Home / Young Adult / Musuh Besar Si Gendut / 2. Manusia Tanpa Lemak

Share

2. Manusia Tanpa Lemak

Author: Abarakwan
last update Last Updated: 2021-06-04 11:26:07

Dengan tubuh lunglai aku berjalan pasrah ke apartemen Lindsay. Saat Lindsay bilang ia akan menyeretku... dia benar-benar, literally menyeretku ke tempat itu. And here I am, berjalan di belakang Lindsay masuk di lobi apartemen mewah menuju unit mewah miliknya. Aku sudah mengira pasti akan ada David di sana—berdasarkan ucapan Lindsay sebelumnya, David yang akan membiayai semua acara pertunangannya dengan Rick.

"Cheer-up, won't you? Kenapa kau terlihat seperti sangat terpaksa?! Ini untuk acara pertunangan sahabatmu! Setidaknya ceria sedikit!" protes Lindsay kepadaku saat berada di lift. Aku hanya menjawab dengan sebuah senyuman yang sama terpaksanya dengan diriku saat ini. My worst... arch-enemy, aku akan bertemu dengan musuh bebuyutanku.

Kami tiba di unit apartemen milik Lindsay, ia melenggang dengan santai dan meletakkan semua tas dan sepatunya dengan seenak hati, ia tak pernah pusing dengan urusan beberes ataupun mencuci karena semua akan dikerjakan seorang pembantu yang ia sewa di apartemen ini. Sementara aku, tinggal di sebuah kontrakan kecil tak jauh dari kampus, sebuah petak berukuran tiga kali empat meter yang kusulap menjadi empat ruangan. 'I know, I am genius!' Aku menyulapnya menjadi kamar tidur, kamar mandi, dapur dan mini studio.

Aku melihat dengan waspada. Aku menahan napas, takut akan kehadiran pria itu. Aku berkeliling apartemen ini dengan langkah ringan, tanpa sengaja berjinjit dari satu ruangan ke ruangan lain. Ingin memastikan bahwa ia tak ada.

"Heh, Gendut!" ucap suara kasar seorang pria dari arah dapur. Ia... pria itu hanya mengenakan celana boxer-nya dan bertelanjang dada, menoleh ke arahku dengan pandangan mencemooh. Ia sedang memegang sebuah sendok dan di depannya sebuah mangkuk yang sepertinya berisi sereal.

Kaget, aku langsung berbalik dan berjalan keluar dari tempat itu. Aku mencari Lindsay yang ternyata berada di ruang keluarga, ia duduk dengan Rick, saling memeluk dan di depan mereka seorang wanita rapi memegang beberapa modul.

"Rose, bantu aku memilih venue!" ucap Lindsay kepadaku.

Aku duduk di dekatnya dan melihat semua gambar venue yang ada di modul yang dibawa seorang event organizer.

"Aku mau kesan romantis... rustic. Sepertinya itu sedang trend, right?" tanya Lindsay kepadaku yang kujawab dengan anggukan. 

"Kalau Mbak mau kesan rustic, biasanya yang dipakai adalah bunga kering, sedangkan Mbak mau bunganya real," ucap perempuan klimis itu. Ia memakai sebuah blazer elegan yang memeluk lekuk tubuh indahnya, ditambah ia mengenakan makeup yang sangat on-point.

"Tapi, aku mau bunganya asli!" keluh Lindsay.

Sepertinya Rick adalah tipe yang tak mau ruwet, ia hanya memeluk Lindsay dari belakang tanpa mengutarakan pendapatnya.

Aku mengerutkan dahi, berpikir sambil melihat beberapa contoh yang ditawarkan.

"Jangan mengkerut, sudah gendut, jelek, nanti keriputan loh!" ejek David yang tiba-tiba duduk di sampingku. Kok bisa? Kenapa aku tak tahu dia datang? Apa dia sudah punya ilmu berjalan tanpa menapak? Atau agh!

Aku tak menghiraukan ejekannya dan masih melihat semua gambar yang dibawa sang EO, yang sekarang fokus matanya tertuju pada dada bidang plus telanjang milik David. Ah, tentu ia seorang atlet dan tubuhnya harus berotot, wajar, kan? 

"Linds, Coba kau lihat ini? Ada kesan rustic-nya dengan tableware dan hiasan di pintu masuk. Sisanya berkesan romantis dan elegan dengan bunga hidup. Kau kan mau keduanya?" Aku melihat sebuah gambar yang menurutku paling cocok dengan kemauan Lindsay. Aku menunjukkannya kepada Lindsay.

"Ah, ya.  Aku suka! Itulah gunanya kau datang, Rose!" ucapnya ketus kepadaku.

