Happy reading ;)
----------------
"Baguslah," ucap Tara seraya melepas sarung tangan. Dokter pria itu tersenyum tak percaya.
"Thank you."
"Hmm antarkan dia ke rumah sakit segera." Tara berdiri dan melangkah menuju wastafel. Ia mencuci tangan sebelum kembali ke kursi di mana kekasihnya tengah menatapnya kagum.
Dokter pria itu hendak ingin menanyakan nama namun petugas ambulans telah lebih dulu datang dan membawa korban.
"Aku meras sedang bermimpi," ucap Vin menopang dagu.
"Tidak, kau sedang makan," kekeh Tara yang langsung menyesap minumannya.
"Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu jika-"
"Shut up, kau sekarang banyak berubah. Selain banyak bicara kau juga.. pintar merayu. Cih." Tara memicing tajam dan kembali melahap potongan sslmon yang telah di beri cuka.
Vin tertawa kecil. Perkataan wanitanya benar, ia menyadari perubahan dirinya saat bersama Tara. Ini terlalu membahagiakan.
Mengingat hari harinya dahul
Happy reading ;)-----------------Tara menatap wajah prianya yang memerah dengan lensa mata yang berkabut. Vin meremas kepala Tara mempercepat apa yang membuatnya berkunang saat ini.Vin menengadah saat ia hampir saja keluar bersamaan dengan kegilaan Tara di bawah sana. Vin membawa Tara mendorongnya hingga terlentang.Ia melilitkan kedua tangannya ke dalam paha dan membawa wanita itu berada di ujung ranjang. Vin tak bisa lagi melogika dengan apa yang terjadi saat ini.Ia bahkan tak dapat menahan untuk tak menyesap rasa pada milik Tara yang merekah indah. Perlahan tapi pasti ia mengayun memainkan kelopak bunga di bawah sana."Ah! Vincent.. ." Tara meraih surai prianya mengalihkan rasa panas yang membakarnya dengan tak manusiawi. Ini gila, ini benar benar gila yang menakjubkan."Kau basah, kau sesak," erang Vin kasar. Ia kembali menyerukkan hidungnya mencari aroma manis di setiap titik yang mengagumkan.Sementara kedua telapak t
Happy reading ;)-------------------Langkah Tara terhenti. Ia berbalik menatap lekat Mr Ryan di depannya. "Nick Scott, pria itu yang menyuruhku untuk melakukannya padamu.""Siapapun itu aku benar benar tak peduli." Tara kembali melangkah pergi. "Istrimu akan ku rekomendasikan pada dr Joey untuk pengendalian nyeri," ucap Tara tanpa menoleh.Ia mengepalkan tangannya erat menahan amarah atas pengakuan Mr Ryan. Sejujurnya tak salah jika ia begitu benci pada pria itu.Nick Scott, apa yang ia inginkan hingga melakukan hal ini padanya. Bukankah ia memaksa untuk memperbaiki hubungan mereka dengan menjalin pertemanan.Lantas mengapa ia bermuka dua seolah baik di hadapannya tetapi di belakang ia tengah menjalankan sesuatu untuk menjebaknya. Sialan!Tara melangkah kasar menuju ruang pertemuan pra operasi. Ia menyentak pintu tersebut dan menoleh saat Nick tengah membahas jadwal operasi pertama untuk hari ini.Tara berjalan dengan sorot ma
Happy reading ;)----------------"Sampai kapan kau akan di Los Angeles?" tanya Matt di sebrang telepon. Saat ini ia tengah sibuk mengamati jalannya ujian pertama tank yang baru saja di selesaikan."Entahlah, aku belum siap kembali ke Rusia, lagipula ada kau yang menangani perusahaan ku." Vin mengapit ponselnya diantara telinga dan bahu.Sementara kedua tangannya sibuk mencari ip address rumah sakit tempat Tara bekerja. Dengan santai kakinya terjulur di atas sofa ketika telunjuknya langsung menekan enter."Kalau begitu, naikan gajiku!" kesal Matt. Sejujurnya tak mudah menangani dua perusahaan sekaligus belum lagi perusahaan LO di Russia sedang mengalami masalah."Sudah, kau tak lihat transferanku?" Vin menempatkan kedua tangannya di belakang kepala. Sementara matanya terfokus pada layar laptop.Ia tersenyum melihat Tara yang kembali ceria. Namun senyum itu sirna berganti dengan dahi yang mengerut ketika seorang pria paruh baya berteku
Happy reading ;)---------------Malamnya, Tara menceritakan kejadian di rumah sakit pada Vin. Walau pria itu sudah mengetahui tetap saja menanggapinya seolah tak tahu menahu tentang itu. Saatbini mereka tengah berada di mobil audi hitam milik Vin.Mr Kiel mengundang Tara untuk berkunjung ke mansion sesuai janjinya dahulu. Dengan senang hati wanita itu menyanggupi dan disinilah mereka berada.Vin menghentikan mobil menunggu gerbang utama untuk di buka oleh penjaga. Tara tak berkedip saat bangunan megah dan modern di depannya ternyata milik ayah dari kekasihnya.Beberapa bodyguard tengah berjaga ketat dan rapi. Tak ada sedikitpun pakaian lusuh yang mereka pakai. Ia menoleh pada Vin yang tampak santai dengan balutan jas hitam senada dengan celana juga sepatu.Sementara dirinya mengenakan midi dress berwarna putih hingga mencapai lutut dan di bagian belakang terbelah hampir mencapai panggul. Sementara di bagian lengan memakai tulle pearls
Happy reading ;)-------------"Kau mengenalnya?" Agnes mengikuti arah pandang Tara."Iya, dia ayah temanku. Tapi, mengapa dia disini?" Tara berbalik meraih wine."Entahlah," jawab Agnes mengedikkan bahu. Tara kembali memandang mereka bersamaan dengan Vin yang berbalik menatap Tara.Ia tersenyum lembut dan mengatakan sesuatu pada Mr Axton sebelum melangkah mendekat. "Ikut aku," Vin menggenggam tangan Tara.Wanita itu mengangkat alis sambil menaruh wine di meja. "Ada apa?""Kau akan tahu nanti." Tangan Vin mengusap pinggang wanitanya membuat Tara menoleh singkat."Apa kalian sudah saling kenal?" Vin tak mengenalkan Tara secara resmi karena ia tahu hubungan mereka di masa lalu."Ya Gospodin." Axton menunduk hormat tak enak hati. Ia tahu anaknya telah mengkhianati Tara, wanita baik dan cerdas. Dan sekarang Nick justru melampaui batas karena telah mengusik kekasih bos mafia."Ah, ya kami saling mengenal." Tara t
Happy reading ;)------------------"Tidak mungkin!" Nick terkekeh mengejek. Sedangkan kepalanya berusaha menolak kenyataan yang Axton ucapkan."Terserah padamu, peringatan terakhir untukmu. Jika kau terus bersikap seperti bajingan. Kau sendiri yang menanggung akibatnya." Axton menggeram kesal kemudian pergi meninggalkan Nick.Pria itu bergeming, perkataan sang ayah tak mungkin bohong karena Axton tipikal orang yang jujur dan menghindari kebohongan sekecil apapun itu.Jika itu semua benar, berarti ia tak bisa gegabah dalam bertindak. Ia harus memikirkan cara yang tepat dan sunyi untuk merebut Tara kembali.***"Bagaimana kabarmu?" tanya Tara saat berpapasan dengan Alma, perawat yang ia rekomendasikan untuk menjaga Kiel di mansion."Baik, kau sendiri?" Alma membawa dua gelas minuman dan menyerahkan satu gelasnya pada Tara."Seperti biasa, bagaimana perkembangan Mr Kiel?""Berjalan lancar hanya saja, aku sedik
Happy reading ;)-------------------Vin terpelanting dan terjatuh karena Arella tengah menerkam hendak menjilati wajahnya namun berakhir dengan gigitan gigitan kecil di bagian lengan karena Vin melindungi wajahnya."Oh baby, hentikan! Jangan merusak wajah tampanku!" seru Vin dengan gelak tawa dan berusaha berdiri."Yes baby, aku juga merindukanmu." Vin mengusap kasar rambut singa yang terus menyusup ke dalam tubuhnya."Oke c'mon aku akan memelukmu!" Singa betina yang memiliki ukuran tinggi mencapai 240 cm itu berdiri bersamaan dengan Vin yang merentangkan tangannya.Mereka berpelukan layaknya seorang kekasih yang sama sama merindu. Sedangkan Tara, ia terduduk lemas dengan mata bergetar takut.Tangannya berusaha menggapai apa saja untuk membantu tubuhnya berdiri. Tak pernah ia sangka bahwa Arella yang di maksud adalah seekor singa betina dewasa.Tara mengerjap menetralkan nafasnya yang berderu cemas. Mengapa Vin menjadikan sing
Happy reading ;) -------------- Vin terpejam seiring sesapan lembut wanitanya yang penuh kasih. Deru nafas keduanya beradu saat Tara menjauhkan wajahnya. "I will stay with you, so you won't get lonely, you won't be cold again and anything," "Because?" lirih Vin dengan mata yang selalu menemukan ketulusan di manik hitam itu. "Because i love you.. ." Jantung Vin tersentak. Ia membawa tengkuk Tara dan kembali mempertemukan bibir mereka yang sama sama kosong. Namun suara klakson dari arah belakang membuat keduanya berpisah dengan tawa kecil. "Memalukan," Tara memukul ringan lengan Vin. "Kau yang memulainya." Vincent segera melaju menuju apartemen Tara. Sesampainya di sana, pria itu benar benar membuat wanitanya tidak tidur sesuai janjinya di mansion. Hingga keesokan harinya Tara mendesah karena lelah. Vincent seperti kelaparan dan membuatnya melambung tinggi mencapai kenikmatan yang mereka raih. Ia menatap w