Share

MBV 8

last update Last Updated: 2021-12-20 12:30:59

"Lebih baik tidak sekarang." Cristian menarik telapak tangannya dari sisi wajah Annabele, mengurungkan niat yang ingin dilakukan.

Annabele yang sudah memejamkan mata, lantas membuka dan menatap Cristian.

"Kenapa?" tanya Annabele yang sudah penasaran dengan yang sebenarnya terjadi.

"Tidak baik mengingatnya di sini, akan aku ingatkan saat berada di tempat yang lebih baik dan nyaman untukmu," jawab Cristian yang kemudian menepuk pelan pucuk kepala Annabele.

Annabele menggelembungkan kedua pipi karena merasa diberi harapan palsu, padahal sudah sangat senang karena akan mengetahui segalanya.

"Dasar pembohong!" gerutu Annabele.

Cristian gemas melihat Annabele yang mengelembungkan pipi, hingga menangkup kedua sisi wajah gadis itu.

"Aku janji akan memperlihatkannya, sekarang kembalilah ke tempat kerja. Ingat untuk waspada pada Julie," kata Cristian.

"Apa Anda yakin kalau dia berniat jahat padaku?" tanya Annabele memastikan.

"Percayalah, aku tahu segalanya," jawab Cristian yang lagi-lagi mengusap pucuk kepala Annabele. "Oh, berhenti memanggilku dengan sebutan formal, aku merasa itu terdengar kaku, Bel."

Annabele hanya mengangguk, entah bagaimana caranya memanggil nanti yang terpenting mengiakan ucapan atasannya itu dulu.

"Jangan beritahu tentangku pada orang lain, meski itu keluargamu," pinta Cristian ketika mereka berjalan menuju lift.

"Tentu, saya akan menjaga rahasia Anda," timpal Annabele.

Cristian berhenti melangkah dan kembali menatap gadis itu.

"Kamu memanggilku dengan panggilan formal lagi!" protes Cristian.

Annabelle langsung melipat bibir ke dalam ketika mendengar Cristian yang tak terima. Hingga kemudian mengembangkan senyum dan mengulang ucapannya. "Ya, aku akan menjaga rahasiamu, Cris." Annabele sedikit canggung ketika menyebut nama pria itu.

"Bagus, aku suka itu." Lagi-lagi Cristian mengusap pucuk kepala Annabele, membuat wajah gadis itu merona.

Mereka pun turun ke bawah menuju ruangan kerja masing-masing. Cristian berjalan keluar lift dengan perasaan lega, setidaknya Annabele tak menjauhinya masih sama seperti dulu, tidak ada rasa takut dalam diri Annabele.

"Kamu terlihat sangat senang." Seperti biasa Simon selalu datang secara tiba-tiba.

"Hmm ...." Cristian menanggapi ucapan Simon dengan sebuah dehaman.

"Ada apa, hah? Apa aku perlu mempengaruhi pikiranmu agar mau bicara jujur?" Simon tampaknya sangat ingin mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh saudaranya itu.

"Jangan macam-macam atau berpikir menggunakan kekuatanmu kepadaku!" Cristian langsung menoleh dan menatap tajam pada Simon.

"Oh, baiklah. Kalau kamu tak ingin aku melakukan itu, maka katakan padaku ada apa!" pinta Simon yang sudah sangat penasaran.

Cristian mendecih dan menoleh pada Simon hingga kemudian berkata, "Annabele sudah tahu siapa aku, puas!"

"Apa?" Kini Simon yang terkejut.

-

-

Annabele kembali ke ruangannya. Ia terlihat sangat senang setelah bicara dan mengetahui fakta tentang Cristian. Hingga langkahnya terhenti ketika melihat Julie yang sedang menatap komputer. Annabele mendekat perlahan untuk melihat apa yang sedang dilakukan temannya itu, hingga matanya membeliak saat sadar dengan apa yang dilihat dalam layar komputer itu.

Julie sedang melihat siaran berita, tentang penemuan mayat laki-laki mabuk dalam sebuah mobil, polisi menyimpulkan kalau pria itu mati karena dianiaya. Annabele mengingat kalau mobil yang ditemukan itu sama dengan yang hampir menabraknya.

