Share

Bab 3

Jam istirahat pun akhirnya tiba, kini Jihan dan Maura sedang berjalan di koridor kampus, mereka akan menuju ke kantin sambil bercanda tanpa melihat ke depan. Namun, tiba-tiba seseorang berlari dan menabrak Jihan yang memang tidak melihat ada orang di depannya.

Brukk

Tapi bukannya jatuh ke lantai, Jihan malah jatuh kepelukan orang yang tidak sengaja menabraknya. Mata bulat mereka pun kini saling memandang dan tidak berkedip seakan menikmati keindahan bola mata masing-masing.

"Ekhem, ekhem, udah belum pandang-pandangannya? Maura udah laper nih," Ucap Maura yang membuyarkan acara tatap-tatapan mereka.

"Oh em ji, Curut!!! Lo curi-curi kesempatan buat peluk-peluk gue hah! Ini apa juga malah natap-natap gue kayak gini!" Ketus Jihan seakan tidak terima saat Septian memeluknya dan menatapnya.

Ya Septian lah orang yang menabrak Jihan dan reflek langsung memeluknya. Mendengar teriakkan Jihan. Septian pun langsung melepaskan pelukannya pada Jihan dan langsung memakinya.

"Lo itu ya! Cewek paling nyebelin seantero jagat raya tau gak? udah gue tolongin bukan bilang makasih, malah marah-marah sama gue. Emang dasar ya lo itu benar-benar cewek jadi-jadian gak punya ahlak, dan super duper paling nyebelin!" Septian terlihat sangat kesal kali ini.

"Tian. Udah kan marah-marahnya? Kalau udah gue boleh pergikan? Lagi laper nih, jadi gue males ngeladenin curut yang lagi marah-marah," Ucap Jihan lalu pergi dengan menggandeng Tangan Maura tanpa merasa bersalah sedikit pun. Jihan dan Maura pun menuju ke kantin meninggal Septian yang masih terlihat emosi. Sedangkan Septian, dia malah cengo menatap kepergian Jihan bersama sahabatnya. Meninggalkan dirinya yang masih ingin meluapkan emosi pada Jihan.

"Bener-bener ya tuh cewek! Gak ada ahlak banget, udah gitu gak tau terima kasih lagi. Kalau tau kayak gitu tadi gue biarin aja dia jatuh," Gerutu Septian yg kini terlihat masih kesal pada Jihan.

Semetara itu kini Jihan dan Maura sedang duduk dikantin sambil menikmati makan siang mereka. Namun, Septian yang baru saja datang. Dia langsung duduk dihadapan Jihan dan mengambil makanan yg sedang dinikmati oleh Jihan.

"Enak banget lo ya! Bukan bilang makasih sama gue, eh malah makan-makan sama temen lo disini, dasar cewek gak punya ahlak!" Ketus Septian sambil melahap makanan Jihan yang dia ambil tanpa rasa bersalah sedikit pun, membuat Jihan menatap Septian dengan sinis.

"Ih...! Si curut mah gitu, masa makanan inces diambil sih, terus inces makan apa dong?" Tanya Jihan. Kembali dengan gaya bicaranya yang alay sambil menopang dagunya dan menatap Septian yg sedang memakan makanan miliknya.

"Kenapa? Gak suka lo? Anggap aja ini sebagai ucapan makasih lo ke gue, karena tadi gue udah nolongin lo, dan lo belum berterima kasih sama gue. Tapi kalau gak suka ya udah nih gue balikin makanan lo."

Septian menyodorkan makanan milik Jihan yang sudah dia makan sebagian, lalu dia menyeruput jus jeruk milik Jihan sampai habis tidak tersisa. Melihat itu Jihan hanya diam sambil  memperhatikan ulah Septian dengan wajah yang sudah diliputi emosi.

"Ya ampun gelasnya bocor yah?" Tanya Septian. Sambil mengangkat gelas yang sudah kosong dan menelitinya, dengan memasang wajah polosnyanya.

Pletakk

Tiba-tiba pukulan mendarat lagi dikepala Septian, membuat cowok itu meringis kesakitan. 

