Saat pagi menyapa, Alan dan Azzura yang bangun dari tidur mereka terlihat saling memandang dalam diam. Satu detik ... dua detik ... tiga detik berlalu hingga akhirnya keduanya tersadar dan....
"Aaaaaaaaaaa ...." Alan dan Azzura satu sama lain menjerit. Alan menjerit karena terkejut melihat wanita tak dikenal berada di ranjang bersamanya, sementara Azzura menjerit sebab ia terkejut mendengar teriakan Alan."Apa-apaan ini?!!" Alan terbelalak saat ia bersitatap dengan Azzura, dan kepalanya tidak menemukan ingatan visual mengenai permainan penuh gairah bersama Azzura tadi malam.Melihat Alan terkejut, Azzura refleks bangkit dari tidurnya sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Karena selimut yang ditarik sang fashion desainer terlalu banyak kearahnya, itu membuat bagian intim Alan terlihat jelas, dan membuat mereka satu sama lain kaget.Saking kagetnya, Azzura sampai menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Lalu ia mengutip pakaiannya di lantai, berlari ke kamar mandi dan mengurung diri di sana. Di sisi lain, Alan yang berada di kamar, mengambil bantal untuk menutupi area intimnya yang berharga."Hey! Apa kau kira kau bisa lolos begitu saja?" Alan turun dari ranjangnya, dan berlari mengejar Azzura. "Buka pintunyaaaaa!!!" teriak Alan sambil mengetuk pintu kamar mandi dengan kuat dan tanpa henti. Namun Azzura hanya diam."Apa kau tuli?!" bentak Alan. Ia marah, sementara di kamar mandi Azzura gugup. "Cepat buka pintunya! Apa yang kau lakukan—""Tidak tahu! Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi kepada kita." Azzura memotong bicara Alan cepat. Wanita ini sangat bingung mengapa Alan sama sekali tidak bisa mengingat kejadian semalam, sedangkan ia bisa.Untungnya, dewa fortuna masih berpihak kepada Azzura. Buktinya, Alan yang berdiri di luar kamar mandi dan berhasil mengenakan pakaiannya, kini menemukan ingatan visual soal minum wine bersama, berbagi kamar tidur dan ranjang, dan pergulatan panas mereka."Astaga! Jadi, tadi malam, aku dan Azzura benar-benar melakukannya." Alan memijat pelipisnya. "Azzura, tolong keluarlah. Kita berdua harus bicara," ujarnya sambil menempelkan telinga pada pintu kamar mandi.Mendengar Alan bicara kepadanya dengan lembut, Azzura pun keluar kamar mandi. Setibanya ia di luar, Alan menarik tangannya kemudian menghempaskan tubuhnya di kasur dengan cepat."Kena kau wanita penggoda!" hardik Alan. "Jadi, ini rencanamu? Kau sengaja minum wine bersamaku agar bisa bercinta denganku. Iya kan?" Alan menatap Azzura nyalang.PLAK!!Azzura menampar Alan kuat karena tuduhan tidak berdasar yang ia layangkan kepadanya. Melalui tamparan itu berarti Azzura membatah keras segala tuduhan tidak masuk akal itu meski pun ia menikmati pergulatan panas antara dirinya dan Alan."Tuan Alan yang terhormat, tolong dengarkan aku baik-baik!" ujar Azzura tegas dan dingin sembari matanya menatap Alan tajam, yang meringis menahan sakit dan panas di wajahnya."Pertama, aku bisa mengingat semua yang terjadi dengan sangat baik meski aku minum wine. Pagi ini, saat aku bangun, aku ingat bagaimana aku bisa datang kemari dan bertemu denganmu," jelas Azzura dengan raut wajah marah."Kedua, aku bersedia minum wine bersamamu, itu karena aku sangat menyukai wine. Di rumahku di Beijing, aku punya lemari penyimpanan dengan berbagai jenis wine dari berbagai kilang anggur. Jadi, aku minum wine bersamamu bukan karena aku ingin bercinta denganmu," imbuh Azzura. Lalu ia mencoba melepaskan diri dari jerat badan kekar Alan."Maafkan aku...." Alan duduk di tepi kasur dengan raut wajah bersalah karena sudah menuduh Azzura yang bukan-bukan."It's okay," balas perancang busana 24 tahun ini singkat sambil tersenyum canggung. Lalu ia beringsut ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk bekerja. Sementara itu, Alan menunggu gilirannya dengan duduk di tepi ranjang.