"Mungkinkah?" Annabele menatap punggung Julie. Temannya itu terlihat gelisah, bisa dilihat dari gerakan tubuh Julie yang tidak bisa tenang.

Tak ingin berpikir negatif, Annabele mencoba mengabaikan. Selama dia tak melihat sendiri, maka takkan mempercayai apa pun.

-

-

Sore itu Annabele sedang membereskan meja karena sudah waktunya jam pulang kerja. Hingga telinga mencuri dengar percakapan teman satu divisinya.

"Apa kamu sudah dengar? Katanya Trishie meninggal dengan tak wajar."

"Ah, tentu saja tak wajar. Dia kan lompat dari gedung."

"Bukan itu, ada bekas gigitan di lehernya. Itu yang aku dengar."

Annabele terdiam mendengar perbincangan itu, otaknya tengah berpikir apa mungkin Cristian yang melakukan, tapi mencoba memungkiri meski sudah tahu siapa Cristian sebenarnya.

"An!" Julie menepuk pundak Annabele, membuat gadis itu terkejut.

"Ah, ya."

"Maaf kalau tadi pagi mengabaikanmu, aku merasa sedikit lelah dan banyak masalah," kata Julie dengan seutas senyum di wajah.

"Tidak apa-apa, aku kalau sedang lelah juga seperti itu." Annabele masih mencoba menutupi kecurigaannya meski sudah tahu tentang Julie dari Cristian.

"Oh ya, aku sore ini mau pergi ke suatu tempat, apa kamu mau menemaniku?" tanya Julie dengan tatapan penuh harap.

Annabele terlihat berpikir, hingga mengingat peringatan dari Cristian. Jika menolak maka Julie akan curiga dan juga takkan pernah tahu apakah tuduhan Cristian benar.

"Baiklah, akan aku antar," jawab Annabele mengiakan ajakan Julie.

"Hei, mau ke mana? Aku ikut." Sam tiba-tiba muncul di sana.

"Tidak bisa, ini urusan wanita. Ya 'kan, An!" Julie lansung merangkul lengan Annabele.

Annabele tersenyum canggung dengan menganggukkak kepala, jauh di dalam lubuk hatinya kini percaya dengan ucapan Cristian tentang Julie.

"Baiklah, wanita memang selalu menginginkan waktu untuk mereka. Kalau begitu aku pulang duluan." Sam pamit meningalkan Annabele dan Julie.

Julie mengajak Annabele pergi bersama keluar dari gedung perusahaan, saat di lobi Annabele melihat Cristian terus memperhatikan dan Annabele hanya mengedipkan mata, seakan memberi isyarat pada pria itu.

-

-

'Kenapa teman pertamaku di kota ini, teman yang selalu aku banggakan dan jadikan tempat bersandar, kini malah ingin menusukku dari belakang, atau ini hanyalah sebuah kesalahpahaman dan mungkin aku berharap begitu.'

Annabele menoleh sekilas pada Julie yang sedang mengemudikan mobil. Ia masih bertanya-tanya ke mana Julie akan membawanya pergi, karena temannya itu tidak bicara sama sekali.

"Ini agak jauh dari kota," kata Annabele ketika sadar mereka menuju ke sebuah perbukitan dekat hutan.

"Ya, karena aku mau menunjukkan sesuatu padamu," balas Julie menoleh sekilas ke arah Annabele, sebelum akhirnya fokus menyetir menuju tempat yang dimaksud.

Annabele terperangah ketika sadar di mana mereka sampai, tempat yang membuat dirinya sedikit trauma.

"Anna, ayo keluar!" ajak Julie yang sudah turun terlebih dahulu.

Annabele pun turun dari mobil, menatap Julie yang berdiri di tepian tebing. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Annabele tak mengerti.

"Kamu ingat tempat ini, 'kan?" tanya Julie yang masih menatap hamparan kota tempat mereka tinggal dari tempatnya berdiri sekarang.

Annabele masih menatap punggung Julie, hingga akhirnya bisa menebak kenapa Julie bersikap seperti itu padanya.

"Kamu masih mengingat itu? Kamu menyalahkanku?" tanya Annabele.

Julie tersenyum getir mendengar pertanyaan Annabele, hingga menghela napas kasar sebelum akhirnya membalikkan badan dengan senjata api di tangan. Julie mengarahkan senjata itu kepada Annabele, matanya memancarkan sebuah kebencian yang teramat dalam.

