Share

Khawatir

Mobil sport keluaran terbaru berwarna hitam tampak melaju dengan cepat menerobos mobil-mobil yang ada di depannya. Tidak peduli seberapa kencang mobil itu melaju dan seberapa besar bahaya yang akan disebabkan, Elgan tetap harus menekan gas di kakinya agar cepat sampai di rumah. Memang benar di jam-jam segini jalanan kembali padat dipenuhi oleh para pekerja atau apapun itu . Yang pasti, setiap harinya jalanan selalu saja padat dan bising. 

Kekhawatiran tengah melanda Elgan yang saat ini sedang menyetir dengan konsentrasi yang pecah. Mata elangnya menatap jalanan di depannya dengan serius. Tidak boleh ada kesalahan. Ia tetap harus bisa untuk tetap fokus agar tidak melakukan kesalahan sedikitpun.   Sebuah surat tanpa pengirim itu sukses membuatnya takut dan khawatir dengan keadaan istri dan calon bayinya. Jika saja Elgan tau siapa pengirim surat itu, ia pasti akan langsung menghabisi orang itu tanpa ampun karena telah berani mengancam dan mengusik ketenangan rumah tanggannya. 

Elgan tau kalau ia punya banyak musuh di luar sana, tapi cara yang dilakukan oleh musuhnya kali ini sangat salah baginya. Ia tidak suka orang itu membawa-bawa keluarga ke dalam masalah bisnis. Jika benar orang yang mengirim surat itu salah satu dari lawannya, maka Elgan tidak akan segan-segan untuk menghancurkan perusahaan orang itu.

"Jaga setiap bagian sudut rumah. Jangan sampai ada orang yang tidak dikenal menyusup ke rumah itu," tekan Elgan kepada kepala bodyguardnya seraya menyentuh telinga, menekan Earpiece agar suara Syam jelas terdengar.

Tidak berapa lama kemudian, Elgan sampai di pelataran ruman. Elgan memarkirkan mobilnya dengan asal dan melemparkan kuncinya kepada salah satu anak buahnya. Nanti bodyguardnya itulah yang akan memarkirkan mobilnya dengan benar .

"Sayang!"

"Cia!" panggil Elgan saat memasuki rumah dengan terburu-buru. Tidak ada sahutan. Hal itu membuat Elgan semakin khawatir. Sebenarnya, ia tau kalau Cia ada di salah satu ruangan di sana. Tapi, entah mengapa sebelum ia melihat langsung sosok istrinya Elgan tidak bisa tenang. Ayo lah, para bodyguard itu telah mengatakan dengan kelas kepada Elgan kalau Nona mereka baik-baik saja.

Elgan langsung berlari menuju kamar ketika tidak mendapati keberadaan istrinya di ruang TV. Ia membuka pintu kamar dengan kasar, bertepatan dengan Cia yang keluar dari kamar mandi. Elgan berjalan cepat mendekati Cia dan langsung memeluk wanita itu. Cia yang belum menyadari kedatangan Elgan dibuat terkejut saat pria itu memeluknya dan menghujaminya dengan ciuman di wajahnya. Untung saja ia langsung mengenal wangi tubuh pria itu sehingga pukulan yang siap ia layangkan kepada pelaku terhenti. Astaga... Tidak sadar Elgan kalau ia dibuat sesak karena pelukannya.

"Elgan, kamu kenapa?" suara Cia teredam di dalam pelukan Elgan. Tangannya terulur mengusap punggung lebar suaminya itu. Cia dapat merasakan gelengan Elgan di ceruk lehernya. Entah apa yang terjadi dengan pria itu hingga membuatnya seperti ini. 

"Kamu baik-baik aja kan? Apa ada masalah di kantor?" tanya Cia. Lebih tepatnya menduga-duga. 

Masalah kantor? Hah, yang benar saja! Kalaupun ada, Elgan tidak akan sekhawatir ini. Elgan mengurai pelukan mereka. Menatap Cia dalam. Manik matanya menyelami mata Cia yang menatapnya dengan mengernyit. Ayolah... Seharusnya Cia lebih berpikir yang logis lagi dalam menebak. Masa iya, Elgan yang gagah perkasa harus lemah hanya karena masalah kantor yang biasanya sangat gampang untuk diselesaikan. 

Elgan kembali menarik Cia, membawanya ke dalam pelukannya.

"Seharusnya aku yang nanya gitu sama kamu. Kamu baik-baik aja kan?" tanya Elgan di ceruk leher istrinya. 

"Iya, aku baik-baik aja, tapi kamu kenapa tiba-tiba nanya soal itu?" Bahu Elgan luruh saat mendengar jawaban langsung dari bibir Cia. Matanya memang bisa melihat langsung kalau wanita itu tampak baik-baik saja. Tapi, jawaban Cia lah dari Cia langsung lah yang baru akan membuat Elgan puas. Wajar saja, Elgan sudah menjadi budak cinta.

