Share

Ancaman

Author: Shova Nst
last update Last Updated: 2021-06-19 10:02:25

Cia merengut. Bukan karena melihat wajah datar Elgan, tapi karena kehadiran pria itu yang tiba-tiba membuatnya terkejut. Untung saja ia tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, Elgan mungkin akan menduda saat ini juga. Ck! Oh, tidak! Cia tidak akan rela. Ia tidak mau mati muda dan membiarkan Elgan mencari penggantinya. Demi Tuhan! Ia tidak ingin hal itu terjadi. 

"Kenapa kalian membiarkan  istriku memasak?! Aku kan sudah meminta kalian untuk mengawasinya dan tidak mendekati dapur!" Elgan mengintimidasi Santi dan Ratih yang berdiri kaku di tempat mereka. Kedua wanita itu menunduk takut menatap ujung kaki mereka yang mungkin lebih menarik dibandingkan melihat wajah menyeramkan Elgan. 

"Maaf, Tuan," ujar Ratih pelan. Suaranya hampir tidak terdengar.

"Elgan, kamu jangan salahkan mereka. Tadi, mereka juga udah ngelarang aku biar gak masuk dapur. Cuma aku nya aja yang ngelawan. Aku bener-bener lagi pengen masakin sarapan buat kamu. Kamu jangan marah, ya?" Cia menyentuh lengan Elgan sambil menatap pria itu dengan puppy eyes andalannya. Ia tidak akan membiarkan Elgan memarahi Santi dan Rsalahka

Elgan menghela nafas, jika sudah begini mana mungkin ia menolak permintaan Cia. Melihat wajah memelas Cia membuatnya tidak tega untuk menolak keinginan istrinya itu. Well, Elgan akan menuruti Cia kali ini. Walaupun begitu, ia tidak akan membiarkan Cia tanpa pengawasannya. Jangan sampai ia lengah dalam mengawasi Cia yang keras kepala.

Elgan menarik ujung bibirnya, tipis.  lalu mengecup kening dan bibir istrinya dengan penuh cinta. Cia yang belum siap, langsung saja membelalak dan mendorong dada bidang Elgan agar menjauh darinya. 

"Morning kiss," Elgan menatap Cia dengan senyum jahilnya. Dorongan Cia di tubuhnya sama sekali tidak berpengaruh. 

"Pagi, Sayang, kamu baik-baik aja kan di dalam sana?" Mengabaikan ketegangan Cia, Elgan berjongkok di depan perut istrinya itu. Menciumi perut besar Cia dan mengusapnya dengan lembut. 

Santi dan Ratih yang tadinya memperhatikan majikan mereka langsung menunduk dan beranjak pergi dari tempat mereka. Tidak dapat dipungkiri kalau wajah mereka ikut memanas melihat kemesraan yang diberikan Elgan untuk nyonya mereka. 

"Kamu iih," Cia memukul lengan kokoh Elgan. Ia cukup malu dengan pelayannya karena Elgan menciumnya di hadapan mereka. Elgan benar-benar tidak tahu tempat dan situasi. 

Elgan mendongak, menatap wajah Cia dari balik perut wanita itu. Melihat wajah cemberut Cia membuatnya gemas. 

"Kenapa, Sayang?" tanya Elgan tanpa beranjak dari tempatnya. Tangannya masih tetap menempel di perut besar Cia.

"Kamu bisa gak usah nyium aku di hadapan mereka. Aku malu tau," kesal Cia. Tangannya lantas menarik pelan rambut Elgan. Melampiaskan kekesalannya. But, Elgan tidak masalah dengan itu. Tidak apa ia dihajar sekalipun oleh Cia asalkan ia bisa mendapatkan apa yang ia mau. Good. Bukannya sedari dulu Elgan memang begitu? Ck!

"Tapi, aku suka. Gimana dong? Udah ah, kamu mau masak kan? Silahkan. Aku akan izinin kamu asalkan aku juga diizinin untuk meluk kamu selagi masak, gimana? Kamu setujukan?" Elgan menyeringai. Menaik turunkan alisnya seraya menatap Cia jahil. 

Cia mengulum bibirnya. Berpikir sebentar dengan apa yang Elgan ucapkan barusan. Elgan mengizinkannya memasak asalkan pria itu bisa memeluknya. Ok, no problem. Walaupun agak sedikit sulit, Cia akan menuruti keinginan Elgan. Toh, mereka juga sama-sama diuntungkan. Ck!

Cia tersenyum senang, kehadiran Elgan di dekatnya semakin menambah semangatnya untuk memasak.

"Thank you honey. Aku setuju." Cia mengecup pipi Elgan, kegirangan.