"Kamu masih bertanya? Apa kamu lupa, hah? Kenapa dia harus melakukan itu demi dirimu, hah? Apa hebatnya kamu?" Julie mencecar Annabele dengan suara tinggi.

"Aku sudah mencegahnya saat itu," kata Annabele mencoba bersikap tenang dalam menghadapi Julie, terlebih karena temannya itu menodongkan senjata api padanya.

"Omong kosong!" Julie meludah ke samping, seakan sedang menghina Annabele. "Apa kamu pikir dengan bicara seperti itu, aku akan memaafkan, tidak! Aku sangat membencimu, Annabele!" Lagi-lagi Julie memberikan tatapan tajam dengan kilatan penuh amarah.

"Jadi semua yang terjadi padaku benar, kamu yang terus berusaha mencelakaiku?" tanya Annabele yang benar-benar tak terlihat rasa takut sama sekali.

"Ya, ya, ya. Tak perlu aku tutupi lagi, bukankah kamu sebentar lagi akan mati di tanganku," ujar Julie dengan senyum miring di wajah.

"Aku yang menyuruh Trishie mendorongmu dari atap, tapi sepertinya dia tidak melakukannya mengingat kamu masih hidup sampai sekarang, lalu aku meminta orang menabrakmu tapi tidak berhasil juga, padahal aku sudah membayar mahal. Bahkan aku hampir mencampur racun dalam kopimu siang ini, sayangnya Sam datang dan membuatku mengurungkannya." Julie mengabsen tindakan yang sudah dilakukan tanpa rasa bersalah sama sekali, bahkan tampak senyum di wajah.

Semua ucapan Cristian ternyata benar. Annabele merasa syok dan tak menyangka, sebenci itukah Julie padanya hingga tega ingin mengakhiri hidup Annabele.

"Kenapa, Julie? Kenapa kamu bisa setega ini? Sedangkan aku juga tak bersalah." Annabele mencoba memahami tindakan yang dilakukan Julie.

"Kenapa? Kamu memang tak punya hati, bagaimana bisa kamu tanya kenapa? Sedangkan kamu tahu jawabannya! Aku mencintai Bastian, kenapa dia mencintaimu dan mati konyol karenamu, hah!" teriak Julie yang sudah diliputi amarah tak terbendung. "Kenapa dia mencintai gadis yang bahkan tak mencintainya? Kenapa dia harus kehilangan nyawa karenamu?" Julie bicara seraya menepuk dada menggunakan tangan yang memegang senjata, tak mampu menahan gejolak hati yang terasa begitu nyeri.

Kedua pundak Julie bergetar, bahkan buliran kristal bening luruh membuatnya menyeka berulangkali.

Annabele ingin mendekat dan memeluk temannya itu, tapi Julie kembali menodongkan senjata yang dipegang.

"Jangan mendekat! Tetap di sana, aku akan mengakhiri semuanya sekarang! Kamu akan mati ditanganku, di tempat di mana Bastian mati, disitulah kamu juga akan mati, Anna." Julie tersenyum miring, lantas menarik pelatuk.

DORRR!!!

Sebutir peluru melesat cepat ke arah Annabele.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 40

    "Kalian harus menjelaskan padaku? Apa yang kalian rahasiakan?" tanya Sam karena merasa menjadi yang terakhir paling tahu soal rencana itu.Annabele dan Cristian menatap Sam bersamaan, keduanya tertawa kecil melihat rasa kesal di wajah Sam."Aku akan menjelaskan, tapi sebelumnya ingin menghukum dia!" Annabele menunjuk Cristian, membuat pria itu terkejut karena ucapan Annabele.Namun, siapa sangka jika hukuman yang dimaksud tak semengerikan yang ada dipikiran. Annabele menarik kemeja bagian depan Cristian hingga membuat sedikit membungkuk, kemudian Annabele mendaratkan sebuah ciuman di bibir pria itu."Agh! Kalian ini tak berperasaan!" Sam langsung memalingkan wajah ketika mengetahui apa yang dilakukan Annabele."Aku sangat merindukanmu," ucap Annabele begitu melepas pagutan bibir mereka.***Annabela dan Cristian menceritakan semuanya pada