Elgan melepas pelukannya lalu menarik sudut bibirnya. Ia tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada Cia. Elgan tidak ingin Cia tau soal surat yang bermakna ancaman itu. Ia tidak ingin membuat Cia takut dan khawatir. Biar ia saja yang menyelesaikan masalah kali ini tanpa sepengetahuan Cia. Semuanya harus terlihat baik-baik saja. Cia tidak boleh sampai mengetahui masalah ini. Elgan tidak ingin mengorbankan kesehatan istri dan anaknya. 

"Aku cuman rindu sama kamu dan bayi kita." Elgan mengambil posisinya, bertopang dengan lututnya di hadapan perut besar Cia. Tangannya dengan cepat menyibakkan atasan Cia hingga perut wanita itu terekspos sempurna.

Cia mengusap rambut Elgan dengan jemarinya saat pria itu mengusap perutnya dengan begitu lembut. Ciuman dari bibir penuh Elgan menimbulkan rasa menggelitik di perutnya.

"Baby, kamu juga rindu sama papa kan? Kamu pasti rindu mendengar suara papa yang tampan ini kan?" tanya Elgan di depan perut Cia. Ia kemudian mendekatkan telinganya di sana, mencoba mendengar sahutan dari calon anaknya. Cia yang melihat kelakuan Elgan terkekeh. Suaminya itu ada-ada saja. Mana mungkin bayi yang ada di dalam perut bisa bicara, apalagi membalas perkataan papanya. Fix, Elgan menjadi aneh sesudah pulang dari kantor. Cia lantas menempelkan punggung tangannya di kening Elgan. Tidak panas. Ck! 

"Sayang, kamu rindu sama papa kan?"  tanya Elgan lagi. Kemudian kembali menempel telinga di perut Cia. 

Cia yang melihat hal itu jadi tersenyum. Calon papa itu ternyata sangat merindukan buah hati mereka sehingga ia jadi manja seperti ini. Cia lantas mengusap rambut Elgan yang sudah tidak serapi tadi pagi.n

"Iya, Papa. Aku lindu," Cia menirukan suara anak bayi. 

"Kamu dengar sayang? Bayi kita merindukan papanya," Elgan mendongak, menatap Cia yang tersenyum manis melihatnya. 

"Iya, bayi kita merindukan papanya. Sekarang kamu berdiri ya," Cia kembali mengusap rambut Elgan dengan lembut.

Elgan tersenyum puas dan mencium perut Cia lalu memperbaiki letak baju wanita itu. Ia kemudian berdiri di hadapan Cia dengan seutas senyum devil yang akan menghanyutkan siapa saja yang melihatnya. C'mon! untung saja di kamar itu hanya ada Elgan dan Cia, sehingga hanya wanita itu yang hanyut dengan senyum itu.

"Apa ibunya juga merindukan aku?" goda Elgan, lalu mengedipkan sebelah matanya, membuat Cia mengulum senyum tertahan. 

"Bayi kita merindukan papanya. Apa aku boleh mengunjunginya, Sayang?" Elgan bergumam di telinga Cia.

Suara Elgan yang serak membuat Cia berang. Jika Elgan sedang memancingnya, maka pria itu berhasil menggodanya hanya dengan kata-kata dan suaranya. Elgan kembali memancing sisi liarnya. Sebenarnya, Cia ingin tertawa saat  mengingat kembali kelakuannya dulu yang sangat sering menggoda Elgan. Kalau dipikir-pikir dengan akal nomal lagi, Cia sangat malu mengingat dirinya. Demi Tuhan! Ia benar-benar hebat waktu itu. Ck!

"Ibu bayi kita juga merindukan papanya." Cia tidak ingin kalah dari Elgan. Jika Elgan bisa menggodanya, maka ia juga bisa membuat pria itu tambah tergoda dan menginginkannya. 

Suaminya itu sangat tidak sabaran. Ia bahkan langsung menempelkan bibir mereka tanpa membalas perkataan Cia. Lihat! Betapa gampangnya Cia sekarang untuk bisa mendapatkan sentuhan Elgan. Ia tidak perlu lagi berperan seperti seorang gadis malam untuk mendapatkan pria itu. Cia terkikik geli saat Elgan mengangkat dan membawanya ke tempat tidur. Perlakuan pria itu sungguh lembut. Elgan membuatnya terbang dengan kelihaiannya. 

_______

Elgan bangkit dari tempat tidur saat ponselnya yang berada di atas nakas berdering. Nama Lyodra, kepala bagian receptionist tertera di layar pipih itu. Untuk apa gadis itu menelponny sore-sore begini? Kurang kerjaan saja! 

"Apa apa?" tanya Elgan tegas, lalu bersandar di headboard.