Ah, dia pasti masih mendendam soal urusan pesta ulang tahun itu. Aku tersenyum kecil dan menggaruk rambut pendekku dengan canggung.

"Yang ini venue-nya saja rent untuk dua sampai tiga jam mulai dari lima ratus juta," ucap sang EO sementara matanya memandang wajah David yang duduk bersandar dengan wajah malas.

"I pay for it. Selama adikku setuju, aku juga setuju. Uang bukan masalah, akan kubayar semua." Ucapannya membuat perempuan cantik berprofesi sebagai EO itu merona dan memandangnya penuh kekaguman, sementara aku berdeham kecil dan bergumam.

"Sok pamer!"

"Apa kau bilang?" tanyanya menatap wajahku yang ia tarik dengan tangannya agar mengarah kepadanya.

Aku tersenyum malas. "Nothing."

"Dasar gendut! Sepertinya kau bertambah sepuluh kilo lagi ya semenjak kita terakhir bertemu? Kau semakin mirip dengan hippo!" ejeknya dan aku hanya melengos malas. Ia selalu seperti itu kepadaku, dan aku terbiasa dengan semua hinaannya. That is why, aku paling malas dan anti bertemu dengan makhluk yang satu ini.

Nona cantik ber-blazer elegan di depanku menutup mulutnya menahan tawa. Lalu ia berdeham kecil.

"So, deal yang ini?" tanyanya. Lindsay mengangguk. "Baik, nanti kalau ada keperluan lagi, saya akan menghubungi Mbak Lindsay ya?" Lindsay sekali lagi mengangguk.

"Mmh, Tuan David, boleh minta foto bareng?" tanya perempuan itu yang sudah memegang ponsel keluaran terbarunya.

David berdiri, dan dengan ketus menjawab, "Tidak!" Ia berjalan ke arah kamar yang sering ia tempati kalau menginap.

Dasar pria berengsek! batinku kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Musuh Besar Si Gendut   108. Perkosa Aku, Istriku! End

    Lindsay mendapatkan happy endingnya. Sehari setelah resepsi pernikahanku di Brazil, ia melangsungjan resepsi pernikahannya di hari berikutnya..di tempat yang sama…sama meriahnya dengan dirinya berbalut gaun indah dan mempesona. Lindsay menjalani pernikahannya dengan indah..ia dan Lucas berlibur ke beberapa pulau eksotis seperti Maldies, Bali dan Jeju…untuk bulan madu mereka. Mereka baru berhenti berpergian untuk bulan madu, saat Lindsay postif hamil dua bulan kemudian. Bukankah itu sangat enak? Lindsay maksudku, ia bisa mendapatkan bulan madunya selama dua bulan, traveling ke tempat indah..sebelum cooling down di Vegas karena hamil. Sementara aku, sejak pernikahanku… aku tak boleh berpergian kemanapun menggunakan persawat… karena kehamilanku, tentu saja. Perutku sudah sangat besar…bahkan aku tak bisa tidur dengan terlentang lagi… aku hamil anak kembar lagi! Dave dengan sperma yang seperti Sparta! Bagaiamana mungkin ia menggunakan kondom dan masih bisa membuatku hamil

  • Musuh Besar Si Gendut   107. The Man Is Mine! And Mine Alone!

    Hal yang paling menyebalkan di dunia adalah menunggu. Aku berada di aula depan kastil kami di Brazil… menghadiri pernikahan super megah dari Dave dan Rose. Ya mereka akhirnya akan menikah, setelah diketahui Rose sedang mengandung anak Dave, mungkin hari ini adalah usia kandungannya yang ke delapan minggu. Seharusnya ini adalah upacara pernikahanku… namun semua itu akhirnya ditunda karena Dave lebih memiliki alasan urgensi. Sementara aku dan Lucas masih berjarak tempat..ia masih di Guatemala.Lucas kemarin malam berjanji akan datang, ia berusaha akan datang…menyelesaikan semua urusannya di sana…dan terbang di penerbangan pertama. Aku sampai sekarang belum bertemu dengannya, padahal acara sebentar lagi akan dimulai. Agh… kenapa ayah menjadi sangat menyebalkan..aku menyesal karena ak ikut dengan Lucas ke Guatemala, bahkan kami belum melaksanakan malam pertama kami. Damn it! Aku sudah protes kepada ayah, dan ia hanya menjawab bahwa Lucas belum m

  • Musuh Besar Si Gendut   106. Kondom Bocor?

