Dua jam setelah lepas landas dari bandara Beijing, Nuwa Airlines yang membawa Azzura dan penumpang lainnya di dalamnya, kini akhirnya mendarat sempurna di bandara Shanghai. Setelah itu, Azzura turun dari pesawat dan keluar bandara sambil membawa kopernya.
Di luar bandara, Azzura dijemput oleh seorang sopir, yang akan mengantarnya ke villa sewaannya. Namun, setelah sampai di villa, Azzura menemukan bahwa villa sewaannya tersebut telah ditempati oleh pria tidak dikenal."Kyaaaaaa!" Azzura berteriak dan terperanjat kaget saat melihat pria tampan dan bertelanjang dada sedang berdiri di ruang tamu villanya. "Siapa kau dan sedang apa kau di sini?!" cerca wanita ini.Pria tampan yang sedang minum tersebut kontan tersedak dan menyemburkan air dari mulutnya, kala mendengar teriakan Azzura yang melengking. "Hey! Kau yang siapa dan sedang apa kau di sini?!" ujarnya, balik bertanya.Azzura terbelalak mendengar pertanyaan pria itu. Lalu detik berikutnya, ia berjalan mendekatinya. "Kau yang siapa?! Karena aku sudah menyewa villa ini," ucap Azzura dengan dahinya yang berkerut."Dasar gila!" hardik Alan. Ya ... nama pria tersebut adalah Alan. "Kau baru saja masuk ke villa ini, sementara aku yang lebih dulu menempati villa ini!" kesalnya."What?!" Kedua mata Azzura membola besar usai mendengar Alan mengiranya gila. "Astaga! Aku menyewa villa ini selama dua minggu," jelas Azzura bernada marah. "Wait! Akan aku buktikan," jelas gadis ini.Detik berikutnya, Azzura mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan nama serta booking code-nya pada Alan. "Ini, lihatlah!" kata Azzura ketus.Alan yang tak mau kalah lantas mengambil ponsel miliknya dari atas meja dan menunjukkan kode konfirmasi pemesanan yang tertera di sana. "Salam kenal, aku Alan." balas pria ini dingin dan pongah, kala mengarahkan layar ponselnya pada Azzura."Hhhhhh ...." Azzura menghela nafas panjang usai mengetahui bahwa pria memesona dan sangat tampan di hadapannya malam itu telah menyewa villa dari tanggal 5 sampai 11 Juli, sedangkan ia menyewa villa dari tanggal 7 sampai 20 Juli."Tapi ... aku baru saja terbang dari Beijing. Dan ini hari yang melelahkan. Jadi, jika kau mau mengosongkan villa ini sampai semuanya beres, itu akan bagus. Dan aku akan sangat berterima kasih kepadamu," ujar Azzura pada Alan dengan penuh harap."Kenapa harus aku?" Alan menatap Azzura sinis. "Jika aku jadi kau, aku lebih baik kembali ke Beijing," cicit pria ini dingin. "Dengan begitu kau bisa menjadwal ulang lain kali," jelas pria berkancut yang ketumpahan air ini.Azzura pun menggeleng cepat. "Aku tak bisa main kembali terbang ke Beijing begitu saja. Dan apa kau bilang? Jadwal ulang? Tidak." Dengan tegas wanita ini menolak. "Aku sudah menantikan perjalanan ini sepanjang hidupku," terangnya."Kalau begitu menginaplah di sini semalam. Hanya sampai besok pagi, sampai kita membereskan ini dengan pemilik villa," cetus Alan santai sambil melipat tangannya di depan dada. "Tapi ... kalau kau mau, kau tidur di sofa. Karena hanya ada satu kamar tidur untuk penginapan tipe ini. Kau tahu itu, kan?" imbuhnya.Kontan Azzura terdiam dan dilema memikirkan ide Alan itu. Keputusan yang sulit, tetapi toh ia tetap harus membuat pilihan. Apakah ia akan menginap dan berbagi villa untuk semalam dengan lelaki yang bersikeras sudah menyewa villa dan bisa membuktikannya. Terlebih lagi, di mata Azzura, Alan merupakan sosok yang menjengkelkan dengan segala kesarkasannya.Namun kemudian, Azzura mengedipkan matanya dan menghela napas panjang. "Baiklah," ucapnya pasrah. Yang diajak bicara hanya diam.Kendati begitu, Azzura tetap mencoba menelepon pemilik villa bernama Derick. Namun, ternyata Derick tidak bisa dihubungi. Alhasil, Azzura yang merasa sangat kesal memutuskan untuk meninggalkan pesan untuk Derick.