"Saya benar-benar tidak mau sampai kamu berbuat nekat, Sell." Anggara sudah memakai pakaiannya secara lengkap, rambutnya masih setengah basah, sementara Selly masih terbaring sambil terisak di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai leher.
Tidak ada jawaban apapun, Anggara menghela nafas panjang, ia duduk di tepi ranjang, menatap Selly yang miring membelakanginya itu. Isak tangisnya masih begitu jelas Anggara dengar, membuat hati Anggara sedikit pedih. Namun mau bagaimana lagi, Selly juga kan yang kemarin memancingnya? Selly kemarin kan yang meminta Anggara melakukanya?
"Kita pulang ke Jakarta bagaimana? Saya lamar kamu sekarang juga langsung pada papamu, Sel." Anggara benar-benar serius dengan ucapannya, bahkan kalau harus hari ini juga menikahi Selly, ia siap.
"Tolong tinggalkan saya, Dokter. Saya hanya ingin sendirian."
Anggara kembali menghela nafas panjang, ia bangkit dan melangkah ke sisi lain ranjang, tepat dimana Selly menyembuny
Selly selesai membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa dosa semalam yang ia lakukan bersama konsulennya itu. Seluruh rasa lengket dan lendir yang menempel pada tubuhnya sudah ia cuci bersih-bersih sampai kulitnya kembali kesat. Dengan tubuh terbalut handuk, Selly keluar dari kamar mandi hotel, ia tertegun ketika menemukan paper bag dengan merek ternama sudah tergeletak di atas ranjang yang masih berantakan sisa pergumulannya semalam."Baju?" Selly mengerutkan keningnya.Itu milik siapa? Bukan kah tadi ketika ia masuk ke kamar mandi tas itu belum ada? Selly mendekati ranjang, meraih tas itu dan membukanya. Di dalam tas itu terdapat satu potong celana jeans, t-shirt warna biru dan satu set intimate yang herannya ukuran intimate itu bisa persis seperti yang biasa Selly pakai. Selly meraih secarik kertas yang ada di dalam papper bag itu, ada sebuah pesan yang di tulis tangan.'Selly, maaf bajumu semalam saya buang, tolong jangan pernah pakai baju seperti itu lagi, kamu
Selly mematikan mesin mobilnya, ia sudah sampai di halaman parkir rumah sakit. Koas lagi, mana harus mengulang di bagian bedah delapan Minggu lamanya. Selly mendengus kesal, ia menyandarkan tubuhnya di jok sambil memejamkan matanya.Bayangan kejadian kemarin kembali terngiang di dalam benak Selly, kejadian dimana dia menemukan dirinya berada dalam pelukan Dokter Anggara dengan kondisi tanpa sehelai benang pun! Bercak kekuningan dan darah di sprei itu seolah berteriak kepada Selly menceritakan apa yang semalam sudah terjadi antara dia dan laki-laki itu. Menjelaskan batas apa yang sudah mereka lewati semalam.Selly menghela nafas panjang, bahkan ingatan wajah yang tampak begitu menikmati tubuhnya itu selalu datang dan seolah-olah meneror Selly, membuat Selly selalu mimpi buruk dan sakit kepala.Selly mendengus kesal, ia benar-benar malas kalau kemudian harus bertemu dengan sosok itu. Tapi agaknya ia harus menahan diri karena selama delapan Minggu ke depan ia harus
Selly melewati masa hukumannya dengan kebencian yang teramat sangat pada sosok itu. Sebisa mungkin dia menjauhi sosok Anggara, menjaga jarak dan tidak pernah mau sendirian juga dipanggil ke ruang praktek Anggara. Selalu ada teman yang dia ajak dan bawa jika sosok itu memanggil Selly datang ke ruangannya, membuat Anggara benar-benar naik pitam dan habis kesabaran.Tinggal satu Minggu lagi hukuman yang Anggara berikan untuk Selly, Minggu depan Selly kemungkinan sudah lulus dan pindah stase. Dan itu membuat Anggara makin sakit kepala. Ia belum bisa meluluhkan gadis itu, ia bahkan tidak bisa mengajaknya bicara empat mata membahas masalah mereka.Dan kembali, hari ini Anggara memanggil Selly datang ke ruangannya, pasti akan ada orang yang dia bawa masuk ke ruangannya kan? Dan untuk itu Anggara sudah menyiapkan siasat."Permisi, Dokter," suara itu tidak tampak ramah, selalu seperti itu, membuat Anggara sendiri heran, bagaimana caranya meluluhkan hati Selly agar mau di
