Share

Bab 1 - Hari yang sial

Bella benar-benar tidak habis pikir dengan Brandon, Brandon tentu tahu bagaimana bencinya ia dengan Aaron, tapi nyatanya Brandon dengan sengaja menyuruhnya untuk menjemput iblis satu ini. Dan Aaron, astaga, untuk apa ia kembali ke negeri ini? Sial! benar-benar sial!!.

“Bell, ajak aku keliling kota ya nanti, aku sudah nggak hapal jalanan ibu kota.” Aaron berkata dengan nada menggodanya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe tak jauh dari bandara.

“Aku banyak kerjaan.” jawab Bella dengan cueknya.

“Aku bisa menyuruh Brandon meliburkan kamu dan memberikan waktu liburmu untuk menemaniku.”

Bella hanya memutar bola matanya jengah. Ahh Sial! tentu saja Aaron bisa melakukan apapun, bukankah saat ini ia bekerja sebagai bawahan dari Brandon, kakak Aaron? dan secara tidak langsung ia juga menjadi bawahan Aaron. Sial!!

“Terserah.” hanya itu jawaban dari Bella.

Aaron tersenyum melihat sikap Bella padanya yang ternyata masih sama seperti dulu. Cuek, jutek, judes, dan lain sebagainya. Gadisnya ini ternyata tidak berubah, dan itu membuat Aaron semakin menginginkannya.

***

Aaron tidak dapat menghentikan senyuman dari wajahnya ketika melihat Bella tak henti-hentinya mengumpat karena dirinya. Bagaimana tidak, saat ini Bella dengan pakaian kantor rapinya, rok pendeknya dan sepatu hak tingginya, membawa tas besar milik Aaron dan Aaron mengajaknya berjalan-jalan sepanjang taman kota.

Bella merasa kakinya seakan sudah mau copot karena pegal. Bagaimana mungkin Aaron melakukan ini semua terhadapnya? Bisa saja Aaron meninggalkan tas besar sialannya itu di mobil Brandon, toh di sana juga ada supir Brandon. Tapi nyatanya, lelaki sialan itu malah menyuruhnya untuk membawa tas besar sialannya ini kemanapun dia melangkah.

“Kamu capek, Bell?”

“Tentu saja, apa kamu nggak lihat bagaimana beratnya tas sialanmu ini?”

Aaron malah tersenyum menyeringai. “Kamu nggak berubah, ya.”

“Terserah.” Lagi-lagi Bella berkata dengan nada cuek bercampur kesalnya.

Tak lama mereka duduk di bangku taman, Aaron dengan menyebalkannya menyuruh Bella untuk membelikan Ice Cream yang ada di taman tersebut. Dengan enggan Bella menolaknya tapi tentu saja dia kalah dan mau tak mau membelikan Aaron Ice Cream tersebut lengkap dengan umpatan-umpatan khasnya.

Sial!! Aaron pasti benar-benar berniat untuk mengerjainya.

“Aaron, kapan kita balik? Astaga, kamu tahu nggak aku harus kerja dan lihat sekarang sudah mendung.”

“Ayolah Bell, Brandon nggak akan marah sama kamu kalau pun hari ini kamu nggak balik ke kantor. Jadi tetap Stay disini dan temani aku menikmati sore yang indah ini.”

Indah? Indah dari hongkong? gerutu Bella dalam hati.

Tak lama Ponsel Bella berbunyi. Bella merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya.

“Halo?”

“....”

“Iya, jam Lima nanti sudah pulang kok.”

“...”

“Jangan, nggak usah di jemput.”

Aaron mengernyit, dengan siapakah Bella menelepon? Kenapa nada suara wanita itu melembut? Sial! jangan bilang kalau itu pacarnya.

“Ya udah, nanti sms saja.”

“...”

“Baiklah, jemput di dekat pertigaan saja kalau gitu.”

“...”

“Iya, bye.”

