Share

MCB // Chapter 05 Cotroladores de Juego

Enjoy Reading. 

.

.

.

Waktu silih berganti dilalui Aira tak 

terasa sudah 4 bulan berada di Negara Taiwan. Hari ini ia mendapat cuti satu hari untuk keluar. Dan kesempatan ini tak di sia-siakan, ia ingin berkeliling dan melihat bagaimana kehidupan di Negara ini. 

Dan Linalah yang akan menjadi pemandunya.  Gadis itu sudah bekerja di sini lebih dari dua tahun jadi sedikit banyak dia mengenal seluk beluk  kota ini. Wisata mana yang bagus untuk dikunjungi.

Di depan cermin Aira memoles wajahnya dengan mekup tipis .  rambut panjangnya dibiarkan tergerai. kemeja putih berlengan panjang menjadi pilahannya kini.  Dua kancing  dibiarkan terbuka, kerah sebelah kanan ditarik sampai lengan, hinga bahu kanan aira terlihat sebagian. Memadukan dengan celana jins warna biru dan sepatu snakers wana putih.

Tampilan Aira terlihat seperti remaja pada umumnya. Orang tidak akan mengira bahwa dia telah memiliki seorang putri. Senyum tipis tersungging kala melihat pantulan wajahnya di cermin. 

Sebelum pergi Aira akan menemui sang tuan untuk memastikan keadaannya. Bagaimanapun ia akan pergi seharian jadi penting baginya mengetahui kondisinya.  

Pintu besar bewarna coklat itu di buka perlahan. Seperti biasa sang boss berada di tempat favoritnya pojokan kamar. Perlahan menarik kursi sang Tuan dan berjongkok di Depannya. 

" Tuan, aku sudah mengatakan padamu kemaren, bahwa hari ini aku akan pergi. Jadi baik-baik lah selama aku pergi. " 

Sorot mata Alex datar dan menusuk.  Bukan karna Aira pergi tapi bahu mulus yang sengaja diekspos membuat Alex geram bahkan  kucing kecilnya tampak cantik dan mempesona. 

'Daammnn...., kenapa dia membiarkan bahu itu terbuka? apa dia berniat menggoda lelaki di luar sana? shiiit...., bahu itu sangat menggoda.' bisik Alex dalam hati. 

Keterdiaman Alex kini membuat Aira lega meninggalkan sang boss. Sekarang banyak sekali perubahan pada diri sang majikan. Jarang sekali mengamuk seperti dulu, itulah sebabnya Aira berani meninggalkan sendiri.

" Baiklah, aku pergi sekarang, " mulai berdiri dan berbalik. Baru dua langkah tarikan kuat dari lengan kekar Alex membuat Aira terhuyung ke belakang terjatuh di pangkuannya. 

Dan secepat kilat benda kenyal itu menempel sempurna di bibir Aira. Bola mata Aira membesar seiiring keterkejutan melanda, serangan Alex yang mendadak melumpuh saraf di otak hingga tubuhnya terasa membeku.  

Selang beberapa saat ia mulai tersadar kala lumatann kasar dan menuntut dari Alex menyakitinya.  Lelaki itu menggigit bibir bawah Aira agar bibir itu terbuka.  

Berontak, memukul dada mencoba lepas dari Alex, tapi seberapa keras pukulan itu Alex seolah tuli dan tak merasa sakit.  Geraman rendah terdengar dari Alex merasa tak suka akan penolakan Aira, malah semakin menekan kuat tengkuk, memperdalam ciuman dan mengeksplor setiap deretan gigi menggunakan lidah.  

Ciuman yang sebelumnya kasar kini  berubah melembut, Aira sedikit terhayut, tangannya mulai menggenggam kaus Alex kuat. Senyum tipis terukir dari Alex di sela ciumannya. Keduanya sama-sama terhayut dengan permainan lidah mereka. Saat dirasa pasokan oksigen mulai menipis barulah jemari Alex merenggang dan melepas penyatuan bibir. Ada perasaan kosong yang menggelayuti Alex ketika ciuman itu terlepas. 

Deru nafas mereka bersautan mencoba mencari udara untuk mengisi paru-paru yang kosong. Tak berselang lama pekikan kecil terdengar kala Alex menghisap bahu Aira diiringi gigitan.

Dengan sekuat tenaga Aira mendorong tubuh Alex dan mencoba berdiri.  Memberi pelototan tajam pada Alex yang telah melakukan hal kurang ajar padanya. 

" KAU, Apa yg kau lakukan?" Aira menggeram marah. 

Alex hanya diam, tatapannya kembali kosong seperti orang yang tak pernah melakukan kesalahan apapun. Ingin sekali Aira mengumpat dan memaki, tapi saat melihat ekspresi Alex, ia mengurungkan niatnya. 

'Siaaall..... Bagaimana dia bisa menampilkan ekpresi seperti itu, setelah apa yang dia lakukan. 

Apa orang gila begitu bernafsu saat berciuman? atau dia hanya pura-pura giila. Tapi apa yang kulakukan tadi?, aku malah menikmatinya, ooohh ya ampuun...' Umpat Aira dalam hati.

Pipi Aira memerah saat mengingat betapa liarnya ia tadi. Suara dering ponsel ada di dalam tas slempang Aira mengalihkan fokusnya. Segera menggeser warna hijau saat tau yang menghubunginya adalah Lina.

"Ya, tunggulah sebentar aku akan datang." mematikan sambungan telpon. Lalu segera merapikan kemeja yang terlihat sedikit kusut. 

 Kancing yang semula terbuka kini tertutup sempurna, akibat gigitan tadi menimbulkan bekas di sana. Ia tidak ingin membuat Lina berfikir buruk tentangnya.