Dapur yang didominasi oleh warna pink rose yang memberikan kesan romantis menjadi saksi kebahagiaan kedua orang itu. 

Elgan berdiri di belakang Cia, siap untuk memeluk istrinya itu. Hal itu membuat Cia mengulum senyumnya. Elgan sangat posesif semenjak masa kehamilannya. Cia semakin yakin kalau suaminya itu pasti sangat mencintainya. Di sela-sela memasak, Cia sesekali bergidik merasa geli akibat sentuhan Elgan. Suami itu sangat jahil. Seperti ia tidak akan dibiarkan leluasa untuk menyelesaikan masakannya. C'mon, Cia sudah tidak sabar mengakhiri pekerjaannya dan bisa makan berdua dengan Elgan.

"Bisa geser sebentar?" Cia menoleh ke samping, melihat wajah datar Elgan yang tersenyum manis. Nah kan, pria itu kalau sudah ada maunya sangat pandai mengambil hati. Dasar buaya!

Elgan menggeleng seraya mengedipkan sebelah matanya. Enak saja Cia menyuruhnya bergeser. Gadis itu sudah menjadi miliknya di area dapur. Elgan tidak akan mau. 

"Oke lah kalo kalo kamu gak mau," pasrah Cia akhirnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertund. 

Elgan tertawa dalam hati. Menggoda Cia membuat harinya dipenuhi oleh kebahagiaan. Dan benar saja! Elgan sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Cia hingga wanita itu selesai memasak. Kemanapun Cia melangkah, maka Elgan juga ikut melangkah. Pria itu sudah seperti anak Kangguru saja. Setelah Cia selesai memasak, baru lah Elgan melepaskan dekapannya. Namun, sebelum itu, ia masih sempat-sempatnya menggoda Cia dengan mengecup pipi mulus wanita itu. Cia yang melihat sisi manja Elgan hanya bisa menggeleng. Ia tidak mungkin marah. Elgan suaminya. Melihat Elgan yang seperti itu, justru membuatnya merasa diinginkan. Yah... Walaupun terkadang sedikit menyebalkan. Ck!

Elgan memasukkan sayur bening bayam yang telah jadi ke dalam mangkuk lalu membawanya ke meja makan. Kemudian mengambil piring, sendok dan air untuk ia dan Cia. Ternyata Elgan masih punya hati untuk membantu sedikit pekerjaan istrinya. Itu lebih bagus, sudah sepantasnya seorang suami membantu pekerjaan istrinya. Walaupun tidak seberapa, but itu sudah cukup membuat sedikit beban seorang istri berkurang.

Cia memperhatikan Elgan dengan senyum mengembang. Suaminya itu sangat luar biasa di matanya. Ini hal baru yang ia lihat dari diri Elgan untuk beberapa bulan ini.

Perubahan Elgan tampak sangat jelas ketika memperlakukan Cia. Pria itu tidak lagi sama seperti dulu, Elgan sudah menjadi dirinya yang sesungguhnya. 

________

Lambert's Company

15:10 WIB

Elgan dan Niko baru saja keluar dari ruang rapat beberapa menit yang lalu. Kini mereka telah kembali ke tempat masing-masing dan kembali menjalani rutinitas seperti biasanya.

Elgan menatap puas pada hasil rapat tadi. Perusahaannya semakin maju dan sahamnya semakin tinggi. Elgan memutar kursinya, melihat pemandangan kota Jakarta dari kaca besar yang di ruangannya. Pikirannya berkelana kepada Cia yang berada di rumah. Mereka baru berpisah sekitar lima jam yang lalu, tapi rasa rindunya sudah sangat membuncah. Elgan lantas mengambil ponselnya dari atas meja dan berdiri mendekati jendela itu. Rindunya harus segera diobati. Elgan menelpon Cia. Terdengar suara deringan, namun wanita itu tidak menjawab panggilannya. Elgan mengusap keningnya yang tidak gatal. Mata tajamnya melihat bagaimana kokohnya gedung-gedung yang berjejer rapi menyeimbangi gedung perusahaannya. Elgan kembali menelpon Cia. Berharap istri itu mengangkat ponselnya dan berbicara kepadanya. Elgan harus segera mendengar suara Cia agar ia bisa kembali fokus melanjutkan pekerjaannya.

Tok tok tok

Ketukan pintu itu membuat Elgan menghendaki kegiatannya untuk menghubungi Cia. Ia harus meredam rindunya untuk saat ini. Elgan bertanya-tanya apa saja yang Cia lakukan saat ini hingga wanita itu tidak mendengar panggilannya. Huh, ingin rasanya Elgan menghubungi Syam dan meminta Cia agar mengangkat teleponnya. But, ia harus menunda hal itu dulu. 