"Aww..., sakit bego! Tuh tangan ajarin sopan santun dong biar gak asal pukul kepala orang!" Ketus Septian sambil mengusap-usap kepalanya. Dan kemudian menatap Jihan dengan penuh kekesalan.

"Bodo amat emang gue pikirin. Itu itung-itung buat bayaran karena lo udah makan makanan gue dan minuman gue tadi. Dasar curut empang! Seenaknya aja loe makan makanan dan minum jus gue!" Omel Jihan dengan ketus. Setelah itu dia pun pergi meninggalkan Septian dan Maura.

"Tian yang sabar yah," Ucap Maura. Mencoba menenangkan Septian yang kini nampak emosi.

"Ah, rese loe pergi sono!" Usir Septian yang kini terlihat makin kesal.

"Ya udah Maura pergi yah? Bye Tian. Jihan tunggu...!" Teriak Maura yg masih didekat Septian dengan suara cemprengnya. Membuat Septian menutup kedua telinganya karena suara cempreng milik Maura. Sedang Maura setelah berteriak seperti itu, dia langsung pergi dari hadapan Septian, tanpa memperdulikan Septian lagi.

"Gila tuh cewek suaranya kalau teriak kayak toak mesjid aja. Bikin kuping gue sakit," Ucap Septian. Setelah bicara seperti itu, dia pun pergi meninggalkan kantin menuju ke kelasnya.

*****

"Mah, Jihan pulang...!" Seru Jihan. Namun, kali tidak ada sahutan dari ibunya. Tapi saat masuk ke rumahnya Jihan dibuat bingung karena rumahnya sudah dihias dengan indah.

"Eh, putri kesayangan Mama sudah pulang, Nak. Sini sayang, Mama tadi beliin kamu dress bagus deh kamu pasti suka," Ucap Sabrina dengan antusias. Lalu dia menggandeng lengan putrinya menuju ke ruang keluarga, membuat Jihan semakin bingung saja karena disana juga sudah ada Aleta dan Kiara yg sedang melihat-lihat gaun-gaun dan dress-dress yang terlihat indah.

"Eh ada tante Leta sama Kia. kalian ada disini juga?" 

Jihan yang melihat mereka, langsung menyapa dengan gembira. Lalu Jihan memeluk Aleta setelah itu dia pun memeluk Kiara.

"Mama gak habis pikir lho! Kamu tuh putri Mama atau apa putri tante Aleta sih?" Tanya Sabrina dengan sedikit protes pada putri dan sahabatnya tapi pertanyaan Sabrina membuat Aleta tertawa karena sahabatnya itu merajuk seperti anak kecil karena cemburu karena kedekatannya dengan Jihan.

"Dia itu putri kamu Bina! Dan yang melahirkan juga kamu. Tapi nampaknya dia lebih menyayangiku iya kan sayang?"

Melihat sahabatnya merajuk, membuat Aleta semakin senang  menjahilinya.

"Kok gitu sih Mah masa main cemburu-cemburuan sih! Jihan kan sayang kalian berdua. Mama sama Tante Aleta, dua-duanya kesayangan Jihan. Pokoknya Jihan sayang kalian berdua, jadi gak usah cemburu-cemburuan lagi ya Mah, Tan." 

Jihan kini langsung memeluk keduanya dengan begitu erat, mereka pun kini tertawa bersama. Tertawa karena merasa lucu dengan tingkah mereka yang terlihat seperti anak kecil.

"Kalau sama Kia gak sayang dong kak?" Tanya Kiara yang sudah cemberut.

Sekarang giliran Kiara yang merengek sambil menekuk wajahnya,m karena merasa tidak dianggap. Setelah mendengar ucapan Kiara yang seperti rengekan. Jihan pun  melepaskan pelukannya dengan  Sabrina dan Aleta. Lalu dia menghampiri Kiara yg sedang memindah-mindahkan chanel televisi sambil dengan kesal.

"Kata siapa kakak gak sayang sama kamu? Kakak sayang kok sma Kia, kan Kia adik kesayangan Kakak satu-satunya, jadi Kia jangan marah ya sama Kakak."

