Pagi itu, tampak seperti pagi-pagi yang lain. Matahari masuk menyeruak melalui tirai berwarna putih kamar mereka. Anna masih merasakan pelukan Ethan di pinggangnya, namun sejak memasuki bulan ke 5, dia semakin sering berkemih.
Dia masuk ke kamar mandi, dengan alunan dengkur pelan dari suaminya mengiringi. Dia memegang pinggangnya yang mulai pegal, perutnya kian membesar, Anna mulai kesulitan untuk mendapatkan posisi enak untuk dapat tidur, dan setelah mendapatkan posisi enak Anna harus ke toilet lagi. Hal itu berulang terus sampai Anna frustasi.
Dia segera berkemih dan mencuci tangannya, dia menatap sekilas wajahnya yang semakin membulat. Kali ini dia menyadari bahwa kulitnya menjadi kusam, dan bawah matanya gelap. Anna yang biasanya tak pernah ambil pusing dengan keadaan kulitnya, kini kekhawatiran mengeriap masuk ke hatinya. Jika kulitnya semakin berubah, akankankah Ethan tetap mencintainya?
"Anna?" Panggil kekasih hat
Ethan menatap istrinya yang masih belum siuman, dia ingin sekali mencekik pria itu, apa yang Anna lakukan dengan pria itu lagi? Bagaimana pengawal Anna bisa tidak melihat kedatangan pria itu? Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya, tapi dia tidak ada waktu untuk bertanya kepada pria itu. Hanya berkat Raka lah, Ethan bisa tahu Anna ada di rumah sakit."Pak?" Dokter mendatangi tempat tidur Anna, dia tampak bingung kepada dia seharusnya bicara."Saya suaminya," Ethan menjawab pertanyaannya yang tidak ditanyakan dokter. Pria itu segera mendatangi Ethan, namun Raka juga ikut mendekat."Benturannya tidak begitu kencang, bayinya aman, hanya saja
Anna menjadi lebih pendiam setelah pulang dari rumah sakit, dokter mengatakan semua itu dari hormon, dan Ethan harus memperhatikan dia dengan sungguh-sungguh agar tidak berlanjut. Raka menghilang setelah Anna pulang dari rumah sakit, terakhir Ethan hanya melihatnya melambai pada Anna di lobi rumah sakit.Anna kini benar-benar hanya di rumah saja. Dia bangun pagi hanya untuk melayani suaminya, Anna sudah lumayan bisa memasak sekarang, setelah kepergian mamanya, Anna sering mengingat mamanya dengan memasak sesuai cara mamanya memasak, Ethan dengan baik hati mencoba semua hasil percobaan Anna. Walau hanya dirumah yang membosankan, anak di kandungannya mulai aktif, seakan tahu dia harus menemani mamanya. Anna sering bercerita tentang apapun kepada anaknya.
Anna terbangun tiba-tiba, setelah petualangan cinta mereka untuk berkemih. desah napas Ethan terasa geli di tengkuknya, Anna bergeser pelan mencoba melepaskan rangkulan suaminya yang masih mendengkur lalu menuju kamar mandi. Saat Anna kembali ke kamar, Ethan sudah duduk di tempat tidur masih dalam keadaan polos, suaminya memang tampan sekali, dengan rambut acak-acakan, di balik selimut, dia tersenyum kepadanya, memperlihatkan lesung pipinya.Ethan merentangkan tangannya memanggil Anna mendekat kepadanya. Dia terkejut karena kehangatan Anna tiba-tiba menghilang dari sebelahnya. Wanita itu hanya mengenakan kaus dalam Ethan saat menuju kamar mandi. Saat Ethan melihat tubuhnya yang hanya separuh tertutup, hasratnya muncul kembali.A
Anna menatap Ethan dengan penuh cinta, sampai Ethan merasa jengah dibuatnya."Hentikan tatapanmu itu." Dia meletakkan kaki Anna dengan lembut lalu berdiri membayar ice-cream Anna. Dengan tersenyum, Anna berdiri lalu merangkul lengan suaminya."Aku bahagia," ulangnya sambil meletakkan kepalanya di lengan atas suaminya. Ethan mendengus."Aku bicara yang benar, aku sangat mencintaimu Ethan, aku bahagia bersamamu." Mereka berjalan menyusuri lorong Chinatown yang ramai, namun bagi Anna, hanya mereka yang ada di sana."Kau tahu, seperti inilah papaku memperlakukan mamaku." Anna bicara lagi. Ethan menatap istrinya, benarkah dia bisa dibandingkan dengan ayahnya yang sempurna itu?
Ethan terus diam sampai mereka di rumah, Anna sampai bingung apalagi yang dia salah ucapkan? Padahal dia masih mau bermanja-manja dengan suaminya, tadi siang dia bahagia sekali, namun sekarang dia begitu merana dengan sikap diam Ethan."Ethan… aku lapar." Anna merangkul Ethan dari belakang, pria itu sedang duduk di meja kerjanya, laptop terbuka, dia begitu fokus sehingga dia terkejut menerima pelukan Anna. Seketika tubuhnya kaku."Anna, aku banyak kerjaan, kalau lapar kamu pesan aja, Daniel bisa belikan apa yang kamu mau." Kemana pria yang hangat tadi siang? Sekarang dia hanya peduli dengan laptopnya.Ethan tidak bisa berkonsentrasi pada
Ethan menyetir tanpa arah, karena sesungguhnya pikirannya masih bersama Anna di rumah, di kepalanya masih terbayang, Anna yang kelaparan mencari makanan, sampai dia harus makan roti tawar. Hatinya tiba-tiba pedih, anaknya makan roti tawar malam ini.Sop Iga…, entah kenapa wanita itu suka sekali dengan sop iga, sudah berapa kali dalam Minggu ini, dan tiap kali Anna makan sop iga, dia seperti belum makan sebulan.Dia kini tau dia harus kemana, Ethan segera memutar mobilnya dan menuju tempat itu dengan tersenyum.Tiba-tiba handphon-nya berdering, Anna,... Dia tersenyum lalu mengangkat teleponnya melalui speaker mobil."Ya sayang?" Belum apa-apa dia sudah merindukan istrinya.
Anna menyetir tanpa arah, sebenarnya dia hanya ingin makan sop iga kepar*t itu, tapi saat dia sampai warung tenda itu sudah tutup. Dia menangis tersedu-sedu di parkiran, menangisi sop iga yang tak berhasil dia dapatkan, menangisi hatinya yang hancur setelah menyerahkannya utuh-utuh kepada Ethan.Dia benar-benar mencintai pria itu, bodohnya, sudah dikatakan mereka menikah hanya karena kontrak itu, hanya karena anak yang ada di kandungannya, Ethan tak akan mencintainya, berani-beraninya dia berharap akan cinta Ethan, semua itu terbukti hanya khayalan Anna saja.Anaknya kembali menendang sehingga Anna mengerutkan wajahnya karena menahan sakit. Dia lapar dan karena terus ditendang dia jadi ingin berkemih. Anna segera menjalankan mobil lagi, mencari tempat, dia tidak bisa kembali ke rumahnya, pasti Daniel sudah menunggunya disana, dia belum mau pulang. Dia terus berjalan lurus tanpa jelas dimana, sampai akhirnya bensinnya habis. Anna sampai di ujun
Walau kesedihan terus bergulir, kehidupan Anna harus terus berjalan. Anna sudah memasuki minggu-minggu untuk melahirkan, tanpa terasa sudah sebulan lebih dia melarikan diri. Pinggangnya semakin nyeri dan anaknya semakin aktif dalam kandungan. Anna sangat merindukan mamanya, andai mamanya masih ada, pasti mamanya bisa membantunya melewati ini semua, melahirkan tanpa mama sangat menyakitkan hati.Yang lebih menyakitkan hatinya adalah kenyataan bahwa Ethan sama sekali tidak merindukannya, dia tidak peduli, apakah dia tidak menghitung kalau sebentar lagi anaknya akan lahir? Atau, apakah dia sudah sama sekali tidak peduli, karena dia sudah kembali bersama Leona?Anna sempat menelpon ke rumah, karena rindunya kepada suaminya, di