"Masuk," titah Elgan tanpa berbalik menatap pintu. 

"apa?" tanya Elgan datar. Tanpa melihat orang itu, ia sudah tau siapa yang kini berdiri di belakangnya. 

Niko menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Elgan.

"Bagian resepsionis mengantarkan ini," ujar Niko.

Elgan berbalik, mengambil amplop itu lalu membukanya. Ia mengeluarkan secarik kertas dari sana. Entah siapa pemilik amplop itu. Yang pasti, isinya membuat rahang Elgan mengeras dan tangannya terkepal kuat.

Selamat atas syukuran 4 bulan kehamilan istrimu. 

Lalu terdapat simbol mawar merah gelap berukuran kecil di bagian tepi surat itu. 

Elgan melihat tulisan yang berwarna merah itu dengan lekat lalu membantingnya di atas meja. 

"Siapa yang mengirim ini?" tanyanya pada Niko. Tangannya yang terkepal kuat membuat urat-urat di tangannya semakin terlihat. Elgan tidak bodoh! Tentu ia tahu apa maksud dari tulisan tanpa indentitas pengirim itu. Seseorang telah memancing kemarahan Elgan. Ia tidak akan tinggal diam! 

Niko menggeleng, ia juga tidak tau asal usul surat itu. Ia hanya menjalan tugas. 

Elgan dengan kasar menyambar tablephone yang ada di depannya.

"Siapa pengirim amplop itu?!" tanyanya langsung kepada kepala receptionist.

"Maaf, Tuan. Tadi seorang pria yang mengantarkan surat itu. Katanya Tuan hanya perlu menerimanya," jawab wanita itu dengan sopan, setengah bergetar. Mendengar bentakan Elgan barusan cukup membuat wanita itu terkejut.

Elgan menggeram marah. Seseorang telah mengusik ketenangannya!

"Nik, aku harus pulang sekarang, kau lanjutkan pekerjaanmu," ujarnya datar. 

Niko yang tidak ingin terkena masalah langsung mengangguk dan kembali ke mejanya.

Elgan dengan cepat menyambar jasnya lalu berjalan keluar. Ia harus segera bertemu dengan Cia. Ia harus memastikan keadaan istrinya sekarang. Tidak lupa, ia juga langsung menelepon Syam yang memimpin penjagaan di rumahnya agar lebih berhati-hati.

Simbol mawar merah pekat. Elgan tau makna simbol itu. Kematian, seseorang menginginkan kematian untuk istri dan anaknya. Yah, itu pasti! Ia tidak mungkin salah menduga. Siapa lagi kalau bukan istri dan anaknya? Perkiraannya tidak mungkin meleset. Elgan mencengkeram stir mobilnya. Ia tidak boleh terlambat. Ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada orang tersayangnya. Demi Tuhan! Ia akan sangat menyalahkan dirinya kalau sampai hal itu terjadi.

Pria bertopi hitam yang sedang mengisap sebatang rokok melihat kepergian Elgan dengan senyum misterius. Ia tersenyum remeh melihat mobil Elgan yang semakin menjauh dari pandangannya. 

"Aku tidak sabar ingin memiliki semua ini." Pria itu mendongak, menatap gedung perusahaan Elgan yang menjulang tinggi. Seringai di bibirnya semakin kentara saat ia melihat alat pelacak yang kini menunjukkan dimana keberadaan Elgan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Happy Family (3)

    Lima tahun kemudianMasih sama seperti beberapa tahun sebelumnya, rumah mewah yang dihuni oleh Elgan bersama istri dan anaknya tetap dijaga ketat oleh beberapa bodyguard di beberapa bagian. Semua hal itu dilakukan Elgan demi keselamatan dan keamanan keluarga kecilnya. Sejauh ini memang tidak pernah lagi terjadi hal-hal mengerikan yang dulu pernah menimpa mereka, namun bukan berarti Elgan akan mencabut semua keamanan itu. Tidak! Ia tetap tidak ingin mengambil resiko yang berbahaya hanya karena situasi saat ini terlihat aman. Elgan tidak bisa menjamin kalau orang-orang di luar sana tidak ada yang membencinya. Elgan masih takut dan trauma untuk mempercayai orang lain dengan mudah. Setelah Mr. Bill mengkhianatinya, tidak ada satupun orang lain yang menjadi teman dekatnya. Tentu saja Niko dan Nadi berbeda. Elgan bisa menjamin kesetiaan sepasang suami istri itu kepada keluarganya.Siang ini, Elgan sedang tidak berada di rumah. Ia masih memiliki beberapa t

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Happy Family (2)

    Setiap wanita pasti menginginkan pernikahan yang sangat berkesan di hidupnya karena hanya dilakukan sekali seumur hidup. Menikah dengan orang yang dicintai merupakan suatu anugerah dari Tuhan karena telah mengizinkan kita menikah dengan orang tersebut. Sebagian orang mungkin menghadapi pilihan yang pahit saat pihak keluarga lebih memilih menikahkan putra atau putri mereka dengan gadis dan lelaki pilihan mereka sendiri. Untungnya, keluarga Nadin dan Niko bukan orang-orang yang seperti itu. Mereka diizinkan untuk memilih pendamping hidup masing-masing dan tidak memaksakan kehendak.Mungkin hal itu jugalah yang menjadi perbedaan antara keluarga besar Elgan dan Niko. Namun, bukan itu yang terpenting karena masing-masing dari mereka akhirnya telah menemukan kebahagiaan. Dan semua itu tidak didapat dengan begitu mudah. Pengorbanan yang tidak sedikit telah mereka lakukan demi sampai pada titik yang bernama bahagia.Acara pernikahan tidak berlangsung di Jakarta pus

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Happy Family (1)

    Dua tahun kemudianDi kamar tidur seorang anak kecil yang kemarin baru saja merayakan ulangtahunnya yang ke dua tahun, King berupaya untuk turun dari tempat tidur setelah menyalakan lampu nakas.Rambutnya yang kusut serta mata sayu yang masih setengah terbuka itu membuat King tampak begitu menggemaskan.Berhasil. King berhasil mendarat dengan sempurna di atas lantai. Senyum tipis terukir di bibirnya yang berwarna pink alami. Berjalan pelan menuju pintu, King berjinjit agar tangannya bisa mencapai gagang pintu dan membukanya. Lagi-lagi ia menarik kedua sudut bibirnya saat berhasil melakukan hal tersebut.King berlari kecil menuju kamar yang ada di sebelah kamarnya. Sesampainya di depan pintu itu, ia kembali berjinjit dan membuka pintu selebar-lebarnya. Di sana, ia langsung mendapati kedua orang tuanya yang masih bergelut di balik selimut tebal yang sangat cocok untuk menghangatkan tubuh di kala musim dingin seperti ini.Setelah menutup p

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Back To Home

    Kehilangan. Tidak seorangpun menginginkan perpisahan. Kehilangan seseorang meninggal luka mendalam di hati orang-orang yang ditinggalkan.Di depan makan sang putri, Cia terisak pelan seraya mengusap gundukan tanah yang masih basah. Bahunya bergetar hebat, menyeimbangi isak tangisnya yang tak kunjung berhenti.Elgan yang berjongkok di samping sang istri tidak berhenti mengusap pundak Cia. Untuk yang kedua kalinya ia menangis di depan makam sang putri yang telah mendahului mereka. Mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya, Elgan kembali memenangkan Cia."El, aku belum pernah melihatnya, kenapa putriku tega meninggalkan aku?" gumam Cia di sela-sela tangisannya."Apa dia membenciku, El? Apa dia merasa aku bukan Ibu yang baik makanya dia pergi? El, aku ingin ikut dengannya. Aku mau menjemputnya...," ratap Cia, histeris.Elgan yang mendengar hal itu langsung menarik Cia ke dalam pelukannya, menjadikan dadanya sebagai tempat pelam

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Crying

    Hari ini jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Semua hal berat yang dilalui kian menguap dan menghilang saat sang pujaan hati kembali ke pelukan. Mimpi buruk itu telah berlalu. Siapapun tidak ingin kembali masuk dan melihat mimpi yang mengerikan itu. Jika boleh, sang raja hanya ingin hidup seperti ini, bersama ratu menghabiskan sisa-sisa hidupnya.Berlebihan bukan? Namun, begitulah yang Elgan inginkan. Ia tidak butuh apapun selain Cia. Ia tidak butuh orang lain selain istrinya. Sudah lebih dari lima belas menit lamanya Elgan memeluk pinggang istrinya itu, membuat sang empu geleng-geleng melihat mode posesif suaminya yang aktif."El, kamu gak capek meluk aku terus?" Di atas ranjang yang hanya muat untuk satu orang, Elgan duduk bergabung bersama Cia di tempat itu.Elgan menggeleng pelan di dalam ceruk leher istrinya. Posisi ini masih terasa nyaman dan ia belum ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Cia. Berminggu-minggu berjauhan dan t

