Share

Bab 2

"Tian, Kamu jahilin Jihan lagi yah?" Tanya Aleta yg kini sedang duduk di ruang televisi bersama putranya.

"Pasti cewek jadian-jadian itu yang  ngadu ya Bun?" Bukan menjawab, Septian malah balik bertanya dan terlihat kesal.

"Kalau Bunda tanya tuh dijawab Tian! Bukan malah balik tanya kamu ini, lagian gak ada yang ngadu kok, tadi tante Sabrina yang telepon Bunda. Katanya sepulang sekolah Jihan nangis-nangis karena habis kamu jahilin."

Aleta menatap Septian dengan wajah seriusnya. Padahal dia ingin tertawa sekali karena dengan tega sudah berbohong pada putranya hanya karena ingin melihat reaksi Septian saat tahu kalau jihan menangis gara-gara dijahili olehnya.

"Bunda pasti boong iya kan? Masa iya sih cewek jadi-jadian itu nangis semudah itu," sahut Septian karena tidak percaya pada ucapan ibunya.

"Dia punya nama Tian! Namanya Jihan Aiyana. Namanya bagus gitu kok jangan sembarangan kalau manggil nama orang lain, bunda gak pernah ngajarin kamu gak sopan kayak gitu loh!"  Aleta memberi sedikit peringatan pada putranya.

"Iya Bun iya. Ya udah ya Bun, Tian ke kamar dulu mau istirahat."

Septian pun beranjak dari duduknya. Lalu dia pergi meninggalkan Aleta sendirian dan menuju kamarnya. Namun, saat berpapasan dengan Kiara, Septian hanya menoleh tidak seperti biasanya yang akan ngomel-ngomel tidak jelas pada adiknya itu.

"Bun, kak Tian kenapa? Tumben dia gak pecicilan dan gak ngomel-ngomel sama Kia. Biasanya dia ngomel-ngomel gak jelas sama Kia?" Tanya Kiara yg kini duduk disebelah Aleta.

"Biasa kakakmu itu lagi kesal habis Bunda interogasi tadi, habisnya dia jahilin calon kakak iparmu lagi," jawab Aleta.

"Kak Jihan?" Tanya Kiara. Aleta pun hanya mengangguk sambil menikmati tehnya yang mulai dingin.

Aleta, Reno, Angga dan Sabrina mereka bersahabat sejak SMA. Namun, persahabatan mereka tidak menurun pada putra dan putri mereka yaitu Septian dan Jihan. Mereka malah seperti tom and jerry yang hobbynya bertengkar dan berdebat meski cuma gara-gara hal yang sepele. mereka itu seperti musuh bebuyutan yang tidak akan pernah akur dan tidak mau kalah kalau sudah berdebat. Jihan dan Septian itu sama-sama keras kepala.

*****

Jihan dan Maura pun kini sedang duduk santai, kini mereka berada diruangan kelas mereka. Namun, saat Jihan dan Maura asyik bercanda tiba-tiba suara gebrakan terdengar dimeja dekat mereka, membuat mereka berdua terkejut.

Brakk

Septian yang baru saja datang pun kembali mengagetkan Jihan dan Maura. Dengan menaruh kotak makanan diatas meja dengan kasar. Membuat Jihan dan Maura terkejut dan langsung menatap Septian.

"Heh curut! Apaan sih lo? Bikin Inces kaget aja, entar kalau Inces kena serangan jantung gimana? Emang mau gantiin jantung Inces Hem?!"

Jihan berbicara namun dengan gaya alaynya, sambil sesekali mengusap-usap dadanya.

"Bacot lo dasar alay! Tapi ngomong-ngomong gue bersyukur sih kalau loe serangan jantung terus mati, gue bakalan bilang good bye forever deh sama lo. Gue seneng karena kalau lo mati, gak bakalan ada lagi cewek jadi-jadian yang alay, lebay dan rese kayak lo! Hidup gue pasti bakalan tenang dan bahagia banget hahaha...."

Septian tertawa dengan tawa terbahak-bahak membuat beberapa pasang mata menatap kearahnya. Karena merasa aneh melihat Septian tertawa terbahak-bahak.

"Ishh..., Tian gak boleh loh ngomong kayak gitu. Nanti  kalau Tuhan denger gimana?" Tanya Jihan dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.

"Bodo amat! Emang gue pikirin hahaha...."

Lagi-lagi Septian malah kembali tertawa terbahak-bahak.

"Tian iihh..., gak asik lo! Mama tolong Jihan Mah, Tian ngezolimi Jihan lagi hiks... hiks...."

Jihan kembali berakting dengan pura-pura menangis, tentu saja dengan gaya alaynya. Sementara Maura dia hanya bisa melongo melihat perdebatan antara kedua temannya itu, Jihan dan Septian itu teman bagi Maura tapi bagi Jihan. Septian itu musuh bebuyutannya.

