Share

Bab 6

"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.

Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan.

"Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.

Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua.

"Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu."

Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek.

Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya.

"Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.

Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kabur dari Bara, pria itu sudah berhasil menangkap dan merengkuh tubuh gadis mungil itu.

"Jangan mencoba kabur dariku Kallica! Selagi kau berada di gedung milikku ini, jangan bermimpi bisa mengibuliku"seru Bara di atas kepada Kallica.

Perbedaan tinggi badan yang sangat jelas terlihat, sehingga membuat Kallica begitu mungil di dalam pelukan Bara. Gadis itu memberontak dengan keras, tapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Bara. Sampai dia kelelahan dan Bara tetap tidak melepaskan rangkulan tangannya.

"Kau harus ikut aku ke apartemenku sekarang juga! Karena kau datang terlambat, kamu harus membersihkan semua sudut rumahku!"seru Bara tak terbantahkan.

"Aku ingin menculikku!"teriak Kallica.

Bara kembali memejamkan mata, suara Kallica berdenging masuk ke dalam rongga telinganya.

"Lepaskan aku, Bara!" Seru Kallica memberontak.

Bara menyeret gadis itu menuju parkiran hotel. Dia tidak peduli semua karyawan lain melihat apa yang sedang mereka lakukan. Lagipula tidak ada satu pun yang akan berani bertanya.

Sedangkan Kallica memberontak seperti di alam liar.

"Kau pikir kau berada dimana? Diam Kallica! Kecilkan suara cemprengmu!"

"Kau menculikku! Aku akan melaporkan tindakan kejahatan ini kepada polisi!"

Bara cengengesan dan berkata," Tidak ada untungnya bagiku menculik mu. Apa yang bisa kau berikan kepadaku? Seharusnya kau merasa tersanjung karena berada dekat dengan pria paling diincar oleh kaum wanita."

"Oh! Asam lambungku,"kata Kallica memutar bola matanya.

Sungguh menjijikan mendengar Bara kalau sudah mulai mengagungkan dirinya.

Bara memaksa gadis itu masuk ke dalam mobil, dengan kecepatan penuh melajukan mobilnya menuju apartemen pria tersebut.

***

"Kenapa kau menyeretku ke apartemenmu! Kau ingin memperkosaku?"

"Ya Tuhan mulutmu, Kallica!"seru Bara tidak habis pikir dengan mulut Kallica yang tidak pernah disaring sebelum berbicara.

"Lepaskan aku Bara!"teriak Kallica di dalam lift.

Pria itu tidak meperdulikan apa pun yang akan dilakukan Kallica. Dia tetap menyeret gadis tersebut menuju unit kamarnya.

"Nah, silahkan bersihkan ruanganku. Alat-alat bersih ada di kamar mandi,"ucap Bara melepaskan Kallica.

Gadis itu hanya diam di tempat, dan tidak memperdulikan perintah apa pun.

"Kalau kau ingin berlama-lama dan berdua denganku di sini. Itu terserah mu, silahkan pergunakan waktumu sebaik mungkin,"ucap Bara sambil lalu.

Lalu, pria itu dengan seenaknya duduk di sofa sambil menyaksikan pekerjaan Kallica. Gadis itu tidak berhenti merungut kesal, satu pekerjaan maka sepuluh sumpah serapa yang diucapkannya kepada Bara.

"Disana masih banyak debu dan samlah,"kata Bara menunjuk dengan kakinya.

Pria itu sangat sengaja menguji kesabaran Kallica. Memerintah Kallica, menunjuk sesuatu dengan kaki, dan juga menyuruh Kallica membersihkan lagi tempat yang telah dibersihkan oleh gadis itu.

"Ini masih belum bersih! Kau bisa bekerja atau tidak? Kalau pekerjaanmu berantakan seperti ini, bagaimana bisa kau lolos tes menjadi office girl di hotelku. Itu di sana masih banyak debu, kursi nya tidak sama lurus, mejanya juga bukan seperti itu tadi posisinya,"kata Bara tiada henti.

"Diam!"teriak Kallica membahana di penjuru ruangan.

"Kau bersihkan sendiri sialan!"

Kallica melempar kain pembersih ke arah Bara yang mengenai tepat di wajah pria itu. Alhasil, wajah Bara dipenuhi air kotor.

"Aku bukan pembatumu, Bara! Jadi berhenti memerintahku! Aku ingin pulang! Pulang!"teriak Kallica lagi, urat leher Kallica nampak menyembul di kulitnya.

"Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu dulu baru kau bisa pulang,"ucap Bara tidak memperdulikan kemarahan gadis itu.

"Kau!"seru Kallica dengan ganggang sapu sudah diarahkannya ke wajah Bara.

"Kau sudah bosan hidup? Sekali lagi kau berbicara, akan kupastikan tongkat sapu ini akan mendarat di kepalamu. Agar otakmu kembali bergeser ke tempat semula."

Ujung tongkat sapu itu sudah hampir menempel di hidung mancung Bara. Untung saja, pria itu sangat sigap menghindar. Jika tidak, mungkin saja ujung sapu tersebut sudah terbentur di hidungnya.

"Bersikap lah yang lebih feminim lagi, Kallica. Kau itu wanita seutuhnya, bisakah kau bersikap lebih lembut lagi?"tanya Bara dengan pelan.

"Berapa kali aku mengatakan, aku tidak akan bisa berkata lembu kau berhadapan denganmu! Sekarang, aku ingin kembali ke hotel dan jangan pernah menghalangiku. Kalau kau merasa pekerjaanku tidak bagus, pak Bara pecat saja saya. Semakin cepat anda lakukan akan semakin baik. Agar kita tidak sama-sama berumur pendek,"kata Kallica hendak memutar tubuhnya.

Tanpa Kallica sadari, Bara merengkuh tangan Kallica lalu menarik tubuhnya ke arah Bara. Sampai tubuh gadis itu membentur tubuh Bara yang sedang duduk di sofa. Cepat  Bara melingkarkan lengannya ke sekeliling tubuh Kallica.

"Jangan pergi dulu,"bisik Bara di depan mulut Kallica.

Hembusan napas segar pria itu menyentuh bibir Kallica.

"Aku sudah memesankan makanan untuk kita berdua. Kita akan makan siang bersama," ucap Bara kepada Kallica yang masih tidak berkutik.

Wajah mereka sangat dekat, bahkan susah bagi gadis itu berkedip. Kallica masih diam, seolah terhipnotis ketika Bara menggesekan hidung mereka berdua. Dengan pergerakan lembut Bara mencoba mendekati bibirnya ke arah bibir Kallica.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status