Selly menjatuhkan diri di kloset, ia duduk sambil bersandar di tembok. Dibiarkannya air mata menitik membasahi pipinya. Selly merasakan lututnya lemas, tubuhnya masih terasa panas. Sosok itu bahkan memaksa Selly melayani birahinya di tempat yang tidak seharusnya mereka pergunakan untuk berbuat asusila macam tadi.Selly menurunkan celana dalamnya, ia menyentuh area sensitifnya yang masih terasa sedikit pedih efek penyatuan mereka tadi, Anggara seperti orang kesetanan mengagahinya tadi, membuat area sensitif Selly sedikit lecet. Cairan kental berwarna putih itu meleleh dari dalam milik Selly dan menetes di telapak tangannya. Selly tahu betul cairan apa itu, ia tahu betul! Buru-buru Selly meraih tisu dan membersihkan tangannya dari cairan kental itu. Air mata Selly menitik, kenapa ia jadi macam perempuan panggilan macam ini?"Benar-benar dokter berengsek! Otak mesum, penjahat kelamin!" runtuk Selly kesal, ia benar-benar muak dengan sosok itu.Rasanya Selly ingin pu
Selly masih duduk di ruang koas sambil menggenggam iPhone miliknya. Ia masih dalam kebimbangan. Ia ingin melaporkan apa yang sudah dokter itu lakukan kepadanya, kalau perlu pada direktur rumah sakit sekalian. Kali ini Anggara sudah memperkosanya! Kalau malam itu Selly dalam keadaan mabuk dan pengaruh obat perangsang, kini ia seratus persen sadar dan Anggara memaksakan kehendaknya pada Selly!Anggara tidak hanya bisa dijerat dengan pasal KUHP perlindungan anak dan perempuan, tapi juga bisa dijerat dengan pelanggaran kode etik kedokteran yang sudah di tetapkan dan disahkan oleh KKI dan IDI. Memperkosa mahasiswa koas dan lokasi kejadiannya di rumah sakit? Entah mungkin Anggara bisa kena sanksi pencabutan STR dan terancam kehilangan gelar dokternya.Namun kalau dia lapor ke orang tuanya, kemungkinan besar masalah ini malah tidak akan dibawa ke ranah hukum! Antara orang tuanya dan orang tua Anggara kenal dekat, dan ini bisa jadi aib kalau sampai diangkat ke publik. Yang ada m
Selly benar-benar bahagia, akhirnya ia lulus dari Stase bedah juga perhari kemarin. Setelah perjalanan panjang mengulang delapan Minggu, kini ia bisa pindah ke stase lain, mendekati kelulusan dan gelar dokternya!Nah di sinilah dia sekarang, stand by di poli obsgyn karena sekarang Selly resmi pindah ke stase obsgyn. Di Stase ini dia akan mempelajari banyak hal mulai dari pemeriksaan kehamilan, penyakit-penyakit organ reproduksi wanita, menolong persalinan baik pervaginam atau sectio caesarea dan masih banyak lagi selama sepuluh Minggu lamanya.Stase yang mungkin akan lebih melelahkan dibanding Stase sebelumnya, atau malah sama saja? Hanya satu harapan Selly, tidak ada residen atau konsulen yang rese dan menyebalkan macam Dokter Anggara!Sosok itu sampai sekarang benar-benar memegang janji dan ucapannya bahwa dia tidak akan menganggu Selly. Dia sama sekali tidak lagi memburu Selly untuk hal-hal tidak penting, termasuk membahas malam penuh dosa yang pernah mereka lak
Selly bangkit dan langsung berlari ke kamar mandi, ia jongkok di depan kloset dan menumpahkan semua isi perutnya."Hoek ... Hoek ... Hoek ...."Perut Selly rasanya seperti diaduk, sangat mual sekali sampai ia merasa begitu lemas selepas menumpahkan semua isi perutnya di kloset kamar mandinya. Sungguh rasanya sangat mual sekali.Selly bersandar di kloset, wajahnya pucat dan air matanya menitik. Kenapa ia muntah-muntah? Kenapa rasanya sangat mual sekali? Ia baik-baik saja kemarin bukan? Tidak ... Dia tidak mungkin hamil! Selly tidak hamil, tidak!"Nggak, aku nggak mungkin hamil, aku nggak mau hamil, tolong aku nggak mau hamil!" rintih Selly sambil bercucuran air mata, tubuhnya sangat lemas, membuat ia kesulitan melangkah kembali ke kasurnya.Ia harus masuk kan hari ini? Ia bisa, ia tidak apa-apa, dia tidak sakit, tidak hamil dan dia baik-baik saja! Selly dengan susah payah duduk di ranjang, meraih minyak kayu putih yang ia simpan di laci nakasnya, me
"APA?" Anggara berteriak kencang saat mendengar suara dari ujung telepon itu. Matanya terbelalak tidak percaya, pulpen yang ia pegang jatuh ke bawah." ... "Suara itu kembali menggema dari ujung telepon, menjelaskan kronologi yang terjadi, membuat Anggara mematung di tempatnya duduk.Jadi ....Anggara menghela nafas panjang, sudah tidak bisa dibiarkan lagi! Ia bergegas memberesi mejanya lalu bangkit dari kursi dan melangkah keluar dari ruang praktek."Gue kesana, dia ada di mana?" Tanya Anggara bersungguh-sungguh, hatinya risau, ia harus segera ke sana untuk memastikan dan menyelesaikan semua masalah itu." ... ""Oke, gue kesana! Tunggu!"TutAnggara dengan tergesa melangkah ke bangsal rawat inap yang tadi sudah disebut suara yang ada di ujung telepon. Ternyata ini jawabannya? Astaga! Kenapa ia begitu ceroboh? Delapan Minggu? Sudah tidak bisa dielakkan lagi!***Selly mengerjapkan matanya, kepalanya masih begitu pus