    Aku tak menerimanya, mataku memandang lurus ke arah matanya yang memohon."Aku tak suka susu." Jawabku ketus. "I just wanna sleep...in peace! Tak bisakah aku tidur?""Kau boleh tidur setelah meminum ini, kau muntah dan kehilangan tenaga...please Rose!""Kalau ini semua akibatmu, kenapa aku yang harus merasa susah.""Aku menderita saat tahu kau hamil dan kehilangan anak kita setelahnya, aku sering bermimpi dua anak lelaki lucu yang memiliki wajahmu dan warna rambutku... Rose..Mereka anak kita yang meninggal... Aku selalu menangis saat bangun tidur saat bermimpi mereka..jika saja semua baik-baik...mereka mungkin sudah lahir dan sangat menggemaskan..." Ia seperti orang yang meratap. Aku bisa melihat kesedihan dalam wajahnya.Kalau ia sudah seperti ini, aku tak bisa lagi mengelak. Akhirnya aku meminum habis susu itu, dan ia tersenyum lebar. Setelah meletakkan gelas susu itu..ia menunduk dan mencium perutku yang masih datar."Sehat terus... anak-

  • Musuh Besar Si Gendut   105. Dua Garis Biru

    Aku menghabiskan waktu dua hari lagi di pantai yang sama dimana Dave dan aku kembali bersama. Ya.. aku sudah yakin dengan keputusan itu. Sejak saat itu juga, Dave memindahkan semua barang-barangnya ke kamar yang sama denganku."Persetan dengan penunggu kamar pojok! Aku tak mau lagi tinggal di kamar itu. Aku rela membeli berdus-dus kondom kalau perlu." Ucapnya suatu malam, saat aku memaksanya kembali ke kamar. Tentu saja ia mengatakannya dengan tenang dan penuh senyum. Yang ada di kepalanya adalah urusan ranjang. Thats it!"The condom part... Is actually not included!" Jawabku malas. Aku sedang berbalas pesan dengan Lindsay."It is! Tentu saja...! Apa mulai sekarang aku bisa melakukannya tanpa kondom?!"Pft... Ia terus mengulanginya. Ia sengaja membicarakan hal semacam itu agar ia mendapatkan jalur mulus melancarkan aksinya. Biasanya aku selalu terperdaya.Aku diam, malas membalas. Bahkan rambutku belum kering dari kejadian di kamar mandi baru

  • Musuh Besar Si Gendut   104. Pernikahan Vs Tugas Mendadak

    Ia melepaskan ciumannya, memangku dengan serius. "Be mine... Aku tak mau menunggu...now! Be mine! Linds... Please! Marry me!""Bukankah kau memang sudah jadi suamiku?" Jawabku masih terengah."Kau masih marah? Aku melakukannya hanya karena aku menginginkanmu...so bad Linds... Aku tak bisa melihat kau dengan pria lain." Ucapnya lagi."Hmm...""Kau boleh menghukumku.. apapun itu, tapi... Nikahi aku dulu...""Apa aku bisa menolak?" Tanyaku."No.. aku akan membawamu langsung ke altar.. saat ini..detik ini!" Ucapnya. Ia meletakkanku ke kursiku semula.Ia menyetir mobil dengan cepat. Aku hanya diam.. masih setengah shock dengan welcome kiss dari Lucas. Ia bilang mau menikah sekarang juga? Semoga saja ia hanya bercanda.Sepuluh menit berikutnya kami berada di parkiran sebuah capel. Ia tak bercanda!"Lucas!" Protesku."Please..Linds... I can't... Just can't stand it anymore!" Pintanya dengan sungguh-sungguh.

  • Musuh Besar Si Gendut   103. Be Mine, Linds!

    Aku masih tak percaya dengan apa yang Dave barusan bilang. Jadi dia dan Rose bersama?! Bagaimana bisa?! Apa jangan-jangan Dave menggunakan dukun untuk memantrai Jen? Ini di luar akal sehat?! Bahkan aku adiknya saja tak percaya Dave dan Rose akan bersama. Satu karena Rose dan Dave tidak satu kutub...mereka berlawanan, dua karena ada Louis?! Bagaimana bisa Rose meninggalkan Louis?!Aku ingin bicara langsung dengan Rose.. memastikan. Apa yang dikatakan oleh Dave benar. Tapi setiap kali aku meneleponnya kembali, nomor itu tidak diaktifkan.Nonna masuk ke dalam kamar, dengan segelas tehnya..sebuah teh dengan gelas elegan dari dinasti kuno. Mungkin dari dinasti Ming? Entahlah.. yang jelas itu adalah cangkir berharga lebih dari 15000USD dan selalu dibawa kemana-mana oleh Nonna. Rasa tehnya akan hambar kalau diseduh di gelas biasa. Huh the perks of being rich right?!"Linds..." Sapa Nonna dengan wajah senyum elegannya. Ia duduk di kursi yang menghadap jendela..meminum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status