Bunyi benturan pintu terdengar cukup keras pertanda Aira keluar dari ruangan dengan perasaan kesal.

Alex justru terkekeh geli melihat kemarahan Aira, memegangi bibir yang masih basah menggunakan ibu jari.  Ia masih bisa merasakan bibir lembut Aira.

" Maniss." Alex kembali tersenyum tipis. 

"Hanya aku yang boleh menikmati bahu mulusmu, Aira. Semua yang ada pada dirimu, adalah milikku," gumam Alex pelan dengan seringainya. 

Sayup-sayup Alex mendengar dering ponsel miliknya, segera mengambil ponsel yang tersimpan di laci nakas terdalam. 

Siulan keras serta kekehan kecil dari seberang telpon menjadi hal pertama yang di dengar ketika benda pipi itu sudah berada di telinga. 

"Aku seperti menonton adegan live tadi. Semakin agresif eehh,  kau terlihat seperti seorang pria posesif."

Tak ada raut marah ketika mendengar nada yang terkesan menyindir, ia malah terkekeh sambil menggeleng kecil. 

Alex mengakui ia terlihat seperti remaja yang baru berpacaran.

Padahal ini bukan pertama kali, ia pernah menjalin hubungan lama bersama seseorang,  tapi dengan Aira  berbeda. Ia tak bisa mengontrol diri saat dihadapkan bibir menggoda Aira, wangi tubuhnya membuat candu.

"Apa kau menghubungiku hanya untuk hal ini?"

" Kau suka sekali mengalihkan pembicaraan, vidio ini akan ku kirim pada Edwar. Aku ingin melihat reaksinya saat menyaksikan adegan panas ini." 

"Coba saja kalau kau berani. " 

"Huff, kau sama sekali tidak seru. Aku sangat rindu saat kita berkumpul bersama." 

"Bersabarlah! jangan mengeluh! jalan kan tugasmu dengar benar! Edwar pun sekarang sedang sibuk."

"Ya, ya, kalian memang orang sibuk," jawab orang itu bernada kesal. 

"Oh ya, kapan kau kembali? pak tua itu sudah mengambil alih beberapa anak perusahaanmu,"  sambung orang itu lagi

Bukannya cemas, Alex justru tersenyum mendengar informasi ini.

" Biarkan dia bersenang-senang dulu dan menikmati hasil curiannya. Aku tidak suka sesuatu yang terburu-buru. Bukankah itu akan lebih menyiksa saat dia terjatuh nanti." Alex menampilkan seringai keji.

" Kau seperti biasa, sangat mengerikan."

Sambungan telpon pun terputus, Alex memperhatikan setiap CCTV yang terpasang di dalam ruangan. Memang tempat ini terpasang beberapa CCTV, untuk mengawasi semua gerak geriknya. Dan mereka fikir beberapa CCTV ini sudah bisa mengendalikannya dan membatasi ruang geraknya. Bahkan Alex bisa melakukan lebih daripada ini.

Kedua mata Alex menatap salah satu CCTV itu tajam, sudut bibirnya tersungging ke atas. 

"Kau fikir kau sudah mengendalikan semuanya, padahal aku yg memegang permainan ini." Alex kembali menertawakan kebodohan seseorang.

Spanyol. 

Di belahan Negara lain, seorang lelaki yang sudah berumur berdiri di dekat jendela  besar di dalam ruangan kerja miliknya. Meperhatikan pemandangan kota Spanyol dipenuhi gedung-gedung megah  menjulang tinggi. 

Dari atas sana,  ia mencoba mengukur seberapa besar kekuasaannya saat ini. Walaupun umurnya sudah setengah abad lebih, lelaki itu masih terlihat gagah.

Guratan disekitar wajahnya tak mengurangi ketampanannya.

Senyum tak pernah luntur dari wajahnya.

"Kau sudah berhasil menguasai sebagian anak perusahan Alex, selanjutnya apa rencanamu?"

Pertanyaan itu datang dari seorang wanita yang umurnya tak beda jauh dari si pria. Wanita itu nampak elegan, dan cantik walaupun umurnya tak muda lagi. Dia duduk di sofa tak jauh dari si lelaki berdiri.

Senyum melengkung menghiasi wajah si lelaki. 

"Sebentar lagi aku akan mendapatkan semuanya. Tiga bulan, akan ada rapat pemegang saham, disitulah aku akan mengambil semuanya." jawabnya tanpa menoleh kepada sang wanita seolah obyek didepannya lebih menarik dari lawan bicara.

"Aku menyesal telah menikah dengan situa itu. Aku fikir setelah menyingkirkannya. Aku akan mendapat kan sebagian hartanya, tapi ternyata dia hanya memberiku mansion brobrok nya saja. " senyum sinis terukir dari si wanita. 

Lelaki itu menoleh, berjalan mendekati si wanita. "Kau sedikit bodoh dan terlalu terburu-buru, sayang."

"Kau benar, sekarang aku senang kita akan mendapatkan semuanya.

Setelah ini giliran anak sialan itu yang harus kita singkirkan."

Sang wanita berdiri, semakin mendekatkan tubuhnya pada si pria membelai wajahnya dengan gerakan pelan seringan bulu.

Lelaki itu tersenyum  langsung merengkuh pinggang si wanita erat. Bibirya sudah berada tepat di bibir wanita itu.

"Pelan-pelan sayang, kita akan menyingkirkannya." si wanita tersenyum, lalu mereka berciuman panas.

Entah apa yang terjadi karna hanya terdengar suara desahan memenuhi ruangan kantor.

.

.

.

Revisi 08 juli 21

Ig Cayraalmera. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status