"Udah ah males gue ngelayanin cewek alaynya kebangetan kayak lo! Tuh nyokap gue kirim kue buat lo, katanya sih gue suruh minta maaf sama lo. Tapi gue sih ogah banget minta maaf sama lo, masa seorang Septian Erlangga yg gantengnya melebihi Sehun harus meminta maaf sama cewek jadi-jadian kay-"

"Kayak Lisa black pink," Sambar Maura kemudian kembali melongo karena ucapannya sendiri dan itu membuat Jihan dan Septian menatap tajam kearah Maura yang kini menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

 "Maura...!" Seru Jihan dan Septian secara bersamaan saat mendengar apa yang Maura ucapkan. Jihan merasa sangat kesal karena Maura menyamakan dengan Lisa, padahal menurutnya dia lebih cantik dari Lisa black pink.

Pede sekali Jihan.

"Cie barengan manggilnya," Ujar Maura yang kini malah tertawa cekikikan.

"Tutup tuh mulut lo, entar lalet masuk lagi. Lagian lo kalau ketawa rame sendiri!" Ketus Septian yang kini terlihat kesal karena Maura menertawakannya.

Sedang Jihan malah memuji Aleta yang telah mengirimkan kue kesukaannya lewat Septian tanpa memperdulikan ucapan Maura dan omelan Septian. Meski sebelumnya sempat kesal pada Maura.

"Aduh tante Aleta baik interogasi sih pake kirim kue segala, beda banget sama anaknya yg super duper nyebelin, sampai-sampai pengen gue..."

"Cium yah, iya kan iya kan? Ngaku deh lo. Tapi jangan mimpi deh lo. Seorang Septian Erlangga gak akan pernah menyerahkan ciumannya pada sembarangan cewek apalagi cewek jadi-jadian kayak lo," ujar Septian dengan senyum sinisnya.

"Huek pengen muntah gue dengernya."

Lalu Jihan pun menatap sinis kearah Septian dan langsung pura-pura muntah.

"Astoge lo hamidun ya?" Tanya  Septian pura-pura terkejut sambil menutup mulutnya.

"Heh! Gila lo Tian! Kalau ngomong tuh dijaga ya. Masa iya gue kayak gitu, gue kan cewek baik-baik, suka sembarangan lo kalau ngomong, dasar Curut rese lo! Minggat lo dari sini Curut!!! kalau nggak nih kotak kue bakalan melayang ke kepala lo sekarang juga."

Jihan yang sudah kesal menatap kearah Septian dengan penuh emosi, sambil mengangkat kotak makan yg berisi kue yang dibawa oleh Septian tadi.

"Lo kira gue berani? Kabur...!" Seru Septian sambil tertawa dan berlari keluar kelas Jihan menuju kelasnya.

"Sial! Pagi-pagi si curut udah bikin gue esmosi kayak gini."

Merasa sangat kesal Jihan pun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil menekuk wajahnya.

"Emosi Jihan, bukan esmosi," koreksi Maura.

"Serah gue dong Ra. Cewek cantik mah ngomong apa aja bebas,"  Ucap Jihan dengan pedenya sambil tertawa geli karena ucapannya sendiri. Namun, tiba-tiba perkataan Maura menghentikan tawanya.

"Septian makin ganteng ya, Han? Apalagi kalau dilihat dari dekat. Udah gitu manis lagi, senyumnya bikin hati Maura meleleh," ujar Maura. Membuat Jihan mengerutkan dahinya sambil menatap Maura yang kini senyum-senyum tidak jelas, seperti biasanya kalau sudah membicarakan tentang Septian.

"Lo suka sama si Curut, Ra?" Tanya Jihan sambil menatap wajah sahabatnya itu. Mendengar pertanyaan Jihan. Maura pun mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menopang dagunya diatas meja.

"Tapi kayaknya Septian gak suka deh sama gue."

Maura berbicara dengan lirih. Lalu wajahnya berubah murung.

"Baguslah kalau lo nyadar diri! Lagian ngapain coba lo suka sama si Curut? Kayak gak ada cowok yg lain aja," Ucap Jihan sekenanya.

"Ah Jihan mah jahat bukannya hibur Maura! Kan Maura lagi sedih, bilang apa kek biar gue seneng, ini malah bikin gue down aja jahat nih!"

Setelah mengatakan itu Maura langsung menelungkupkan wajahnya diatas meja. 

"Iya deh iya maaf ya, Ra. Ya udah biar Maura seneng nanti siang gue traktir makan di kantin gimana?" Tanya Jihan sambil tersenyum manis pada sahabatnya itu.

"Uh Jihan manis banget sih. Maacih ya Sayangku, gitu dong baru ini yang namanya sahabat," Ucap Maura yang kini terlihat senang. Lalu dia pun mencubit gemas pipi Chubby milik Jihan.

"Aww...! Sakit tau Ra, jangan lebay deh makasih bukan maacih. Ma Acih mah tukang warteg ujung komplek rumah gue!" Ketus Jihan sambil mengusap-usap pipinya yang terasa sakit karena cubitan Maura.

"Udah ah cape ngelayanin lo debat mah. Pasti ujung-ujungnya gue lagi yang kalah," Ujar Maura sambil mengambil beberapa buku dari tasnya.

"Syukurlah kalau loe nyadar!"

Lalu Jihan yang ikut mengambil buku dari tasnya, dia pun memasukan kotak makan yang berisi kue kedalam tasnya kemudian tak lama dosennya pun datang dan kini pelajaran pun dimulai. Kelas yang semula ricuh akhirnya kini kembali tenang karena para mahasiswa mulai fokus pada materi pelajaran yang dosennya berikan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status