***Sore harinya, sepulang bekerja, Alan dan Azzura terlihat sedang duduk bersebelahan di sofa di ruang tamu guna mengusir penat usai bekerja seharian. Pada waktu ini, Derick sebagai pemilik villa Garvi House datang untuk bertemu dengan Azzura dan Alan untuk menyelesaikan kekacauan yang terjadi di Garvi House.Melihat kedatangan Derick, Azzura yang awalnya diam dan duduk santai langsung berdiri cepat dengan dua tangan di pinggang. "Tuan Derick, kebetulan Anda di sini, jadi, saya ingin Anda tahu kalau saya hampir tidur di lantai semalam!" tukas Azzura ketus sembari memasang wajah kesal saat menatap Derick."Itu akan menjadi malam yang sangat buruk kalau sampai terjadi, Nona Azzura," balas Derick dengan raut wajah tanpa merasa bersalah dan menyesal setelah membuat Azzura terpaksa berbagi villa dengan pria asing."Sebenarnya, ada kesalahan dalam administrasi pesanan sewa villa akibat adanya dua orang yang berbeda yang menangani," ungkap Derick akhirnya."Istriku mengurus daftar pesanan sewa Garvi House. Selama ini dia melakukannya dengan baik. Bahkan, sekali pun dia tidak pernah keliru. Tapi, pacarku mengurus daftar pesanan sewa Harvi House. Dia memang kurang pintar. Dia keliru antara Garvi House dan Harvi House. Sehingga terjadilah kekacauan ini," bebernya.Sontak Azzura dan Alan pusing, kala mendengar perjelasan Derick itu. "Apa pun alasannya, yang terpenting sekarang adalah apa yang harus kita lakukan?" tanya Alan dengan harapan bahwa Derick telah menyiapkan solusi terbaik atas kekacauan yang ia buat."Mungkin kalian harus berbagi kamar dan ranjang," jawab Derick santai. Bahkan sambil tersenyum."WHAAAAATT?!!" Alan dan Azzura kontan menjerit serentak dengan wajah terkejut dan mata terbuka lebar."Akan saya beri diskon, Nona Azzura," balas Derick."Saya tidak ingin diskon. Saya menginginkan villa saya!" bentak Azzura. "Dan apa Anda bilang tadi, berbagi villa dengannya? Oh itu mimpi buruk," cicit Azzura. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela dengan raut wajah marah dan frustrasi."Atau mungkin inilah takdir," balas Derick sembari tersenyum tanpa dosa. "Seperti yang telah Saya katakan di situs dan aplikasi pemesanan sewa Garvi House bahwa cinta selalu menemukan jalan.""Omong kosong!" jawab Azzura ketus. "Apa Anda benar-benar tidak bisa mengusahakan sesuatu?" Azzura menatap Derick dengan wajah mengernyit.Derick pun menggeleng. "Percayalah Nona Azzura, semua selalu berjalan lancar di Shanghai dan Garvi House. Anda jangan khawatir." Derick tersenyum miring kepada Azzura lalu berjalan melewatinya, dan pergi ke arah pintu keluar."Jangan lupa beri saya rating bintang lima di situs Garvi House," pinta Derick. "Selamat bersenang-senang," imbuhnya sambil melambaikan tangan. Kemudian ia pergi meninggalkan Azzura dan Alan.Setelah Derick pergi, Azzura duduk di sofa dengan lemas dan wajah murung. Melihat itu, Alan lantas berjalan mendekatinya. "Hey, bersemangatlah! Aku tidak keberatan kita berbagi villa," ungkap Alan.Mendengar itu, Azzura kontan mengangkat wajah cantiknya, menatap Alan dengan mata berseri-seri sambil bibirnya tersenyum. "Kau tidak masalah kalau tinggal bersama orang yang belum 24 jam kau temui?" tanya Azzura. Yang ditanya diam tapi mengangguk sambil mengulas senyumnya yang memesona.Namun kemudian, Alan menjelaskan. "Aku akan sering berada di luar karena pekerjaan. Dan kalau kita beruntung, kita tidak akan saling bertemu atau setidaknya jarang bertemu," jelas Alan. Lalu ia bangkit dari duduknya.Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri