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   1. MURID TERLEMAH

    Di atas gunung yang tinggi dihuni oleh sekte terlemah di Benua Selatan yakni sekte Kongdang. Di mana pimpinan sekte tersebut telah menghilang secara misterius. Hanya putranya yang malang yang tetap berada di sana, yakni seorang pemuda bernama Zien Cheng. Di saat semua murid sekte Kongdang mempelajari jurus penting masuk perguruan tinggi, seorang murid yang sedang melakukan hukuman menyapu halaman, memperhatikan setiap gerakan dengan detail. Dialah Zein Cheng. Zien Cheng dengan semangat menggunakan sapu sebagai pedang untuk turut berlatih."Heh, Zien Cheng! Menyapu yang benar!" tegur Paman Gong. Satu-satunya pengawas para murid yang paling kejam dan juga adik dari ayahnya Zien Cheng.Buru-buru Zien menghentikan aksinya. Ia kembali menyapu dedaunan kering dengan serius. Sesekali melirik Paman Gong yang masih berdiri tak jauh darinya."Aku sudah memperingatimu untuk tahu diri, Zien Cheng. Jangan melewati batas. Aku pastikan kau tak ada waktu untuk mempelajari ilmu penting masuk pergurua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status