Home / Romansa / My Bastard Uncle / 7. Rubah Berbulu Kelinci

Share

7. Rubah Berbulu Kelinci

Author: Intan SR
last update Last Updated: 2021-05-20 18:38:51

"Aahhh!!" pekik Carissa ketika melihat ada bangkai tikus di dalam lacinya. Dia tak sengaja memegangnya ketika berusaha mengambil buku yang ada di dalam laci.

Carissa berusaha membuang bangkai tikus itu sendirian. Dengan menggunakan kertas yang ia robek dari bukunya.

Rossa yang melihat dari kejauhan hanya terkekeh geli karena semua itu adalah perbuatannya.

"Setelah merebut perhatian ayah, sekarang berusaha merebut perhatian dari Daniel," desis Rossa.

Sebelumnya …

Ketika dia melihat sepupunya yang sedang makan di kantin, dia pun langsung melancarkan serangan.

Dia menyuruh Saipudin yang bucin padanya untuk meletakan bangkai tikus di dalam laci Carissa.

"Dari mana aku dapat bangkainya, Cha?!" tanya Udin dengan frustrasi,

"Sama Pak Bon, pasti dia ada," jawab Rossa. "Pokoknya taro aja di laci Carissa."

Dan akhirnya dia menuruti perintah dari Rossa, diam-diam dia meletakan bangkai tikus tersebut di dalam lacinya ketika di kelas itu tak ada yang menyadari keberadaan Udin.

"Udah nih," kata Udin sambil mengatur napasnya yang berantakan.

"Oke, makasih," kata Rosa kemudian berlalu dengan teman-temannya.

Ia ingin melihat pekerjaan Udin, dan ternyata sukses juga membuat wajah Carisa ketakutan seperti itu.

"Pelanggan kamu Dan, lihat tuh," kata Irvan.

"Kenapa?" tanya Daniel, matanya menangkap bayangan Carissa sedang membuang bangkai tikus ke dalam tempat sampah.

"Siapa yang lakuin?"

Irvan menaikan kedua pundaknya. "Hanya Tuhan dan pelakunya yang tahu."

Daniel diam, memandangi Carissa yang masih terkejut dengan bangkai yang tega diletakan di dalam sana.

"Memang masih zaman plonco buat anak baru ya?" tanya Rendy masih mengamati bayangan Carissa yang hendak masuk ke dalam kelasnya.

Yah, karena kelas tiga dan satu itu dekat jadi mudah bagi Daniel untuk mengawasi "pelangganya" itu.

"Jangan-jangan Si Ocha, kayaknya sejak kamu jadi guru les Carissa aneh-aneh aja yang dialamin sama tuh cewek."

Mungkin, Daniel berpikir dalam diam. Rossa gadis yang bisa ditebak. Dia memang nampak baik di luar tapi di dalam, dia lebih berbisa daripada ular kobra sekalipun.

"Cemburu mungkin." Ledek Irvan.

"Lagian jadi orang bagi-bagi dong kepopulerannya?" ledekan dari Rendy tak ditanggapi oleh Daniel, dia malah melangkah pergi keluar kelas.

Dia menuju kelas Carissa dan bertanya pada anak-anak di dalam sana siapa yang sudah melakukan hal itu pada Carissa.

"Gak ada yang tahu?!" Ini adalah suara Daniel yang paling keras seumur-umur.

"Apa kalian pura-pura buta?! Teman kalian dikerjain tapi malah gak ada yang peduli!" Kalimat terpanjang dari Daniel di sepanjang sejarah.

"Kak, aku gak apa-apa," kata Carissa pelan.

Daniel hanya mengamati wajah mungil itu lalu mengelilingkan pandangannya ke seisi kelas.

"Udin, Kak!" jawab seorang murid cewek. 

"Udin?" Daniel tak kenal nama tak populer itu.

"Satu kelas sama Ocha," lanjutnya lagi. Dan bisa ditebak jika Daniel langsung menuju ke kelas Udin dan bertanya pada Udin mengapa dia melakukan ini pada Carissa.

"Gak apa-apa, Kak cuma iseng aja," jawab Udin ia tak mau membawa nama Rosa.