Akhirnya teleponpun di tutup. Aaron menatap Bella dengan tatapan tajamnya.

“Siapa itu?” Suara Aaron entah kenapa berubah. Nada suaranya benar-benar tak enak di dengar.

“Bukan urusanmu.” jawab Bella dengan cueknya.

Siall! Aaron benar-benar tak mengerti bagaimana cara menghadapi wanita di hadapannya ini, wanita ini benar-benar memiliki sifat yang sangat cuek dan sulit di sentuh.

***

Bella masih saja diam tak menghiraukan Aaron yang duduk di sebelahnya, ia lebih memilih mengotak-atik ponselnya dengan sesekali terkikik. Dan itu benar-benar membuat Aaron kesal.

Bagaimana mungkin gadis di sebelahnya ini tidak menghiraukannya sama sekali? Apa dirinya sama sekali tidak menarik di hadapan Bella?

“Apa yang terlalu asik sampek kamu cuekin aku?” tanya Aaron dengan nada sinisnya.

Bella melirik kearah Aaron sebentar lalu memutar bola matanya ke layar ponselnya dan kembali terkikik dengan ponsel tersebut.

Dengan kesal, Aaron merampas ponsel Bella dan melihat apa yang sedang di lakukan Bella hingga mengacuhkannya.

“Hei kembalikan, kamu melanggar privasi orang tahu nggak, kembalikan!”Aaron masih saja menjauhkan ponsel dari tangan Bella sambil melihat-lihat apa yang tadi di lakukan Bella.

Rupanya wanita itu sedang melakukan kuis di ponselnya. Dan entah kenapa kini jadi Aaron yang ingin melakukan kuis tersebut. Dengan cekatan Aaron memainkannya dan tak lama kini Aaron lah yang terkikik karena permainan tersebut.

“Sini, kembalikan, kamu kan punya Hp sendiri.”

“Nggak enak, Hpku nggak ada mainan gituannya.”

“Ya d******d sana, Mana sini Hpku.”

Aaron dengan menyebalkannya masih saja menjauhkan ponsel Bella dari jangkauan tangan Bella. Tiba-tiba ponsel tersebut berbunyi. Bella dan Aaron menghentikan gerakan masing-masing dengan saling menatap mata masing-masing.

Aaron menatap layar ponsel Bella, dan disana terpampang jelas nama si pemanggil.

“Sayang?” Aaron membaca nama si pemanggil sambil melemparkan tatapan tanda tanya kepada Bella.

Seketika itu juga Bella merampas paksa ponselnya dari gengggaman tangan Aaron. Aaron hanya ternganga, apa Bella benar-benar sudah memiliki kekasih? Siapa lelaki yang di tulisnya sebagai ‘Sayang’ tersebut? Pikir Aaron dalam Hati.

“Ohh iya, aku turun di depan nanti.”

“...”

“Jangan, aku sudah deket kok.”

“.....”

“Oke, tunggu di sana aja, Bye.”

Dan ponselpun di matikan. Entah kenapa suasanan di dalam mobil hening seketika. Aaron tidak lagi banyak bertanya dan juga tidak lagi mengganggu Bella, begitupun dengan Bella, entah kenapa suasana menjadi canggung untuknya.

“Pak, berhenti setelah pertigaan ya.” ucap Bella pada supir Brandon yang sejak tadi asik mengemudi tanpa menghiraukan mereka berdua.

“Iya, Mbak.”

Tak lama mobilpun berhenti di tempat yang di tunjukkan Bella.

Aaron mengernyit. “Kenapa kamu turun di sini?”

“Ada yang jemput, kamu tentu bisa pulang sendiri, kan?” Ucap Bella dengan ketusnya.

“Tapi aku mau kamu yang ngantar sampai rumah.”

Bella memutar Bola matanya. “Jam kerjaku sudah habis sejam yang lalu, jadi aku nggak ada kewajiban lagi untuk memenuhi permintaan konyolmu.”