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 39

    Annabele merasa lega karena yang ditunggunya datang. Namun, tak menyangka kalau ada seseorang yang juga datang ke sana."Kenapa kamu mengajaknya? Susah payah aku membuat alasan, kamu malah membawanya ke mari!" protes Annabele."Dasar adik nakal! Bisa-bisanya kamu membohongi Kakakmu!" Sam langsung melotot pada Annabele."Aku tidak mau melibatkanmu, aku ingin kamu selamat," ujar Annabele yang menyesal karena telah berbohong."Apa kalian ingin terus berbincang?" Cristian memotong perdebatan kakak beradik itu.Annabele dan Sam menatap Cristian, sebelum keduanya fokus dengan apa yang akan dilakukan sekarang."Kalian berhutang penjelasan padaku!" ujar Sam yang masih tak mengerti bagaimana Annabele bertemu dan merencanakan sesuatu yang berbahaya bersama Cristian."Pastikan kamu hidup dulu, baru setelahnya akan aku jelaskan semuanya," timpal Cris

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 38

    "Apa Kakak percaya?" tanya Alex ketika selesai mengakhiri ceritanya. "Tentu Kakak percaya," jawab Annabele dengan seutas senyum. "Karena setelah mendatangimu, dia juga mendatangiku," imbuh Annabele. "Apa? Apa dia melukai Kakak?" tanya Alex panik, seakan tak rela jika kakaknya dilukai. "Ya," jawab Annabele. Ia lantas menunjukkan bekas luka yang didapat karena ulah Julie. "Dia melukai Kakak. Kenapa dia begitu kejam?" Alex merasa geram karena ternyata bukan dia saja yang menjadi korban. "Kamu tenang saja, dia sekarang sudah musnah. Kakak sendiri yang membunuhnya, bukankah Kakak kejam?" Alex terkejut mendengar Annabele telah membunuh Julie. Ia malah terlihat senang mengetahui jika kakaknya ternyata begitu pemberani. "Kakak tidak jahat, dia yang jahat karena tega melukaiku dan kakak." Tentu saja Alex membela kakaknya. &nb

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 37

    Setelah menangis sangat lama, akhirnya Annabele bisa sedikit tenang. Ia duduk di ranjang bersandar headboard, kedua tangan memeluk kaki yang ditekuk, serta tatapan tertuju pada jendela, berharap pria yang ingin dilihatnya muncul kembali dari sana.Sam melihat Annabele yang begitu sedih. Ia sendiri baru saja mengambilkan air minum untuk gadis itu. Sam mendekat lantas duduk di tepian ranjang, menyodorkan cangkir berisi teh hangat untuk adiknya itu."Minumlah, setidaknya ini akan menghangatkan tenggorokanmu," kata Sam.Annabele menerima dengan dua tangan, sebelum kemudian meminumnya perlahan."Soal Cristian, takdirnya sedikit rumit. Semua memang memiliki jalan masing-masing, meski kami vampir bukan berarti kami bisa memilih jalan yang ingin dipilih," ujar Sam menjelaskan agar Annabele tak terus bersedih."Apa takdir yang digariskan untuknya?" tanya Annabele."Sa

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 36

    "An!" Sam yang tahu jika kedatangan Cristian untuk meninggalkan Annabele, akhirnya memilih menyusul ke kamar, karena mendengar suara gadis itu berteriak."Kenapa dia meninggalkanku? Apa salahku?" tanya Annabele dengan wajah yang sudah basah dengan air mata. Bahkan ia bicara seraya menunjuk ke jendela di mana Cristian tadi tiba-tiba pergi."Dia memiliki maksud lain, An. Ikhlaskan saja," pinta Sam.Annabele tak percaya jika Sam semudah itu memintanya mengikhlaskan, sedangkan hatinya benar-benar sudah terikat dengan pria itu."Kenapa kamu tega bilang begitu? Kenapa kamu tega? Apa semua vampir memang senang menyakiti orang, hah?" Annabele yang kesal dan sedih, lantas melimpahkan rasa yang menghimpit rongga dada pada Sam.Annabele memukul Sam berulangkali, mencoba meluapkan kekesalan yang begitu menyakitkan. Sam sendiri tidak menghindar, membiarkan Annabele melakukan yang diinginkan,

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 35

    Sam pada akhirnya menceritakan semua yang terjadi di masa lalu, termasuk hubungannya dengan Annabele. Namun, masalah kematian gadis itu, Sam tidak menceritakan dengan jelas."Jadi, karena itu kamu selalu didekatku, juga baik padaku?" tanya Annabele ketika mengingat bagaimana Sam begitu memperhatikan dirinya."Ya, karena keinginanku melihatmu bahagia," jawab Sam."Apa di masa lampau aku tidak bahagia, hingga kamu ingin aku bahagia sekarang?" tanya Annabele lagi.Sam terdiam sejenak, tatapannya tertuju pada aspal jalanan karena mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Annabele, sebab ingin mengambil beberapa barang."Bukan tidak bahagia, hanya saja aku masih tidak rela dengan caramu pergi," jawab Sam lirih.Annabele melihat kesedihan di mata Sam, hingga pada akhirnya tak ingin membahas hal itu lagi. Ia sebenarnya merasa senang, karena ternyata memiliki seorang k

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 34

    Annabele menemui Samantha setelah bicara dengan Simon, Sam masih di sana menunggu Alex bersama Samantha. Karena usaha Sam dan Simon, akhirnya Alex bisa melalui masa kritis dan dipindah ke ruang perawatan biasa."Bagaimana keadaannya?" tanya Annabele."Sudah lumayan, setidaknya sudah tidak kritis lagi," jawab Samantha seraya menatap Alex yang masih belum sadarkan diri.Annabele mengerti dengan kondisi Alex, karena Sam sudah mengatakan jika butuh waktu untuk memulihkan dan membuat bocah itu sadarkan diri."Mama istirahatlah, aku yang akan menjaga Alex," kata Annabele seraya memijat pelan kedua pundak Samantha.Annabele bisa melihat jika ibunya itu kelelahan. Samantha meraih telapak tangan Annabele, tapi tatapannya terus tertuju pada Alex yang berbaring di ranjang."Mama tidak apa-apa. Mama mau di sini melihat Alex membuka mata," kata Samantha dengan suara begit

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 33

    Suara heels beradu dengan lantai marmer, terdengar menggema di lobi sebuah hotel. Seorang wanita berambut panjang sedikit bergelombang di bagian bawah, tampak berjalan dengan anggun menuju ke meja resepsionis."Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya resepsionis hotel."Tentu, di mana kamar pria bernama Cristian?" tanya balik wanita itu dengan suara lembut dan senyumnya begitu menawan."Anda siapa?""Tunangannya."Selena—jodoh yang ditakdirkan untuk Cristian. Wanita itu kembali ke Transylvania karena Cristian juga pulang ke sana. Awalnya Selena pergi ke kota di mana Cristian tinggal, setelah mengetahui jika pria itu bertemu dengan seorang wanita manusia. Jelas, Selena akan berusaha menyingkirkan siapa pun yang hendak berniat hidup dengan tunangannya itu. Bahkan, siapa sangka jika Selenalah yang merubah Julie menjadi seorang vampir, menjadikan teman Annabele itu sebagai pion

  • My Boyfriend is a Vampire   MBV 32

    "Di mana Cris?" tanya Annabele.Setelah berhasil mengeluarkan racun pada tubuh Alex, Annabele langsung mengajak Simon bicara berdua."Dia tidak di sini," jawan Simon yang tak langsung mengatakan keberadaan Cristian."Di mana dia? Kenapa tidak menemuiku? Kenapa dia mengabaikanku?" tanya Annabele yang terlampau kesal karena merasa Cristian mempermainkan perasaannya."Aku benar-benar dilarang olehnya. Aku tidak bisa mengatakan keberadaannya," jawab Simon karena dia sudah terlampau berjanji.Annabele yang masih tidak mendapat jawaban atas kepergian Cristian, serta alasan pria itu meninggalkannya begitu saja, akhirnya memilih pergi meninggalkan Simon, untuk menemani Samantha."Maaf, An. Aku juga tidak tahu apa yang dia pikirkan."--Di sisi lain, Transylvania, Romania. Alfred memasuki sebuah kamar di sebuah hotel yang terdapat d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status