Padahal Rosa yang duduk di bangku depan sudah kelabakan. Tangan Widuri menyenggolnya tapi ditepis oleh Rossa.

"Kayaknya kak Daniel suka sama sepupu kamu, Cha," bisik Widuri membuat perasaan Rosa semakin tak enak.

Dia sudah kesal dan kini diliputi rasa cemburunya pada sepupunya sendiri.

"Kalau gak, gak mungkin sampai begini. Masa cuma gara-gara dia adik kelas yang diles sama dia."

Gigi Rosa menggeretak, melirik tajam pada Widuri yang tak mau berhenti.

Cara apalagi agar Daniel berhenti peduli pada Carisa?

Oke, Rossa akui. Carissa memang gadis yang cantik, dengan kulitnya yang berwarna kuning langsat. Muka yang bulat dengan senyum yang menampakan deretan giginya meski ada gingsul, tapi itu yang membuat nilai plus pada dirinya.

Tapi gadis itu miskin, dia tak punya apa-apa. Dia tidak setinggi Rossa malahan dia pendek. Namun apa yang membuat Daniel menyukai gadis itu?

**

Carissa ingin berbicara pada Rian setelah sepulang sekolah, ia ingin mengatakan untuk tidak memberikannya apa-apa lagi karena membuatnya merasa tidak enak, terlebih pada dirinya.

"Memangnya kenapa? Rosa marah sama kamu?" tanya Rian pada Carissa yang mencari pamannya di dalam ruang kerjanya di samping kamar Rian.

"Bukan, tapi Carissa gak enak sama Ocha."

"Kamu kayak gak tau sifat Ocha aja, dia kan begitu," jawab Rian yang tak mau memahami kegelisahan Carissa.

"Tapi—"

"Jangan pakai tapi lagi, lebih baik kamu bersiap untuk les."

"Dan untuk lesnya, mungkin enam bulan cukup, Paman."

"Kalau kamu takut Ocha, maka kamu gak perlu takut dia marah. Karena Paman sudah daftarkan dia pada guru yang lebih baik dari Daniel."

"Lagian kamu gak suka sama Daniel kan?"

Wajah Carissa tersentak, mendongak menatap wajah Rian lalu menggelengkan kepalanya cepat.

"Gak Paman, Carissa sadar diri."

"Ya udah, jadi kamu jangan takut Ocha marah, oke." Rian menekan kedua bahu Carissa. Dia menatap wajah yang langsung menunduk itu.

Dengan jempolnya, dia mendongakan wajah Cariisa dan menatapnya sangat dekat. Membuat Carisa memundurkan wajahnya. Ini sedikit tidak wajar.

"Kalau begitu saya turun ke bawah dulu, Paman," ucap Cariisa, jika saja dia mau melirik ke arah monitor yang ada di meja kerja Rian pasti dia tahu kelakuan Pamannya itu.

Ketika menuruni tangga, dia sudah melihat Daniel di ruang tamu.

Lelaki itu datang lebih awal karena ada urusan mendadak dengan ibunya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

"Gak apa-apa kan kalau sekarang?" tanya Daniel, dia berjalan di samping Carissa.

"Gak apa-apa Kak, lagian ibu Kakak lebih butuh kehadiran kakak."

Daniel memandang wajah Carissa dari samping, sangat tenang meskipun menyimpan kesedihan di dalamnya.

Ada beberapa hal yang ia tahan untuk tak ia katakan sekarang apa yang sebenarnya terjadi di kelas.

"Kamu—baik-baik aja kan?" tanya Daniel tiba-tiba. Carissa yang ditanya otomatis terkejut, mengapa Daniel menanyakan hal itu padanya.

Apakah Daniel yang dingin, ternyata sehangat ini?

"Baik, Kak," jawab Carissa. Ia mengeluarkan buku dari tasnya dan membukanya.

"Kayaknya aku memang gak pinter Kak."

"Kenapa emang?"

"Aku salah lima dari lima soal."

Daniel terkekeh. "Mungkin kamu belum ngerti banget." 

Baru kali ini Carisa melihat senyum itu. sangat manis tapi mengapa dia jarang tersenyum bahkan tertawa kecil seperti itu?

Tapi, ketika ia menyadari jika ditatap oleh Carisa dia langsung menyembunyikan senyumnya.

"Bilang aja kalau belum ngerti, pasti aku bantu. Aku kan dibayar buat bantuin kamu."

"Tapi aku gak enak."

"Aku lebih gak enak kalau kamu belum ngerti dan aku dibayar untuk membuat kamu ngerti."

Carisa tersenyum. "Makasih, Kak."

"Buat apa?" tanya Daniel, lagi-lagi menatap wajah Carissa.

"Untuk tadi di sekolah."

Ada keheningan sejenak di antara mereka berdua.

"Aku gak tau kenapa ada yang iseng begitu sama aku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Bastard Uncle   43. Tamat

    “Ada yang pengin aku tunjukin sama kamu,” kata Rendy malam itu. Setelah bebas, Carissa tinggal di sebuah kos yang dekat dengan Rendy. Dan karena itu lah membuat hubungan mereka dekat seperti sekarang.Selama tujuh tahun, Carissa tidak pernah mengizinkan Aaron untuk mengunjunginya. Dia menolak tiap kali Aaron ingin bertemu dengannya di penjara, karena Carissa tak ingin membuat Aaron tidak dapat melupakannya.Sudah tujuh tahun, harusnya Aaron sudah bisa melupakannya. Dan memiliki seseorang yang dia sayangi.“Kita mau ke mana, Kak?” tanya Carissa.“Kalau aku ngasih tau sekarang, namanya bukan kejutan,” jawab Rendy.Karena tak bisa menolak permintaan Rendy, akhirnya Carissa menurutinya. Mereka naik motor untuk menuju ke tempat yang dimaksud oleh Rendy.Di perjalanan, tiba-tiba saja Carissa teringat dengan Aaron. Ada perasaan rindu yang mengusiknya saat ini, tapi di sisi lain dia takut untuk bertanya pada Rendy bagaimana keadaan Aaron sekarang.Apakah dia sudah menikah? Apakah dia sudah m

  • My Bastard Uncle   42. Bahagia dengan cara masing-masing

    Tak ada penyesalan dari diri Carissa ketika dia mengetahui bahwa Rian telah mati di tangannya. Luka tusuk yang dia berikan rupanya menembus tepat ke jantungnya.Namun, ada penyesalan bagi Carissa sampai sekarang. Jika dirinya tidak bisa melihat dan menemani Aaron sampai sadar.Satu haru setelah kejadian itu, Carissa dibawa ke kantor polisi untuk diminta keterangan. Hingga akhirnya, statusnya berubah menjadi seorang pelaku pembunuhan.Carissa tidak mengelak. Dia mengaku bahwa dirinya memang sudah membunuh Rian.Di kantor polisi itu juga lah, dia bertemu dengan ibunya yang sudah tidak dia lihat selama beberapa bulan ini. Dan juga Rossa yang menangis karena dirinya telah menjadi anak yatim piatu.“Kenapa kamu harus melakukan ini pada pamanmu sendiri, Carissa?!” geram ibunya. Dian benar-benar sama sekali tidak mengasihani anaknya yang sebentar lagi akan dipenjara selama tujuh tahun.Carissa diam.“Padahal kamu tak perlu sampai membunuhnya.”Tiba-tiba Carissa menyeringai.“Apa ibu takut ak

  • My Bastard Uncle   41. Impas

    Dengan sekuat tenaga Carissa mencoba untuk agar tetap terjaga, meski rasa kantuknya saat ini benar-benar sangat menyiksanya.Samar-samar dia melihat bayangan Rian, lelaki yang sudah lama tidak dia lihat masuk ke kamar. Dia tersenyum dan mendekati Carissa.Baru saja saat Rian hendak menyentuh pipi Carissa. Bayangan lain masuk, meski Carissa setengah sadar tapi dia tahu bahwa bayangan lain itu adalah Aaron.Namun, sepertinya ada yang salah dengan Aaron. Wajahnya dipenuhi dengan darah yang menetes. Dengan mata yang ganas dia mencoba memukul Rian dengan kayu yang ada di tangannya.Rian yang sadar jika ada orang lain masuk ke kamar itu pun menoleh. Dia terkejut mendapati Aaron mampu melewati anak buahnya.“Kamu pikir aku akan membiarkanmu hidup!” ujar Aaron. Pukulan pertamanya meleset, lelaki itu terhuyung dan terjatuh.Rian menendang perut Aaron yang sudah tidak berdaya. Terus memukulinya sangat kalap tanpa takut jika hal itu dapat membunuh Aaron.Carissa membuka matanya lebar-lebar. Dia