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Just a Dreams

    Cia berdiri seorang diri di tengah-tengah padang rumput yang hijau. Ia menatap sekelilingnya dengan penuh tanda tanya. Tempat itu terasa asing baginya. Cia kembali melangkah, mencari tempat beristirahat dan juga pertolongan. Rasanya sudah cukup lama ia berjalan, namun hingga saat ini ia tidak melihat satu orangpun di tempat itu.Di depan sana, Cia melihat pohon rimbun yang mungkin akan bisa menjadi tempatnya beristirahat. Ia lantas mendekati pohon itu dan duduk di bawahnya. Cia masih tidak mengerti tempat apa yang kini ia masuki. Rasanya begitu asing dan aneh. Hanya ada dirinya di tempat yang luas itu, sehingga ia tidak bisa bertanya kepada siapapun jalan menuju pulang.Cia bersandar di batang pohon dan mulai memejamkan matanya yang terasa berat. Belum lagi angin sepoi-sepoi yang berhembus menerpa kulitnya, memberinya kenyamanan dan ketenangan."Mama, Mama.""Mama.""Mama."Cia terkejut dan langsung membuka ma

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Hospital

    Menunggu bukan hal mudah untuk dilakukan. Menanti kabar keselamatan orang yang begitu berarti akan membuat siapa saja merasa was-was dan dilema. Beribu doa akan dipanjatkan dengan khusyuk demi sebuah kabar gembira yang akan melegakan hati. Seorang pendosa sekalipun akan langsung bersujud di kepada Tuhan demi keselamatan orang yang ia cintai.Persis di depan ruangan operasi yang lampunya masih menyala, Elgan ditemani oleh Nadin dan Niko menunggu operasi yang sudah lebih dari dua jam berjalan.Elgan menunduk dalam sembari meremas tangannya. Ketakutan yang begitu besar menyerang dirinya di setiap detik ia menunggu pintu di depannya terbuka. Dengan mata yang memerah Elgan menatap ujung sepatunya. Pikirannya berkelana jauh memikirkan keselamatan istri dan anaknya. Membayangkan bagaimana sakit yang kini dirasakan oleh Cia saja Elgan tidak sanggup. Jika boleh meminta, Elgan ingin dirinya saja yang berada di posisi itu, jangan istrinya. Ia tidak tega melihat Cia ke

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Dead?

    Melody yang melihat hal itu terbelalak."Darah," gumamnya terkejut. Sedetik kemudian senyum tipis terukir di bibirnya yang merah karena lipstick."Bayiku hiks....""Melody!" Itu suara Louis. Ia datang dengan tergesa-gesa sambil membawa sebuah cambuk di tangannya.Menghampiri Cia dan Melody, Louis menatap tajam wanita hamil tersebut."Santi sudah ketahuan oleh Elgan," gumamnya, tanpa melepaskan pandangan dari Cia.Melody terbelalak, namun tidak mengatakan apapun kepada Louis. Ia yakin, pria kejam ini pasti tau apa yang harus mereka lakukan selanjutnya."Borgol wanita ini di tiang itu. Aku akan mencambuknya seperti Elgan menyuruh bodyguardnya mencambuk Santi." Kilatan amarah tampak begitu jelas di mata Louis.Kedua bodyguard yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, langsung menarik Cia dengan paksa dari kursi itu setelah melepaskan ikatan tali terlebih dulu."Le-lepaskan aku." Cia melawan, namun t

  • My Cold Husband Is A CEO 2   Not Fine

    Melody semakin geram melihat Cia yang malah meneteskan air mata. Ia tidak mengharapkan air mata tersebut. Air mata wanita itu tidak akan membuat pria yang ia cintai kembali hadir ke dunia ini."Jangan sakiti anak gue. Dia gak tau apa-apa dan lo gak berhak balas dendam sama gue," Cia berusaha tegar. Menarik napas dalam seraya membalas tatapan tajam Melody.Melody berang. Berani sekali wanita ini melawannya?."Siapa bilang gue gak berhak balas dendam sama lo. Lo itu udah merebut kebahagiaan gue, jadi wajar kalo gue balas dendam dan buat lo lebih menderita. Gara-gara lo, Alden kecelakaan dan akhirnya meninggal. Dan kali ini, gue akan pastikan kalo anak yang ada di perut lo ini akan mati di tangan gue." Terlihat jelas kalau Melody tidak dapat menahan kesabarannya lagi. Ia bahkan sedikit menekan perut Cia saat mengatakan akan membunuh bayi wanita itu.Cia menggeleng. Siapapun tidak boleh menyentuh perut dan menyakiti bayinya. Namun, dengan kondisi tubuh yang d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status