Jihan mencoba membujuk Kiara agar tidak marah, lalu dia pun memeluk Kiara dengan erat.

"Kia juga sayang banget sama kak Jihan," Ungkap Kiara sambil mengeratkan pelukannya pada Jihan. Sabrina dan Aleta yang melihat pemandangan seperti itu pun merasa sangat bahagia karena keakraban Jihan dan Kiara.

"Bun pulang gak! Dirumah sepi kayak kuburan tau."

Septian tiba-tiba datang sambil berteriak. Dan kini sudah berdiri didepan pintu ruang keluarga Abimanyu.

"Tian, gak bolah gitu ah. Masa datang-datang bukannya ucap salam, ini malah teriak-teriak dirumah orang lagi bikin malu Bunda saja kamu!" protes Aleta sambil menatap Tajam kearah Septian.

"Udah gak apa-apa Leta. Tian kan udah aku anggap seperti putraku sendiri," Ucap Sabrina. Mencoba memaklumi dan kini dia tersenyum pada Septian.  membuat Septian malu lalu menghampiri Sabrina dan mencium punggung tangan Sabrina, lalu meminta maaf karena sudah tidak sopan saat datang tadi.

"Maafin Tian ya tante. Karena pas dateng langsung teriak-teriak disini," Ucap Septian. Mendengar permintaan maaf yang tulus dari Septian. Sabrina pun mengelus bahu Septian sambil mengangguk dan tersenyum padanya.

"Ah...! Mama kok gitu sih, gak asik ah langsung dimaafin aja, orang dia udah teriak-teriak kayak Tarzan dikira rumah kita hutan kali. Jangan gitu dong Mah, entar tuh si curut kebiasan kayak gitu kalau datang kerumah orang."

Karena apa yang mamanya lakukan pada Septian. Kini Jihan merajuk tanda protes pada ibunya.

"Eh lo! Kenapa lo yang sewot! Orang yg punya rumah aja kagak kenapa-napa, kok gue jadi gak yakin ya kalau lo itu anak tante Sabrina. Soalnya kan tante Sabrina itu orangnya baik, lembut terus manis dan cantik lagi." 

Mendengar ucapan Septian yang seperti mengejeknya, membuat Jihan semakin geram. Dia pun menjawab ucapan Septian dengan santai dan membalas perkataan Septian yang tadi mengolok-oloknya.

"Kayak gue yah cantik dan baik? Hehe...! Makasih pujiannya ya Curut, gue kan emang baik dan cantik terus pinter lagi. Dan asal lo tau gue juga gak yakin lo anak tante Aleta sama om Reno, secara mereka tampan dan cantik juga baik hati, gak kayak lo gak punya ahlak," Ujar Jihan dengan tatapan sinisnya.

"Mereka mah emang pinter dan baik. Jadi kombinasiinnya pas banget bikin gue ganteng banget kayak gini," sahut Septian tidak mau kalah lalu dia tertawa.

Sementara itu Aleta, Sabrina dan Kiara, mereka hanya saling melirik bingung saja kalau Jihan dan Septian berantem didepan mereka. Untung saja mereka sudah terbiasa.

Karena memang dari kecil mereka suka sekali mencari masalah dan akan ribut meski hanya hal yang sepele. Waktu kecil awalnya mereka akur, tapi gara-gara hal sepele Septian menghabiskan ice cream milik Jihan dan tidak sengaja menjatuhkan boneka teddy bear besar milik Jihan pemberian neneknya, ke dalam lumpur saat Bermain diluar rumah dan bonekanya tidak bisa dibersihkan. Dari situ lah Jihan jadi sanget membenci Septian. meskipun Septian sudah minta maaf tapi Jihan tetap tidak mau memaafkannya. jadi akhirnya Septian jadi suka sekali menjahili Jihan.

"Eh, Bin, gimana kalau mereka kita jodohin, kamu setuju kan?" Tanya Aleta pada Sabrina pelan tapi masih cukup terdengar oleh Septian dan Jihan.

"Nggak mau!!!" Seru Septian dan Jihan secara bersamaan. Malah membuat Aleta dan Sabrina juga Kiara tertawa mendengar kekompakan penolakan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status