  • My Bastard Uncle   40. Mereka dalam bahaya

    Aaron terkejut saat mendapati mobilnya tidak ada Carissa. Awalnya dia mengira jika Carissa mungkin saja ke toilet, tapi rasa curiganya muncul saat menemukan ponsel milik Carissa terjatuh di samping mobilnya.Aaron memungutnya, jelas Carissa bukan perempuan ceroboh seperti ini.Mobil melintas di sampingnya, sosok Carissa memukul jendela mobil di bangku penumpang dengan wajah ketakutan. Aaron dapat melihatnya sekilas dan yakin jika Carissa saat ini sedang diculik.Bergegas masuk ke dalam mobilnya, Aaron langsung mengejar mobil yang membawa Carissa. Ia tak ingin melewatkan waktu sedetik saja agar tidak kehilangan jejak mobil tersebut.Seorang lelaki menarik rambut Carissa hingga perempuan itu tertarik ke belakang. Dengan kasar dia lalu mengikat kedua tangan Carissa menggunakan tali rafia.“Diam. Kamu sudah cukup merepotkan selama ini, jadi berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu.”Carissa dapat melihat pisau yang ditodongkan ke perutnya. Wajahnya memucat dan menggigil ketakutan.Aaron

  • My Bastard Uncle   39. Firasat yang tak enak

    “Kalian mau ke mana?” tanya Aarin saat melihat Aaron sudah mengenakan pakaian rapi tidak seperti tadi.“Mau jalan-jalan, kenapa? Kalian nggak boleh ikut,” jawab Aaron. Dia masih menunggu Carissa yang mengganti pakaiannya. Sementara Daniel, dia sedang mengobrol dengan ayah Aarin di taman belakang rumah.“Malam minggu? Kamu jalan-jalan sama Carissa? Nggak salah?”“Kenapa salah. Udah urus aja pacarmu,” kata Aaron. Dia melihat Carissa muncul dengan rok jeans berwarna biru terang. Atasnya dia memakai hoodie berwarna mocca yang pernah dibelikan oleh Aaron beberapa waktu yang lalu. Tak lupa Carissa mengenakan sepatu kets hasil hadiah dari Aaron.Aaron yang melihat jika Carissa memakai hadiah pemberiannya pun merasa bangga dan senang.Mata Carissa melihat ke sekitarnya, memastikan jika tak ada Daniel di sana.“Ayo berangkat,” ajak Aaron.Carissa mengangguk, dia pamitan pada Aarin kemudian pergi keluar. Tak lama kemudian Daniel muncul dan mengatakan pada Aarin jika malam ini ayahnya ingin pest

  • My Bastard Uncle   38. Sudah lama tidak bertemu

    Satu minggu kemudian …Tamu yang ditunggu-tunggu oleh Aarin akhirnya datang juga. Sejak pagi dia sudah sangat antusias dan bersemangat untuk mengenalkan pada ayah dan ibunya jika dia adalah pacarnya selama ini.Meski selalu diejek oleh Aaron karena mereka menjalani hubungan jarak jauh, tapi hal itu tak lantas membuat Aarin terpengaruh. Kerap Aaron mengatakan jika bisa saja kekasihnya selingkuh di luar negeri, tapi Aarin tetap percaya pada pacarnya itu.“Nggak usah masak yang enak-enak, Bi. Lagian juga belum tentu bakalan nikah sama si Aarin,” kata Aaron. Sejak tadi dia duduk di kursi meja makan dan mengawasi pembantu-pembantunya menyiapkan makanan untuk tamu Aarin. Padahal dia di sana hanya ingin mengawasi Carissa.“Inget ya, dia itu tamu penting. Very Important Person, jadi nggak boleh asal-asalan masaknya.” Setelah menjitak kepala Aaron, dia duduk di sebelah adiknya dan mengambil apel yang sedang dikupas Aaron.Aaron mendelik, padahal apel itu untuk Carissa.“Makannya belajar masak.