***Malam harinya, setelah Azzura selesai mandi dan tampil cantik dalam balutan piyama selutut pergi ke ruang tamu. Di sana, Azzura melihat Alan sedang minum wine di gelasnya. "Apakah kau berencana menghabiskan wine itu sendirian?" tegur Azzura dingin, kala ia berdiri di belakang Alan.Alan yang sedang duduk di sofa dan dalam kondisi setengah mabuk, menoleh ke belakang, menatap Azzura sambil tersenyum dan menggeleng. "Apa kau mau?" tanya Alan lembut. Dan Azzura pun mengangguk tegas sembari duduk di samping Alan.Segera, Alan mengisi gelasnya dengan wine. Lalu ia memberikannya kepada Azzura. Azzura pun menerima wine tersebut. Lalu detik berikutnya, Azzura minum wine dari gelas Alan, sementara Alan minum wine langsung dari botolnya.Saat itu, Alan dan Azzura mengusir kesunyian dan menikmati malam ditemani dengan sebotol wine yang sangat memabukkan. Saking memabukkannya, Azzura dan Alan dalam keadaan setengah sadar sampai tidak sadar satu sama lain jika ternyata tubuh dan hasrat mereka saat itu adalah sama.Alan dan Azzura bergairah dan saling membutuhkan. Buktinya sepasang anak manusia ini berciuman, berpelukan dan saling membelai mesra tubuh satu sama lain. Bahkan, Alan tanpa ragu menekan kepala Azzura dengan tangan kekarnya agar ciuman mereka lebih dalam."Huuhh ...." suara nafas Azzura usai Alan melepas pangutannya. Nafas Azzura putus-putus dengan wajahnya yang memerah."Should I stop?" tanya Alan dengan berbisik lembut tepat di depan wajah Azzura.Ciuman Alan yang begitu dalam malam itu kontan membuat Azzura lupa diri. Azzura sangat menikmatinya, sehingga ia menolak berhenti. "No. Absolutely not!!" tegas Azzura. Ia lalu menggerakkan ibu jari tangan kanannya di sepanjang rahang Alan.Meski sentuhan Azzura itu sangat ringan, namun berhasil membuat Alan terbakar gairah yang membara. Ia merasa seperti akan meledak. Karena itu, Alan langsung saja melumat bibir ranum, manis dan kenyal Azzura tanpa ampun dengan tempo cepat dengan sangat dalam, panas, dan liar.Namun detik berikutnya, Azzura menarik bibirnya dari bibir Alan, membuat laki-laki yang berada di bawah kendali nafsu ini menatapnya dengan tatapan memburu serta nafas yang tersengal-sengal selagi mulutnya terbuka—tampak seperti ketika ia akan melahap bibirnya."Kita minum wine bersama. Kita juga berciuman. Lalu, setelah ini apa lagi?" tanya Azzura dengan dadanya yang naik-turun sambil menatap Alan dengan mata teduhnya.Dengan nafas terputus-putus, Alan pun menjawab. "Aku mau membuka krisan milikmu. Apakah mungkin aku bisa melakukannya?"Azzura lantas memasang wajah terkejut setelah ia mendengar jawaban dan pertanyaan Alan kepadanya saat itu. Kendati begitu, tanpa disangka, ucapan Alan tersebut justru membangkitkan libidonya sebagai wanita dewasa."Ya, tentu...." Azzura yang terpikat dengan pesona sensual yang terpancar jelas pada diri Alan, menatap Alan dengan pandangan sayu.Alan pun tersenyum lalu menghujani leher Azzura dengan ciuman erotisnya sembari merebahkan wanita itu di ranjang. Setelah itu, Alan melucuti pakaian Azzura dan pakaiannya sendiri. Kemudian ia menjelajahi tubuh Azzura. Hingga akhirnya, malam itu, Alan berhasil merenggut kesucian Azzura.Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri