'Jika makhluk fantasi itu memang ada, lalu kenapa tidak ada yang tahu? Atau rupa mereka benar-benar menyerupai kita, sehingga kita tak pernah menyadari dan tahu akan hal itu.'
Annabele baru saja mengambil paket dokumen di meja resepsionis. Pikirannya masih tertuju dengan artikel yang dibacanya semalam. Meski Annabele baru saja mengenal dan melihat Cristian beberapa kali, tapi entah kenapa merasa sangat tertarik dengan pria itu. Ada sesuatu di dalam diri Cristian yang membuat Annabele ingin mendekat.
Pintu lift terbuka di lantai satu, Annabele cukup terkejut ketika mendongak untuk melihat siapa yang masuk. Cristian sudah berdiri di hadapannya, sendirian.
Pria itu masuk dan berdiri di samping Annabele, membuat gadis itu lantas sedikit bergeser ke kanan untuk tidak terlalu dekat. Begitu pintu lift tertutup, Annabele sesekali melirik ke arah Cristian,
"Jauhi temanmu!"
Ucapan Cristian membuat Annabele langsung menoleh pria itu. Annabele tak mengerti dengan maksud Cristian.
"Ap-apa maksud Anda? Kenapa juga harus menjauhi teman-teman saya?" tanya Annabela tak paham.
Cristian langsung menghadap Annabele, membuat gadis itu terkejut sampai memeluk paket yang dibawanya.
"Ikuti saja perintahku! Dia bukan teman yang baik untukmu, karena dia terus berusaha mencelakaimu," jawab Cristian menatap tajam pada Annabele.
"Memangnya siapa Anda memerintah saya, kalau urusan pekerjaan tentu saja saya akan menurut, tapi jika urusan pribadi saya tidak bisa menerima," tolak Annabele.
Annabele hanya tak paham dengan maksud Cristian, pria itu penuh misteri baginya, karena itu Annabele tak ingin percaya sebelum tahu betul siapa Cristian.
Mereka saling tatap karena mempertahankan keinginan masing-masing, hingga suara denting pintu lift berbunyi kemudian terbuka.
"Maaf saya harus pergi."
Annabele hendak keluar dari lift, tapi lengannya langsung dicekal Cristian membuat langkahnya terhenti.
"Saya harus keluar, Pak." Annabele menatap Cristian yang menahan tangannya.
Cristian menarik Annabele kembali masuk ke lift, membuat gadis itu terkejut dan bingung dibuatnya.
"Pak!" Annabele cukup terkejut ketika Cristian mengunci dirinya.
"Dengarkan aku, jauhi Julie. Jauhi wanita itu!" Cristian bicara dengan penekanan di setiap kata.
"Ap-apa?" Annabele membulatkan bola mata lebar ketika mendengar nama yang disebut Cristian. "Apa maksud Anda, memangnya ada apa dengan Julie?" tanya Annabele.
"Aku tidak bisa mengatakan detailnya, tapi menurutlah dan ikuti apa yang aku katakan!"
Permintaan Cristian semakin membuat Annabele kebingungan, merasa tak masuk akal dengan hal itu.
"Jika Anda bisa membuktikan berteman dengan Julie adalah hal yang buruk, maka saya akan mempertimbangkan untuk menjauhinya."
Cristian tertegun dengan ucapan Annabele, bagaimana cara ida menjelaskan meski tahu kebusukan Julie. Tidak mungkin bagi Cristian mengatakan kalau semua hal buruk yang menimpa Annabele adalah ulah Julie.
Annabele menatap kedua bola mata Cristian, sadar kalau pria itu pasti tidak memiliki bukti yang bisa membuat dirinya yakin untuk mengikuti permintaan atasannya itu.
"Anda tidak punya bukti, 'kan! Kalau begitu jangan memfitnah kalau dia buruk!" ujar Annabele.
Annabele berusaha mendorong tubuh Cristian yang menguncinya ketika mendengar suara pintu lift terbuka di lantai teratas, tapi pergelangan tangan ditahan oleh pria itu.
"Ikut denganku!" ajak Cristian menarik tangan Annabele.
Annabele semakin bingung, pria itu menarik dan mengajaknya naik ke atap gedung. Ia terus menatap Cristian yang menariknya, kulitnya merasakan dingin ketika tangan Cristian menggenggamnya.
"Apa hal yang aku ketahui benar?" Annabele bergumam dalam hati.
Mereka sudah sampai di atap. Cristian melepas tangan Annabele, tepat di sisi atap yang membuat gadis itu bisa melihat ke bawah.
"Kenapa Anda membawa saya ke sini?" tanya Annabele menatap Cristian.
Cristian melangkah maju hingga membuat Annabele mundur, pinggang gadis itu membentur pembatas atap.
"Apa kamu ingat di mana kamu berdiri saat ini? Tempat yang hampir membuatmu kehilangan nyawa."
Annabele membulatkan bola mata ketika mendengar ucapan Cristian, menatap pria itu dengan rasa tak percaya. Dari mana pria itu tahu posisi ini? Begitulah yang ada di pikiran Annabele.
"Jadi, malam itu bukan mimpi. Saya benar-benar jatuh dan Anda yang menolong. Apa saya benar? Siapa Anda sebenarnya?"
Annabele menatap mata Cristian, melihat kalau bola mata pria itu berubah lagi.
"Siapa Anda? Anda bisa menyelamatkan saya dari ketinggian, menarik jauh dari jalanan, dan--" Annabele menjeda ucapannya kembali menatap lekat wajah Cristian.
Kedua tangan Cristian bertumpu pada tepian pembatas, membuat Annabele terkejut akan hal itu.
"Dan apa? Apa yang kamu tahu?" tanya Cristian. Wajah mereka begitu dekat karena Cristian mencondongkan tubuhnya ke arah Annabele.
Annabele menelan saliva, entah kenapa suaranya tercekat di tenggorokan.
"Tebakkan saya semuanya benar, 'kan!" Annabele mencoba untuk memastikan.
"Tidak ada yang membuktikan kalau tebakanmu benar," sanggah Cristian.
Annabele yakin kalau yang ada dipikirannya benar, pria yang kini berdiri di hadapannya adalah mahluk fantasi, seorang vampir seperti dalam dongeng. Entah apa yang dipikirkan Annabele, yang jelas sangat ingin mengetahui pria itu lebih jauh.
Annabele berjinjit dengan sedikit memundurkan posisi tubuh, membuatnya kaki sedikit terangkat ke atas dan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri dari atap.
"Cara terbaik untuk membuktikan semua ini benar adalah mengulang cara dia menyelamatkanku."
Annabele memejamkan mata ketika tubuhnya terjun bebas, entah apa hasil yang didapat ataukah pria itu tidak mau menunjukkan siapa sebenarnya dia, maka itu adalah resiko yang siap ditanggung Annabele.
"Sial!" gerutu Cristian.
Pria itu melompat untuk menyelamatkan Annabele, tak mungkin baginya membiarkan gadis itu mati setelah susah payah menemukan.
Annabele membuka mata, melihat Cristian terjun di atasnya. Kini semua dugaannya benar, kalau pria itu bukanlah manusia biasa.
Cristian meraih tubuh Annabele, membawa naik kembali ke atas. Kedua kaki mereka berpijak bersamaan di atap, mata mereka masih terlibat saling tatap.
"Apa kamu puas? Bagaimana jika aku bukan seperti yang kamu pikirkan?" tanya Cristian.
"Tapi Anda seperti yang saya pikirkan," jawab Annabele yang terlihat tersenyum kecil. Ia malah merasa lega ketika tahu yang sebenarnya, dugaan yang membuatnya tidak tenang kini terjawab sudah.
"Seperti apa aku dalam pikiranmu?" tanya Cristian melepas tangan dari pinggang Annabele.
Annabele terkejut ketika Cristian menanyakan hal itu, ingin menjawab tapi takut jika pria itu tersinggung.
"Seorang vampir yang hidup di antara manusia, sebuah ancaman bagi kaummu. Bukankah seharusnya itu membuatmu takut," ujar Cristian dengan melangkah mundur.
Hal yang ditakuti oleh Cristian adalah Annabele tidak bisa menerima dirinya sebagai seorang vampir, bangsa yang sangat ditakuti oleh manusia. Karena itu Cristian ingin melakukan pendekatan perlahan, tapi ternyata semua rencanaya tak berjalan mulus karena melihat Annabele yang jatuh dari gedung malam itu.
"Saya tidak takut," ucap Annabele yang membuat Cristian langsung berhenti berjalan mundur dan menatap padanya. "Entah kenapa saya tidak merasa takut, hanya ada rasa penasaran karena merasa Anda sangat berbeda. Sentuhan tangan Anda, napas yang tak bisa saya rasakan, dan juga tak ada detak jantung di sana."
Cristian terkejut karena ternyata Annabele menyadari akan hal itu, mungkin karena mereka begitu dekat saat itu.
"Apa jika Anda vampir, maka saya harus menjauh karena takut Anda akan memakan saya?" tanya Annabele dengan sebuah nada candaan di sana.
Cristian terdiam, menatap gadis yang sudah dicarinya selama beberapa tahun ini. Apakah memang benar kalau bisa dekat dengan Annabele, sedangkan dunia mereka jelas berbeda.
"Siapa Anda, kenapa Anda mendekati saya. Saya yakin ada hal yang tak diketahui, hingga Anda peduli," ujar Annabele. Rasa penasaran gadis itu begitu besar, ini adalah kesempatan untuk menguak segalanya.
Cristian kembali berjalan maju, hingga kini berdiri tepat di hadapan Annabele.
"Jika aku mengatakan kalau kamu pernah menyelamatkanku, apa kamu akan percaya?" tanya Cristian dengan tatapan tak teralihkan dari wajah Annabele.
"Ap-apa?"
"Apa kamu tahu kalau setiap bangsa kami memiliki kemampuan khusus?" tanya Cristian yang tak menjelaskan pertanyaan pertamanya.
"Tunggu! Kapan saya menyelamatkan Anda?" Annabele terlihat kebingungan, sedangkan dia tak ingat sama sekali.
Cristian tersenyum kecil, hingga kemudian menyentuhkan telapak tangan di sisi wajah Annabele, seakan sedang membuat ingatan gadis itu kembali.
"Lebih baik tidak sekarang." Cristian menarik telapak tangannya dari sisi wajah Annabele, mengurungkan niat yang ingin dilakukan.Annabele yang sudah memejamkan mata, lantas membuka dan menatap Cristian."Kenapa?" tanya Annabele yang sudah penasaran dengan yang sebenarnya terjadi."Tidak baik mengingatnya di sini, akan aku ingatkan saat berada di tempat yang lebih baik dan nyaman untukmu," jawab Cristian yang kemudian menepuk pelan pucuk kepala Annabele.Annabele menggelembungkan kedua pipi karena merasa diberi harapan palsu, padahal sudah sangat senang karena akan mengetahui segalanya."Dasar pembohong!" gerutu Annabele.Cristian gemas melihat Annabele yang mengelembungkan pipi, hingga menangkup kedua sisi wajah gadis itu."Aku janji akan memperlihatkannya, sekarang kembalilah ke tempat kerja. Ingat untuk waspada pada Julie," kata Cristi
'Jika memang aku harus mati karena sebuah kesalahan yang tak pernah aku sengaja, apakah aku rela? Apa aku rela menanggung beban kesalahan yang sama sekali tak pernah aku lakukan.' Annabele melihat dengan jelas peluru itu melesat ke arahnya, hingga terpaan angin itu menerpa wajah. Ia melihat Cristian yang sudah di hadapannya, satu tangan pria itu merangkul pinggang dan membuatnya terhindar dari peluru. "Ap-apa?" Julie begitu terkejut ketika melihat Cristian yang ada di sana, bahkan bisa membuat Annabele terhindar dari peluru. Cristian langsung menoleh ke arah Julie, menatap tajam dengan bola mata merahnya. Takkan membiarkan gadis itu melukai Annabele meski hanya seujung kuku. "Cris." Annabele bisa melihat amarah di tatapan Cristian. "Persetan dengan kalian!" Julie yang sudah diliputi amarah, benci, dan dendam, kembali mengarahkan mata pistol ke arah Cristian dan Annabele
Annabele hendak mengabaikan tentang taruhan yang dilakukan oleh Bastian dan Max, dia tetap tidak akan menerima hasil taruhan itu meski mendapatkan pemenang. Namun, Annabele tiba-tiba merasa gelisah, entah kenapa dirinya sangat cemas dan tak bisa tenang. Ia pun pergi ke bukit di mana Bastian dan Max melakukan balap mobil, tempat dengan banyak tikungan tajam dan jurang di sisi kanan dan kiri.Saat sampai di tempat itu, Julie ternyata ada di sana, temannya itu terlihat cemas dan khawatir. Hingga ketika dua mobil sudah tampak memasuki garis finish, Annabele melihat mobil Bastian yang memimpin balapan, saat itu Annabele tiba-tiba merasa lega karena setidaknya Bastian yang akan menang, hingga siapa sangka jika Max menabrak bagian belakang mobil Bastian, tepat saat mereka melaju di tikungan tajam, membuat mobil Bastian oleng dan berputar beberapa kali karena kerasnya benturan dan cepatnya laju mobil itu, sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan mobil itu terjun beb
"Cris." Annabele terkejut sampai memegangi dada, ketika melihat Cristian berdiri di dekat jendela dengan kedua tangan bersidekap.'Ba-bagaimana--" Annabele malah terlihat kebingungan, hingga menunjuk ke pintu dan jendela, seakan sedang mempertanyakan dari mana Cristian masuk."Kamu lupa siapa aku? Aku bisa masuk lewat mana saja," ujar Cristian yang berjalan ke arah ranjang Annabele dan duduk di sana.Annabele memutar bola mata, lalu meniup poni yang jatuh ke dahi ketika ingat siapa pria yang ada di kamarnya.Annabele meletakkan tas di kursi yang terdapat di kamar, kemudian duduk di samping Cristian.Cristian mengamati foto Annabele dan keluarga yang terpajang di atas nakas, membuat sudut bibirnya tertarik ke atas."Kamu masuk lewat jendela?" tanya Annabele memastikan, melihat kalau daun jendela terbuka."Ya, apa kamu mau aku lewat pintu d
"Kamu tidak tahu siapa aku, pergi dari sini atau kamu akan mati!" Cristian berusaha mengusir Annabele, tak ingin melukai gadis itu.Annabele memeluk kedua kaki yang sudah ditekuk, lantas meletakkan dagu di atas kedua lutut."Aku tidak takut mati, karena pada akhirnya juga akan mati," ucap Annabele dengan tatapan sendu.Bagi dia yang kala itu baru berumur 13 tahun, sangat mengherankan karena kematian memang tak menakutkan baginya. Pertengkaran kedua orangtua dan rasa sakit yang dideritanya selama bertahun-tahun ini, serta tak memiliki teman untuk bermain, membuat Annabele putus asa.Cristian membeliak mendengar ucapan Annabele, bagaimana bisa gadis itu bicara tentang kematian semudah itu. Ia menelan saliva saat semakin mencium bau manis darah gadis itu, masih berusaha menekan rasa haus agar tak menyakiti gadis kecil itu."Pergilah dari sini, aku benar-benar tidak bisa menahannya.
'Aku menyukai dekapannya meski tak terasa hangat, mungkin aku yang akan memberikan sebuah kehangatan untuknya.'Malam sudah semakin larut, Cristian masih berada di kamar Annabele. Ia duduk bersandar headbord, sedangkan Annabele duduk bersandar pada bahunya dengan jemari saling bertautan."Jika sepuluh tahun lalu aku memanggilmu dengan sebutan 'paman', apa aku sekarang juga harus memanggilmu seperti itu?" tanya Annabele yang tentu saja mengandung sebuah candaan. Ia menengadahkan wajah untuk bisa menatap ekspresi wajah Cristian."Jika kamu mau, aku tidak masalah," timpal Cristian untuk menanggapi candaan Annabele.Annabele tertawa kecil mendengar ucapan Cristian, hingga kemudian menatap ke arah genggaman jemari mereka."Kamu seorang vampir, tentu saja wajahmu tak berubah meski sudah bertahun-tahun lamanya, karena aku dengar kalau mahluk seperti kalian ini abadi. Katakan padaku, ber
'Saat aku cemas jika akan kesepian, ternyata ada dia yang kini menemani. Kini aku merasa seperti putri yang dijaga oleh seorang pangeran.'Udara dingin mulai menerpa, terdengar suara ranting tertiup angin dan mengetuk jendela. Annabele memeluk selimut yang menutup tubuh, hingga tersadar akan sesuatu. Ia membuka mata, melihat sisi ranjangnya yang kosong, Cristian sudah tidak ada di sana.Annabele mencoba membuka kelopak mata agar bisa terbuka sempurna, hingga memilih bangun dan duduk."Kapan dia pergi?" tanyanya dalam hati.Annabele mengedarkan pandanga, tapi tak melihat apa yang ingin dilihat, hingga memilih menengok jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul enam pagi. Annabele mengulas senyum, lantas turun dari ranjang untuk mandi dan mempersiapkan diri pergi ke perusahaan.--Annabele berangkat ke kantor menggunakan bus seperti biasa, hanya saja pagi ini dirinya terlih
Annabele sudah bersiap pulang. Ia merapikan barang yang ada di meja sebelum pergi."An, apa mau pulang bersama?" tanya Sam yang sudah berdiri di samping Annabele."Owh, sepertinya aku akan pulang sendiri, ada beberapa hal yang ingin aku lakukan," jawab Annabele dengan tangan yang masih sibuk merapikan berkas di meja.Sam menatap Annabele, hingga memilih bersandar di tepian meja."Kamu, benar-benar berpacaran dengan CEO kita?" tanya Sam yang teringat dengan pengakuan Cristian saat di kantin.Annabele terlihat kikuk karena pertanyaan Sam, bahkan sampai menyelipkan berulangkali helaian rambut ke belakang telinga."Ya, benar." Annabele mencoba jujur, lagipula berbohong pun takkan bermanfaat baginya.Sam terkesiap dengan jawaban Annabele, lantas meraih telapak tangan gadis itu dan menggenggamnya erat."Apa kamu tidak bisa