  • My Bastard Uncle   37. Cinta yang manis

    Carissa akhirnya makan siang dengan Rendy saat dia tahu bahwa Aaron akan makan dengan Indri. Dia pikir mungkin sesekali bisa lepas dari Aaron itu bagus.Tapi, ketika di restoran di dekat kampus, Aaron menghampiri meja Carissa yang datang lebih dulu di sana.Carissa mendelik kesal, tapi Aaron mengabaikannya.“Masih banyak meja kosong,” kata Carissa. Dia merasa tidak enak pada Rendy saat ini, di mana Rendy menatap penasaran lelaki itu.“Aku kerja di rumah dia, Kak,” kata Carissa. Rendy mengangguk saja dan meneruskan memilih menu makanan yang ada di buku menu. Sementara Indri, sejak Aaron mengajaknya untuk makan satu meja dengan Carissa, dia terus merengut kesal.Makan siang tak nyaman pun selesai, ketika Rendy bilang bahwa sudah saatnya dia masuk kerja. Tinggal Carissa, Aaron dan Indri di sana bertiga.“Yuk, balik,” ajak Indri mendesak Aaron.“Kamu duluan aja ya, aku mau ngomong dulu sama Carissa,” kata Aaron.Karena tahu tak ada gunanya berdebat, akhirnya Indri meninggalkan Aaron setel

  • My Bastard Uncle   36. Hmmm

    Carissa sudah memiliki ponsel sekarang, jadi dia tidak harus terpaku pada Aaron. Ketika dia berada di dalam mobil, dia tidak perlu berbicara dengan Aaron.Kini, dia sedang sibuk mencari-cari Daniel di sosial medianya. Bagaimana kabar Daniel? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Indonesia?“Kamu sibuk banget sih,” kata Aaron, dia melirik melalui ekor matanya, melihat Carissa yang asik dengan ponselnya sejak tadi.“Ya, aku sibuk banget,” balas Carissa.“Dan aku kamu cuekin.”“Kamu bisa telepon Indri kalau bosen,” balas Carissa lagi.“Aku bisa ketemu sama Indri di kampus. Kalau sekarang kan bisa ngobrol sama kamu.”Carissa menghela napasnya. “Itu bukan pekerjaanku, tugasku cuma nemenin kamu kuliah,” katanya. “Kalau nanti mau pergi pesta atau apapun itu, tolong kirim pesan sama aku. Aku udah punya ponsel, jadi nggak ada alasan buat nggak ngabarin.”Aaron merasa Carissa sudah berubah. Entah sejak kapan, tapi Carissa menjadi bukan seperti perempuan penurut.“Oke oke, kayak

  • My Bastard Uncle   35. Aku ngerti

    Dua belas tahun yang lalu …Aaron yang masih kecil sudah ditinggal sendirian di rumah, ibu atau ayahnya tidak merasa khawatir ketika mereka sudah percaya pada pengasuh anak yang sudah merawat Aaron sejak kecil.Namanya adalah suster Anna, pengasuh Aaron yang saat itu berusia tiga puluh tahunan. Dia lumayan cantik dan pandai berbicara. Aaron banyak belajar dari Anna, tapi tidak dengan santu hal itu.Satu hari ketika Aaron harus ditinggal ayah dan ibunya pergi keluar kota karena kakaknya akan menjalani lomba di sekolahnya. Aaron kecil tidak diperbolehkan ikut. Kata Aarin, Aaron sangat menganggu, jadi akan lebih baik jika dia ada di rumah. Hingga akhirnya, Aaron hanya ditinggal dengan Anna.Malam hujan lebat, seluruh pembantu sudah tidur dua jam yang lalu. Aaron yang ketakutan malam itu, meringkuk di dalam selimut. Dia takut dengan petir dan kilat yang terus berkilat di langit.Mendengar suara Anna masuk ke dalam kamarnya, membuat Aaron merasa lega. Dia membuka selimutnya dan melihat An

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status