“Ini mau hujan, Bell.”

“Lebih baik pulang kehujanan dari pada pulang semobil sama kamu.” gerutu Bella dan itu tak lepas dari pendengaran Aaron.

Sebenci itukah kamu sama aku, Bell?

Akhirnya Aaron haanya menghela napas panjang dan melihat kepergian Bella. Aaron melihat dengan jelas dari dalam mobil. Aahhh, ternyata lelaki sialan itu yang menjemputnya. Pikir Aaron kala itu.

Lelaki itu mengenakan kemeja kantor sederhanya dengan Motor bebek sialannnya. Aaron memejamkan matanya frustasi. Masa iya kamu yang baru pulang dari luar negeri kalah sama lelaki sialan itu? gumam Aaron dalam hati.

“Kita pergi pak.” perintah Aaron pada supir Brandon.

Akhirnya Aaron pun pergi melewati dua sejoli yang masih asik bercakap-cakap. Sekilas Aaron meliha bayangan Bella di kaca spion mobilnya. Wanita itu tampak memandang kepergiannya.

Bell, apa kamu nggak kangen aku? lirih Aaron dalam hati.

***

“Sayang, ya ampun, Mama kangen banget sama kamu.” Nessa seketika memeluk putera bungsu yang sangat di rindukannya tersebut. Ini sudah Tiga setengah tahun setelah Aaron kembali ke luar negeri saat setelah pernikahan Brandon.

“Aku juga kangen sama Mama.”Aaron memeluk tubuh mama yang sangat ia sayangi.

“Kok baru sampai, harusnya kan sejak siang tadi.”

“Aku jalan-jalan dulu Ma, yang lain mana?”

“Papa lagi keluar kota, Kakak kamu ada di ruang makan, dia juga baru pulang ngantor.” Jawab Nessa sambil mengajak puteranya tersebut masuk ke dalam.

Sampai di ruang makan, Aaron melihat pemandangan yang menurutnya benar-benar sangat menggelikan. Itu Brandon, kakaknya tersebut dengan manja meminta istrinya menyuapinya. Ahh membuat iri saja.

“Kalian menggelikan.” ucap Aaron sambil duduk di sebelah Brandon.

Brandon menatap ke arah adiknya yang sudah lama tak bertemu dengannya, Aaron kini terlihat sedikit lebih dewasa di bandingkan Tiga setengah tahun yang lalu saat ia pulang dari luar negeri untuk pertama kalinya.

“Gue pikir lo nggak jadi pulang.” Jawab Brandon dengan cuek lalu kembali meminta Alisha menyuapinya kembali setelah Alisha selesai menyuapi putera pertama mereka yang baru berusia Tiga tahun.

“Sial!! Lo benar-benar menggelikan.” umpat Aaron, sedangkan Brandon sendiri tak menghiraukannya.

“Biar saja, mereka selalu seperti itu. Setidaknya mereka selalu akur.” kata Nessa berbisik pada Aaron. Sedangkan Aaron sendiri hanya mendengus.

“Jadi, kapan lo mulai bantu gue di kantor?”

“Besok.” ucap Aaron secepatnya.

“Kamu rajin banget.” kali Ini Alisha ikut bicara. Ya sedikit heran, Aaron baru pulang dari luar negeri, seharusnya ia menghabiskan waktunya untuk santai-santai terlebih dahulu, apalagi mengingat betapa bandel dan menjengkelkannya sifat anak itu, tapi nyatanya.

“Dan Over semangat.” tambah Brandon.

Sedangkan Aaron hanya tertawa lebar. “Gue masih muda, jadi wajar kalau gue Semangat.” Aaron menegak habis jus jeruk buatan Mamanya. “Dan satu lagi Brand, gue mau Bella jadi asisten pribadi gue.” ucap Aaron disertai Smirk Evilnya sambil berlalu pergi.

-TBC-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status