"Begini, Sir. Bagian operator sudah melihat CCTV yang ada di sekitar meja receptionist.  Dan kami sudah menemukan ciri-ciri pria yang mengirim surat itu," papar Lyodra dengan sedikit takut. Walaupun begitu, ia tetap harus menjada nada suaranya agar Elgan tidak mengumpatinya.

"Katakan?" suruh Elgan langsung.

Pernyataan Lyodra barusan membuat Elgan mengepalkan tangannya sehingga elusannya di rambut Cia terhenti. 

"Pria itu tinggi semampai. Dia menggunakan kemeja hitam dan celana bahan hitam serta topi hitam juga, Sir," papar Lyodra.

"Wajahnya?" 

"Wajahnya tidak terekam CCTV, Sir. Dia juga mengenakan masker hitam dan seperti dia tau dimana letak CCTV," jawab gadis itu lancar.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" tanya Elgan serius saat mendapati Cia yang sudah bangun dan memperhatikannya dengat lekat. Elusan gadis itu di dada Elgan menyadarkan pria itu dari kemarahannya yang tertahan.

"Elgan, itu siapa?" Cia bangkit lalu bersandar di dada Elgan yang terekspos. Suara seraknya juga terdengar oleh Lyodra. 

"Ah, hmm ti-tidak ada, Sir." Lyodra meringis pelan, padahal ia masih ingin berlama-lama berbicara dengan atasannya itu. 

Tidak perlu terburu-buru, aku masih punya banyak waktu, batinnya kesal.

"Sayang...," Cia merengek saat Elgan tak kunjung menyimpan ponselnya. 

"Sebentar." Elgan kemudian mengecup kening Cia untuk menenangkan wanita itu.

Di seberang sana, Lyodra mendengus pelan. Ia sangat kesal mendengar panggilan Cia kepada Elgan. Andai saja ia yang berada di posisi Cia, pasti ia akan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini. C'mon seharusnya Lyodra lebih sadar diri. Ck!

"Baiktertahan.lgan memutuskan panggilannya sepihak dan langsung mengangkat tubuh Cia ke atas pangkuannya.

"Jangan menggodaku dengan bibir yang maju seperti ini," Elgan menyentil bibir Cia saat istrinya itu menatapnya cemberut dengan bibir manyunnya. 

"Siapa tertahan.tu?" kesal Cia sambil bersedekap.

"Dia kepala bagian receptionist." Elgan lalu memeluk Cia dengan manja. 

Pelukan itu. Elgan sangat nyaman ketika memeluk Cia. Apalagi mencium wangi tubuh istrinya yang menggoda itu. Huh, Elgan selalu di buat berang karenanya.

"Kenapa dia menelpon ke nomor pribadi? Dia dapat nomor kamu dari siapa?" desis Cia tajam. Elgan hanya diam. Membiarkan Cia mengeluarkan uneg-unegnya.

"Kamu gak ada niatan mau selingkuh sama dia kan?" tebak Cia yang terlihat geram.

Cup

"Iiih it malah cium-cium. Jawab dulu, dia bukan selingkuhan kamu kan?" Cia mendengus sambil menjauhkan wajahnya dari Elgan.

Cup

Elgan menatap Cia tajam. Ia tidak suka mendengar pertanyaan Cia  yang secara langsung menuduhnya berselingkuh.

"Jangan bertanya yang tidak-tidak. Kamu pasti sudah tau jawabannya. Aku gak mungkin selingkuh, lagi." Elgan tidak lagi menatap Cia tajam. Rasa bersalahnya kembali muncul saat mengingat kembali perbuatan buruknya kepada Cia dulu.

Cia mengusap wajah Elgan dengan lembut saat melihat raut sedih pria itu. Ia jadi merasa bersalah telah bertanya demikian.

"Cuf, aku gak bermaksud melukai perasaanmu. Aku hanya kesal karena wanita itu menelpon di jam luar kerja seperti ini," Cia menjelaskan sambil bersandar di dada bidang suaminya. Jari-jarinya yang lentik mengusap dada Elgan secara abstrak.

Tentu saja hal sepele itu memberi dampak yang besar untuk Elgan. Apalagi kini mereka sama-sama hanya berbalut selimut, tapi Elgan tidak boleh egois. Ia harus tetap mementingkan kesehatan istri dan calon anaknya. 

"Jangan khawatir, lain kali aku tidak akan menerima panggilannya." Elgan mengeratkan pelukannya di tubuh Cia  dan menelusupkan wajahnya di ceruk leher istrinya itu. Menghirup aroma tubuh Cia sudah menjadi candu untuk Elgan.

Cia mengangguk pelan dan membalas pelukan Elgan dengan lembut. Suaminya itu sangat pandai membuatnya luluh. Rasa sayang dan cinta semakin bertambah di hati mereka setiap detiknya. Semoga tetap seperti ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status