Share

Hormon Endorfin

“Damar.”

“Ya.” Lelaki yang tadi dipanggil itu tersentak.

Audrey yang memanggil tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap asistennya saja. Itu membuat Damar menatap ke sekelilingnya dan menemukan kalau semua orang di dalam ruang rapat tengah menatap dirinya. Itu cukup membuat lelaki itu tahu kalau dia membuat masalah.

“Maaf.” Damar mengatakannya, disertai dengan ringisan pelan. “Tadi Bu Audrey bilang apa?”

“Kalau kau tidak bisa melakukan tugasmu dengan baik, mungkin kau bisa keluar saja.” Bukannya menjawab, Audrey malah mengusir.

“Tidak, Bu. Saya bisa bekerja,” balas Damar berusaha untuk lebih fokus. “Bu Audrey mau apa?”

Perempuan yang ditanyai tidak langsung menjawab. Dia malah menatap sang asisten dengan tajam, sampai membuat semua orang yang ada di dalam ruang rapat menjadi tegang. Untung saja, ketegangan itu tidak berlangsung lama.

“Design yang diberikan Felix.” Audrey mengatakannya dengan singkat, karena masih merasa kesal.

“Baik.”

Damar dengan cepat mengambil al
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status